Friday, March 1, 2019

The last Women Standing ~Film China~

Siapa sih yang tak ingin hidup mapan dan memiliki pasangan hidup yang mencintai kita? Tapi kan ga semua orang bisa seberuntung itu. Contohnya Ruxi tokoh utama dalam film bergenre komedi romantis produksi China Hongkong tahun 2015 yang berjudul The Last Woman Standing. Film ini dibuat berdasarkan novel dengan judul yang sama karya Luo Luo.

Ruxi adalah wanita cantik dan mapan dalam karir tapi masih jomblo padahal usianya sudah matang. Dia kian galau ketika ibunya bersikap memusuhinya karena tak mau dijodohkan tapi tak juga kunjung punya pacar. Konflik batin Ruxi kian berat ketika dia sudah memiliki pacar tapi usianya lebih muda darinya dan belum siap untuk menikahinya. Akankah Ruxi tetap setia menunggu pacarnya berubah pikiran atau setuju dengan pria pilihan ibunya?


Para pemain :

Shu Qi sebagai Sheng Ruxi
Eddie Peng sebagai Ma Sai
Pan Hong sebagai ibunya Ruxi
Shih Chieh King sebagai ayah Ruxi
Xing Jiadong sebagai Dokter Bai
Hao Lei sebagai Wang Lan
Lynn Hung sebagai Zhang Yu

Sinopsis lengkap :

14 Februari 2015, banyak yang melangsungkan pernikahan di tanggal istimewa itu karena berharap pernikahannya akan langgeng. Di suatu pesta, seorang ibu bercerita pada teman-temannya tentang putrinya yang sukses tapi masih jomblo. Putrinya yang berbaju merah dan bernama Ruxi merasa tidak enak dan akhirnya memilih pergi.Ruxi pulang sambil terus berpikir, bukannya dia tidak ingin membahagiakan orangtuanya tapi memang hingga saat ini dia belum bertemu dengan seseorang yang mencintainya. Ruxi kesal karena sepanjang perjalanan dia melihat tanda bahwa banyak gedung atau hotel yang digunakan sebagai tempat resepsi pernikahan.

Ruxi pergi ke kantor untuk memeriksa peraturan pelatihan untuk pegawai baru. Di saat sedang memfotokopi berkas pegawai baru, Ruxi melamun di hari yang sama di tahun sebelumnya. Kilas balik itu membuatnya kian sedih. Lamunannya terhenti ketika mesin fotokopinya ngadat, rupanya ada kertas yang tergulung. Ruxi memandang langit malam yang diterangi oleh cahaya kembang api untuk merayakan hari kasih sayang. Ruxi percaya bahwa suatu hari akan ada seseorang yang tepat untuk menerima sinyal cintanya. Ruxi mendesah pelan, "Cinta sejati, dimana kau berada?". Ruxi melambaikan tangannya seolah ingin menarik perhatian seseorang agar mendekatinya.

Ruxi menemani ibunya pergi ke rumah sakit untuk periksa. Ibu kesal karena Ruxi berpakaian seadanya dan tidak dandan padahal ibu berencana menjodohkan Ruxi dengan Dokter Bai. Ibu langsung pergi dan meninggalkan Ruxi saat Dokter Bai mendekat dan menyapa mereka. Ruxi kesal dengan sikap ibunya tapi dia tidak bisa berbuat banyak.

Ruxi pergi ke kantor sambil menelpon. Dia berjalan tergesa sambil membawa kartu pengenal elektroniknya. Kartu itu meluncur ke lantai dan Ruxi tertahan karena palang penghalangnya belum terbuka. Ruxi kaget dan menyuruh orang yang sedang ditelponnya, Xiao Zhou untuk datang membantu. Ruxi mengedarkan pandangan di sekitar lobi dan berharap melihat orang yang dikenalnya agar bisa membantunya. Ruxi memasukkan ponselnya dalam tas dan mencoba untuk bisa lolos dari palang penghalang. Tiba-tiba seorang pria muda berdiri di belakang Ruxi sambil menempelkan kartu pengenalnya dan palang itu langsung terbuka. Ruxi menoleh gugup saat melihat pria itu tersenyum padanya. Pria itu mengambil dan menyerahkan kartu pengenal pada Ruxi kembali. Ruxi kembali tersenyum gugup saat pria itu menyindirnya. 

Nona Wang muncul dan bertanya pada Ruxi. Ruxi kaget saat Nona Wang memperkenalkan pria itu sebagai asistennya dan Nona Wang memperkenalkan Ruxi sebagai direktur pemasaran pada pria itu. Mereka berjalan bersama sementara Nona Wang berjalan mendahului mereka. Ruxi memanggil pria itu, Ma Sai dan pria itu menoleh kaget, Ruxi menjelaskan kalau dirinya sudah melihat informasi itu sebelumnya. Ma Sai tersenyum dan memuji Ruxi.

Dua pegawai wanita sibuk memuji ketampanan Ma Sai. Ruxi memanggil salah satu dari mereka yang bernama Xiao Zhou karena mereka akan segera pergi jam 5. Xiao Zhou mendekat dan beralasan bahwa dirinya sudah minta cuti seminggu yang lalu sehingga hari ini dia harus pulang cepat. Ruxi tidak mengizinkan karena ada hal yang penting. Xiao Zhou berkeras bahwa dirinya tidak bisa lembur. Ruxi mampir ke kantor Nona Wang yang sedang sibuk dengan pekerjaan peninggalan asisten lamanya. Nona Wang tidak bisa menemani Ruxi menemui seorang klien sebagai gantinya, dia meminta Ruxi untuk pergi bersama Ma Sai. Ruxi melirik Ma Sai yang sibuk beramah tamah dengan para pegawai wanita.

Ma Sai menunggu dan Ruxi muncul sambil mengenakan masker dan sibuk dengan ponselnya sehingga dia cuek saja ketika Ma Sai hendak menyerahkan tasnya. Terpaksa Ma Sai yang membawa tas milik Ruxi dan memencet tombol lift. Ruxi terus cuek saat Ma Sai bertanya apakah Ruxi kena flu sehingga harus pakai masker. Mereka tiba di kantor Tuan Xu tapi sekertarisnya bilang kalau Tuan Xu pergi untuk waktu lama. Sekertaris berniat mengusir mereka tapi Ruxi berkeras ingin menunggu. Ruxi kembali bermain ponselnya dan menunjukkan pada Ma Sai kalau sekertaris itu berbohong. Akhirnya mereka bisa bertemu dengan Tuan Xu yang sepertinya tidak tertarik untuk bekerjasama. Ruxi melancarkan jurusnya, dia sengaja membuka masternya dan mereka termasuk Ma Sai kaget melihat pipi Ruxi yang ada bekas lukanya.

Dalam perjalanan pulang, Ma Sai kagum melihat kecerdasan Ruxi tapi Ruxi merendah karena kontraknya belum resmi. Ma Sai mengajak Ruxi makan malam di kedai pinggir jalan yang menyajikan masakan mie yang enak. Ma Sai pesan mie pedas dan Ruxi biasa tapi si penjual keliru menyerahkan pesanan mereka. Ma Sai terlanjur mencicipi mie pesanan Ruxi tapi Ruxi tidak keberatan.

Ruxi pergi ke arena bermain bersama sahabatnya yang bernama Zhang Yu. Ruxi menceritakan tentang Ma Sai dan Zhang Yu menyimpulkan kalau Ruxi menyukai Ma Sai tapi Ruxi mengelak karena Ma Sai masih 25 tahun. Zhang Yu bilang hal itu tidak masalah tapi Ruxi tidak mau mengakuinya. Zhang Yu bertanya tentang kencan buta Ruxi dengan seorang dokter tapi Ruxi malah kesal karena dia terpaksa menuruti perintah ibunya padahal dia tidak menyukainya.

Ruxi menemani ibunya kontrol ke rumah sakit, di sepanjang perjalanan ibu mengeluh karena putrinya masih jomblo. Ibu berniat menjodohkan Ruxi dengan Dokter Bai yang berusia 45 tahun tapi Ruxi menolak. Di rumah sakit mereka bertemu dengan 2 orang pria yang menyebalkan, yang satu menyerobot antrian dan yang lainya sibuk bertanya tentang no PIN bank pada ayahnya yang sekarat. Saat pulang, ibu terus terang mengeluh karena Ruxi pilih-pilih sehingga masih jomblo terus. Mereka akhirnya bertengkar dan mempertahankan pendapat masing-masing. Ibu bahkan keluar dari mobil Ruxi dan memilih naik taksi tapi mereka masih terus saling mengomel. Di kantor, ayah berusaha membujuk Ruxi agar pulang dan berbaikan dengan ibunya tapi Ruxi menolak. Ruxi beralasan baterei ponselnya akan habis dan menyudahi pembicaraan ayahnya. Ruxi benar-benar stress.

Ruxi berpapasan dengan Ma Sai yang baru keluar dari lift. Ruxi hanya diam sambil mengaduk isi tasnya. Ma Sai bertanya apakah Ruxi mencari kunci mobilnya padahal kuncinya sudah Ruxi pegang. Ruxi tersenyum malu tapi Ma Sai menghiburnya kalau dirinya juga sering seperti itu. Ruxi balik bertanya apakah Ma Sai akan pulang karena dia bersedia memberi tumpangan dan Ma Sai bersedia. Ma Sai memberitahukan alamat rumahnya dan Ruxi mengatakan kalau rumah Ma Sai tidak jauh dari rumah orangtuanya. Pandangan mereka tertuju pada sebuah ambulans yang berhenti di depan sebuah rumah. Ruxi segera keluar dari mobil karena ambulans itu ada di rumah orangtuanya. Ibunya dibawa menuju ambulans dan Ruxi berusaha mengejarnya. Ma Sai akhirnya ikut menyusul ke rumah sakit bersama Ruxi.

Di rumah sakit, Ruxi ingin tahu kondisi ibunya tapi ayah melarangnya. Ayah mencoba menenangkan Ruxi yang tampak cemas dan merasa bersalah. Seorang perawat mendekat dan menyerahkan ponsel milik ibu Ruxi kepada ayah. Ma Sai berlari ke arah Ruxi yang sedang duduk sambil menunduk di trotoar rumah sakit. Ma Sai mengajak Ruxi bicara tapi Ruxi malah menunjukkan ponsel ibunya. Rupanya ibu shock mendapat sms dari penipu yang mengabarkan bahwa Ruxi di tahan dan minta dibebaskan. Yang membuat Ruxi sedih adalah ibu membalas sms itu dengan mengatakan bahwa dirinya bukan ibunya Ruxi. Ma Sai menenangkannya dan bilang kalau untuk saja ibu bisa ditangani tepat waktu.

Tiba-tiba Ruxi minta Ma Sai untuk menamparnya, hal itu membuatnya kaget. Akhirnya Ma Sai melakukannya tapi bukannya menampar tapi hanya menepuk pipi Ruxi dengan lembut. Ruxi protes karena hal itu tidak terasa sakit, dia lalu berjalan menuju papan larangan parkir dan membenturkan kepalanya sendiri. Ruxi kesakitan dan menyalahkan dirinya sendiri. Dia sedih karena ibunya memilih mati daripada memiliki putri yang jomblo seperti dirinya. Ruxi mulai menangis dan Ma Sai tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya dia malah memindahkan papan itu sejauh mungkin dari jangkauan Ruxi.

Ruxi menunggu ibunya di kamar. Dokter Bai datang dan membetulkan letak selimut Ruxi tapi hal itu malah membuat Ruxi terbangun. Dokter Bai menyarankan agar Ruxi pulang dan beristirahat. Dokter Bai mengantar Ruxi dan mereka bertemu dengan Ma Sai yang datang membawakan makanan untuk Ruxi. Ruxi terpaksa memperkenalkan mereka berdua. Ayah Ruxi datang dan agak terkejut melihat putrinya bersama 2 orang pria. Dokter Bai memperkenalkan diri dan ayah mengatakan bahwa istrinya sering membicarakannya. Ma Sai pamit pulang naik kereta dan Ruxi pulang diantar oleh Dokter Bai.

Dokter Bai menyarankan agar Ruxi membawa ibunya untuk periksa secara menyeluruh demi kebaikan ibunya. Ruxi bertanya apakah itu perhatian sebagai dokter atau ada maksud lain dan Dokter Bai terus terang kalau dirinya ingin lebih dekat dengan Ruxi. Dokter Bai mengatakan sesuatu yang membuat Ruxi sedikit lega dan dia bersedia menerima uluran tangan dokter itu.

Di kantor, Ruxi dan asistennya sibuk membicarakan rencana pernikahan Nona Wang. Mereka iri dan ingin tahu tentang tunangan Nona Wang tapi saat mereka melihat berita di ponselnya, mereka kaget dan tidak bisa berkata apapun. Nona Wang muncul dan memberitahukan bahwa mereka tidak perlu memberinya angpao karena pernikahannya dibatalkan. Nona Wang mengalihkan pembicaraan dan bertanya tentang data bea cukai dari GuangZhou pada Ruxi.

Ruxi menuju atap gedung dan bertemu dengan Nona Wang. Dia mencoba menghibur rekan kerjanya tapi sebenarnya Ruxi ingin menghibur dirinya sendiri, bahwa menjadi jomblo itu bukan pilihannya, dia masih menunggu seseorang yang bisa menangkap sinyal cintanya. Malamnya, Ruxi kembali ke atap dan memandangi langit. Dia mendesah sedih sambil memandangi ponselnya yang dianggapnya sebagai pemancar sinyal ke langit.

Ruxi dan Ma Sai sedang duduk di pesawat, Ruxi mengeluh karena pesawat tidak juga terbang dan Ma Sai menghiburnya. Penumpang yang lain mulai kesal ketika pramugari memberikan botol minum dan makanan. Mereka mengomel dan marah ketika akhirnya penerbangan di tunda dan mereka semua harus menginap di hotel yang sudah disediakan. Ruxi hendak menutup pintu kamarnya ketika Ma Sai mencegah dan mengatakan bahwa mereka terpaksa tinggal sekamar. Ruxi menolak tapi Ma Sai beralasan bahwa kamar di hotel itu sudah penuh dan mereka harus berbagi kamar. 

Ruxi menunggu dan dia gelisah karena baru kali ini berbagi kamar dengan seorang pria. Dia menggedor tembok dan Ma Sai keluar dari kamar mandi. Ruxi mengambil baju ganti dan segera masuk kamar mandi tapi dia kaget saat melihat baju Ma Sai masih tergantung di balik pintu. Ruxi mundur hingga jatuh terduduk di kloset. Jeritan Ruxi membuat Ma Sai yang tiduran langsung terbangun dan bertanya tapi Ruxi malah mengomelinya karena tidak menutup klosetnya.

Selesai mandi, mereka asik bercerita dan saling curhat demi menghindari untuk tidur di ranjang yang berdekatan. Mereka mulai terbuka satu sama lain terutama soal pasangan. Akhirnya Ma Sai tertidur dan Ruxi masih bermain laptop. Setelah yakin Ma Sai tidur, Ruxi akhirnya mematikan lampu dan tidur. Ruxi menggeliat dan jatuh menimpa Ma Sai yang tidur di lantai. Ruxi mengomel tapi Ma Sai beralasan kalau kasurnya terlalu empuk sehingga dia memilih tidur di lantai. Ruxi kaget melihat hidung Ma Sai yang berdarah, dia bergegas mengambil tisu di kamar mandi dan membantu Ma Sai.

Paginya, Ma Sai sudah siap tapi Ruxi masih sibuk dengan risleting bajunya sehingga harus minta bantuan Ma Sai. Dalam pesawat, Ruxi terbangun dan sedikit kaget karena dirinya tertidur di bahu Ma Sai. Ruxi mencoba duduk tegak tapi kepala Ma Sai langsung terkulai ke depan dan akhirnya jatuh menimpa Ruxi. Ruxi berusaha menjauhkannya tapi malah menimpa pria yang duduk di sebelahnya. Ma Sai terbangun enggan dan menegakkan kepalanya kembali.

Ruxi menjemput ibunya di rumah sakit dan Dokter Bai mengajaknya nonton. Ajakan itu didengar oleh ayah Ruxi tapi Ruxi hanya diam. Di kantor, Ruxi dan Ma Sai sedang menunggu dalam lift. Tiba-tiba muncul beberapa pekerja dan Ma Sai berusaha melindungi Ruxi agar tidak terganggu dengan peralatan para pekerja itu. Ruxi akhirnya pergi nonton dengan Dokter Bai. Mereka keluar gedung sambil saling mengutarakan pendapat tentang film yang baru mereka tonton. Dokter Bai menyukai peran artis pendukungnya tapi Ruxi malah tidak menyukainya. Dokter Bai hanya tersenyum malu mendengar pendapat Ruxi.

Ruxi menghadiri acara reuni sekolahnya tapi dia hanya duduk sendiri ketika Zhang Yu muncul dengan dandanan mewah dan seksi. Ruxi menyindir sahabatnya yang gugup karena akan bertemu dengan mantan pacarnya yaitu Xiao Di. Mantan ketua kelas senang karena mereka bisa berkumpul tapi dia sedih karena ada salah satu teman mereka yang menderita. Ruxi hanya mendengus ketika disindir Zhang Yu bahwa dirinya yang dimaksud oleh mantan ketua kelas karena Ruxi masih jomblo. Mantan ketua kelas menjelaskan bahwa Xiao Di saat ini sedang sakit gagal ginjal. 

Ruxi tidak setuju saat Zhang Yu ingin mendonorkan ginjalnya untuk Xiao Di karena Xiao Di masih punya banyak kerabat dan keluarga. Zhang Yu berdalih bahwa dia tidak tega membiarkan Xiao Di terbaring seumur hidupnya. Ruxi tetap tidak setuju karena hal itu hanya akan menyakiti diri Zhang Yu sendiri karena walaupun Xiao Di adalah cinta sejatinya tapi kini Xiao Di sudah menikah dan punya keluarga. Zhang Yu ganti menasihati Ruxi bahwa dia belum pernah melihat Ruxi melakukan apa yang dia inginkan dalam cinta, melupakan martabat dan tidak perduli apa yang terjadi karena hanya menginginkan seseorang.

Saat itu seisi kantor sedang heboh karena ada seorang gadis yang menyatakan perasaannya pada Ma Sai. Ruxi tertarik dan ikut menonton. Dia teringat saat bersama Ma Sai tapi kata "Aku Menyukaimu" tidak pernah dia ucapkan untuk Ma Sai, tidak seperti gadis itu yang berani menyatakan perasaannya untuk Ma Sai di tempat umum.

Ruxi mengantarkan Zhang Yu ke rumah sakit. Wanita itu sudah membulatkan tekad untuk mendonorkan ginjalnya untuk Xiao Di secara diam-diam. Ruxi menatap pintu yang tertutup sambil berpikir. Dia masih tidak mengerti bagaimana seseorang bisa berkorban seperti itu untuk orang lain. Ruxi juga ingin merasakan cinta tapi dia takut mengungkapkan perasaan hatinya. Dia mengambil balon merah dan bertekad untuk melepaskan perasaannya seperti dia akan melepaskan balon itu ke udara. Ruxi berkata "Aku Menyukaimu" beberapa kali dan melepaskan balonnya.

Ruxi sedang mencoba memperbaiki mesin fotocopy saat Ma Sai melihatnya. Ma Sai menawarkan diri untuk membantu. Ruxi bertanya apakah Ma Sai menerima pengakuan cinta gadis yang waktu itu tapi Ma Sai menjawab kalau itu sudah lama. Ruxi tersenyum samar dan mengira kalau Ma Sai akan menerimanya. Ma Sai balik bertanya mengapa Ruxi tidak ingin tahu? Ruxi tidak bisa menjawab ketika Ma Sai mendekatinya. Asisten Ruxi melintas dan menyapanya. Ma Sai berbalik dan hendak pergi tapi dia kaget ketika Ruxi menyatakan suka padanya. Ruxi bertanya apakah Ma Sai menyukainya? Dia bertanya beberapa kali tapi Ma Sai seolah kehilangan kata-kata. 

Tanpa mereka sadari beberapa pegawai sedang mengintip mereka. Salah satu dari mereka bahkan tanpa sengaja mematikan lampu, kesempatan itu digunakan Ruxi untuk melarikan diri ke tangga darurat. Ma Sai mengejarnya tapi Ruxi minta Ma Sai melupakan apa yang baru dia katakan, dan Ruxi terus berlari menuruni tangga. Langkah Ruxi terhenti ketika Ma Sai mengatakan kalau dirinya juga menyukainya

Sejak saat itu, mereka resmi berkencan. Nonton film atau makan bersama dan berdiskusi. Ruxi sangat bahagia dan selalu tersenyum. Suatu malam, saat sedang berjalan-jalan, mereka tertarik melihat antrian pasangan yang ingin berfoto. Ma Sai ingin ikut antri tapi Ruxi menolak dan berkelit.

Ruxi sedang di rumah, dia tersenyum sendiri sambil melihat brosur foto pernikahan. Tiba-tiba ponselnya bunyi dan ternyata dari ayah yang mengabarkan bahwa ibunya ada di kantor polisi. Di kantor polisi, seorang petugas menjelaskan masalahnya bahwa ibu salah mengambil koper. Polisi tidak masalah bila kedua koper itu sama persis sehingga ibu bisa salah ambil tapi masalahnya, kedua koper itu berbeda bentuk dan warnanya. Akhirnya ibu di bebaskan dan boleh pulang. Di sepanjang jalan, ayah dan ibu berdebat sendiri tapi ibu tidak mau disalahkan. Ayah dan Ruxi merasa ada yang salah dengan ibu.

Ruxi menghubungi Dokter Bai dan minta petunjuk tentang penyakit ibunya. Dokter Bai mengenalkan Ruxi pada dokter kenalannya yang mungkin bisa membantu ibunya. Ruxi sedih melihat perubahan sikap ibu akibat penyakitnya. Ibu seolah tidak menginginkan kehadirannya. Ruxi merasa kesepian dan tidak bahagia walaupun hidup berkecukupan.

Ruxi sedang duduk melamun sendirian sambil memandang laut ketika Ma Sai datang menyapanya. Ruxi ingin mengatakan sesuatu tapi tidak tahu harus di mulai dari mana. Ma Sai memeluk dan ingin memberinya kekuatan agar mau mengutarakan isi hatinya. Ruxi terus terang kalau dirinya sangat egois dan hanya memikirkan soal cintanya pada Ma Sai. Ruxi menjelaskan bahwa dirinya tidak punya waktu lagi, dia ingin membahagiakan orangtuanya. Ruxi menyukai Ma Sai tapi dia ingin menikah, punya suami dan keluarga. Dia menantang Ma Sai untuk menikahinya dalam waktu dekat. 

Ma Sai bingung dan mengatakan kalau dia tidak ingin menikah karena masih ingin mengejar karir dulu. Ruxi memeluk Ma Sai dan dia menangis sambil mengatakan kalau dirinya bisa mengerti. Ruxi mencoba tersenyum dan pamit. Ma Sai masih tidak mengerti dan memandangi kepergian Ruxi dengan tatapan bingung.

Ruxi pulang dan langkahnya terhenti di depan sebuah butik. Tatapannya tertuju pada gaun pengantin yang dipajang di etalase sebuah butik. Ruxi masuk dan melihat sepasang calon pengantin yang sibuk mencoba beberapa gaun. Ruxi menatap mereka dengan tatapan sendu. Seorang pegawai muncul dan menyapa Ruxi. Pegawai itu menunjukkan bahwa gaun klasik ada di lantai atas dan Ruxi bersedia melihat-lihat. Ruxi tertarik melihat sebuah gaun yang indah dan bertanya apakah dia boleh mencobanya. Pegawai itu mengizinkannya.

Ruxi mengenakan gaun cantik itu dan minta tolong pada pegawainya agar mau memotretnya. Pegawai itu memuji bahwa calon suami Ruxi pasti suka melihat hasilnya tapi Ruxi menjawab kalau foto itu hanya sebagai hadiah ulangtahun untuk dirinya sendiri. Pegawai itu mengerti kesedihan Ruxi dan pamit untuk mengambilkannya minum. Ruxi melihat hasil fotonya dan kemudian ada sms masuk dari Ma Sai tapi Ruxi menguatkan hatinya untuk menghapus nomor Ma Sai.

Ruxi mengunjungi ibunya. Ibunya kembali mengungkit soal pasangan. Ibu khawatir kalau dirinya dan ayah sudah meninggal maka tidak ada yang merawat Ruxi. Ruxi memeluk dan menyakinkan bahwa ibunya akan melihat dirinya menikah. Ibu tersenyum dan mencium dahi putrinya. Ruxi sedang sibuk ketika asistennya mengingatkan bahwa akan ada pembicaraan jarak jauh dalam 20 menit. Dan Ma Sai akan ikut penerbangan ke Amerika karena pelatihan. Ruxi pura-pura tidak tertarik dan beralasan kalau dia akan pergi mengantar ibunya ke dokter. Ruxi sedang ngobrol dengan ayahnya. Ayah mendengar kabar dari ibu kalau Ruxi mulai jalan lagi dengan Dokter Bai dan Ruxi mengiyakan.

Ruxi dan Dokter Bai makan bersama. Ruxi mengungkapkan isi hatinya bahwa dia yakin bahwa Dokter Bai adalah orang yang mapan dan bisa diandalkan, dirinya pasti bodoh bila tidak menyadari hal itu tapi Ruxi merasa tidak nyaman. Dokter Bai menghargai kejujuran Ruxi dan Dokter Bai juga mengakui kalau ayah Ruxi menghubungi dan mengajaknya ngobrol. Ayah tidak ingin putrinya salah langkah hanya demi membahagiakan orangtuanya. Ayah ingin Ruxi bahagia dengan pilihannya sendiri. 

Ruxi terharu mendengar cerita Dokter Bai tentang pendapat ayahnya. Ruxi merasa tenang dan lega. Dia berjabat tangan dengan Dokter Bai dan mereka berpisah setelah saling megucapkan semoga bahagia. Ruxi menikmati sisa harinya dengan berjalan dan dia tidak henti tersenyum melihat kebahagiaan dari orang-orang yang ditemuinya di jalan.

Satu tahun kemudian

Ruxi bertemu dengan Zhang Yu. Zhang Yu mengeluh karena Ruxi terlambat tapi Ruxi hanya tersenyum minta maaf sambil mencoba minuman Zhang Yu. Ruxi bertanya tentang Xiao Di dan Zhang Yu mengatakan kalau Xiao Di berangsur membaik setelah operasi. Zhang Yu bertanya apakah Ruxi bertemu dengan seseorang yang istimewa akhir-akhir ini? Ruxi hanya menggeleng dan ternyata Zhang Yu juga masih jomblo. Akhirnya mereka malah melihat-lihat foto pria muda yang ada di salah satu situs perjodohan.

Ruxi berpisah dengan Zhang Yu karena masih ada kerjaan. Dalam perjalanan menuju kantor, Ruxi melihat foto box yang dulu sempat dia lihat bersama Ma Sai masih ada di sana. Ruxi mengalihkan pandangan dan berjalan menuju kantornya.

Ketika sibuk dengan pekerjaannya, Ruxi tidak sengaja menemukan kertas bio data Ma Sai yang dia simpan di buku agendanya. Ruxi kembali teringat masa indahnya bersama pria itu. Ruxi pulang dan menempelkan kartu pengenalnya tapi palang penghalang tidak mau terbuka. Ruxi kembali teringat saat pertama dirinya bertemu Ma Sai tapi kini dia sendirian.

Ruxi berjalan pulang dan tatapannya tertuju pada foto box yang tiba-tiba menyala dan Ma Sai muncul. Ruxi terkejut tapi tersenyum begitu pula dengan Ma Sai. Tanpa ragu, Ruxi langsung menghambur ke dalam pelukan Ma Sai. Mereka akhirnya mencoba foto box. Mereka berciuman dan berpelukan mesra.

Adegan favoritku :

Aku paling suka ketika Ruxi menyatakan cinta pada Ma Sai walaupun usia mereka terpaut 5 tahun. Walaupun awalnya Ma Sai agak shock karena Ruxi merupakan senior dan lebih tua darinya tapi akhirnya Ma Sai mau menerima cinta Ruxi. Dibutuhkan keberanian untuk mengungkapkan cinta pada orang yang dicintai agar cepat lega dan tidak bermimpi terus. Kalau diterima ya syukur kalau tidak ya harus cepat move on, cari yang lain saja.

Hikmah yang bisa diambil dari film ini :

Dulu, khususnya orangtua akan bingung dan bahkan malu bila putrinya belum menikah sementara semua teman sebayanya sudah menikah dan memiliki anak. Siapapun pasti ingin menikah dan punya pasangan tapi kalau jodohnya belum ada, mau bagaimana lagi? Mengapa harus dipaksa dan memaksakan diri demi omongan atau sindiran orang lain? Percuma juga buru-buru menikah tapi akhirnya bercerai dengan alasan tidak ada kecocokan. Yang penting menjalani hidup dengan hepi, kalau sudah waktunya pasti akan bertemu juga dengan jodohnya. 

Komentarku :

Setelah nonton film ini, aku jadi punya kesimpulan bahwa orangtua terutama ibu, tidak akan terlalu bangga bila memiliki putri yang sukses dalam karir tapi masih belum menemukan jodohnya alias masih jomblo di usia yang sudah matang. 

Hal ini dialami oleh Ruxi, tokoh utama dalam film ini. Ibunya bahkan malu mengakui putrinya ( saat menerima sms dari penipu ). Ibu akhirnya menjadi stress karena putrinya masih tenang saja melihat semua teman sebayanya sudah menikah dan punya anak. Melihat sikap ibunya yang cenderung memusuhi dan menganggap dirinya sebagai aib keluarga, membuat Ruxi menjadi serba salah. Di satu sisi, Ruxi ingin membahagiakan ibu tapi di sisi lain, Ruxi tidak mau gegabah dalam masalah jodoh dan cinta.

Ibu tidak kurang akal dan berusaha menjodohkan Ruxi dengan Dokter Bai tapi Ruxi tidak bisa membohongi hatinya, dia tidak mencintai Dokter Bai. Ruxi malah menaruh harapan pada Ma Sai, yunior di kantor yang usianya lebih muda 5 tahun darinya. Tapi akhirnya Ruxi memutuskan untuk melupakan cintanya dan menuruti keinginan ibunya.

Kurasa ayah Ruxi jauh lebih bijak daripada ibu karena Ayah tidak ikut-ikutan memaksakan kehendak pada putrinya. Ayah justru mendorong Ruxi untuk tidak gegabah mengambil keputusan hanya demi membahagiakan orangtua dan mengorbankan kebahagiaannya sendiri. 

Film ini mampu memberi gambaran tentang wanita karir yang sukses tapi masih single. Cibiran dan olokan bukan hanya datang dari orang luar tapi juga bisa datang dari orangtua sendiri. Padahal aku yakin tidak wanita manapun yang bercita-cita untuk menjadi jomblo selamanya. Tapi mungkin karena terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga tidak punya waktu atau mungkin "lupa" kalau usianya sudah matang tapi masih jomblo.

Menuruti orangtua memang wajib hukumnya tapi seperti pendapat ayah Ruxi, tidak perlu harus menuruti perintah orangtua bila hasilnya hanya akan membuat diri sendiri tidak bahagia karena menikah itu seharusnya dengan orang yang tepat sehingga tidak menyesal di kemudian hari. Kalau jodoh belum juga muncul, ya...bersabarlah dan ditunggu saja karena jodoh tidak akan lari kemana. 






Review Film Menarik Lainnya

0 comments:

Post a Comment