Thursday, September 19, 2019

ATM: Er Rak Error ~Film Thailand~

ATM: Er Rak Error (ATM เออรัก เออเร่อ) adalah Film Thailand tahun 2012 bergenre komedi romantis. Film ini mengisahkan tentang Jib dan Sua yang menjalin hubungan cinta secara diam-diam karena terbentur peraturan kantor yang melarang sesama pegawai bank untuk menjalin hubungan dan bila ketahuan maka salah satu dari mereka akan dipecat. Hubungan mereka kian pelik saat harus menyelesaikan kekacauan akibat salah satu mesin ATM bermasalah hingga akhirnya hubungan cinta mereka terbongkar.

Para pemain :

Chantavit Dhanasevi sebagai Sua
Preechaya Pongthananikorn sebagai Jib
Pongsakorn Jongwilas sebagai Danai
Puttachart Pongsuchart sebagai Aummara
Thawat Pornrattanaprasert sebagai Peud
Sananthachat Thanapatpisal sebagai Gob
Chalermpol Tikumpornteerawong sebagai Pad
Pongkool Suebsung sebagai Pakorn
Yani Tramod sebagai Direktur
Gornpop Janjaroen sebagai Yoh

Sinopsis lengkap :


Jib adalah seorang wanita karir yang bekerja sebagai wakil direktur divisi ATM sebuah Bank dari Jepang bernama JNBC (Japan National Bank of Commerce). Bank tersebut memiliki peraturan yang menyebutkan bahwa sesama pegawai tidak boleh menjalin hubungan percintaan dan jika ketahuan melanggar maka salah satunya harus keluar. Jib merupakan salah satu orang yang berwenang untuk menyidang dan memecat pegawai melanggar peraturan itu. Contohnya, dia terpaksa menginterogasi pegawai yang bernama Ning dan Aek yang ketahuan berpacaran.


Sayangnya Jib sendiri juga menjalin hubungan dengan Sua, bawahannya sendiri. Malam itu Sua berjalan tergesa menuju tempat parkir, di mana Jib telah menunggunya di dalam mobil. Jib mengaku sudah tak tahan lagi menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi dan dibayangi rasa takut ketahuan. Jib bahkan meminta Sua untuk memeriksa keadaan, siapa tahu ada yang melihat mereka. Sua meminta jib untuk tenang tapi Jib ngomong terus hingga Sua terpaksa menutup mulutnya agar diam.


Saat berhenti di lampu merah, mereka duduk dalam diam tapi mereka menjadi salah tingkah mendengar lagu yang bertema galau. Mereka saling menunggu siapa duluan yang mematikan radio mobil itu dan akhirnya Jib yang melakukannya. Jib menyalahkan Sua yang telah 'menembaknya', Sua jelas tak mau disalahkan. Dia beralasan bila Jib yang 'tebar pesona' duluan dan Sua mengingatkan saat mereka bertemu di lift, waktu itu Jib sengaja bersikap ramah padanya. Jib terpaksa mengakui perbuatannya dan Sua merasa menang.


Jib tak mau kalah, dia kembali menuduh Sua yang menggodanya duluan. Sua pura-pura lupa dan Jib mengingatkan saat Sua datang ke kantornya untuk minta tanda tangan. Sua sengaja memberi pesan mesra yang membuat Jib tersenyum senang atau ketika mereka sedang rapat, Sua membalas pesan sms-nya dengan rayuan gombal yang membuat Jib tersipu malu.


Jib dan Sua bingung dengan situasi yang ada. Jib menyarankan agar mereka putus saja tapi Sua tak mau. Jib lelah harus bersembunyi terus tapi dia langsung terdiam saat Sua menantangnya untuk segera menikah. Sua menjadi gemas dan saat lampu berubah menjadi hijau, dia langsung memutar arah dan memacu mobilnya. Jib hanya bisa berteriak sambil berpegangan erat.


Sua menghentikan mobilnya di depan Hotel Crowne Plaza dan memilih paket pernikahan bersama Jib. Jib masih shock dan Sua yang aktif memilih segala pernak-pernik pernikahan ditemani seorang staf hotel. Akhirnya diputuskan bahwa mereka akan menikah tanggal 31 Oktober bertepatan dengan Pesta Halloween dan Sua setuju. Staf itu meminta Sua untuk melunasi uang mukanya paling lambat 2 minggu lagi dan Sua mengangguk senang sementara Jib masih saja bengong. Saat pulang, Jib baru bisa tersenyum dan Sua menyindirnya. Jib jelas tak mau kalah dan dia mengaku merasa biasa saja.


Paginya, Jib bertemu Sua yang sedang menunggu lift. Jib agak kesal karena Sua menggodanya, dia takut ada yang melihat mereka tapi Sua cuek saja. Ketika sudah masuk dalam lift baru Jib merasa sedikit tenang. Jib mengaku sudah mengabarkan hal itu pada orangtuanya dan mereka senang. Orangtua Jib menginginkan agar Sua segera mengundurkan diri agar bisa mengelola usaha milik keluarganya. Sua jelas kaget dan mereka sama-sama diam. Jib menekankan bila Sua yang menawarinya untuk menikah. Sua mengiyakan tapi dia tak berniat keluar dari pekerjaannya.


Jib kesal dan mereka akhirnya berdebat tentang siapa yang harus mengundurkan diri tapi keduanya tak mau mengalah karena memiliki alasan sendiri. Tiba-tiba terdengar bunyi lift yang akan terbuka dan mereka langsung menjauh. Direktur dan putranya yang bernama Yoh bergabung dalam lift bersama mereka. Direktur memperkenalkan putra yang akan magang di Bank ini kepada keduanya.


Yoh memperkenalkan diri dan memberikan kata sambutan di dalam sebuah rapat. Sua dan temannya yang bernama Danai agak kesal melihat penampilan Yoh yang sok keren. Di akhir pidatonya, Yoh sengaja bertanya pada ayahnya tentang peraturan yang melarang sesama pegawai untuk berpacaran, apakah dirinya yang berstatus pegawai magang juga termasuk? Direktur memberikan pengecualian dan Yoh senang, dia terang-terangan ingin mendekati Jib. Baik Jib dan Sua sama-sama terkejut, Jib hanya bisa tersenyum getir.


Jib sedang mengawasi pegawai yang menyiapkan meja kerja ketika direktur memanggilnya. Jib hanya diam entah terlalu fokus mengawasi pekerja atau sedang melamun. Direktur kembali memanggilnya dan Jib menoleh sambil menyahut. Direktur ingin tahu tentang perkembangan pemasangan software untuk ATM. Jib mengabarkan bila hal itu mulai diterapkan di wilayah Chonburi. 


Pada saat yang sama, dua orang teknisi sedang meluncur menuju ATM yang ada di dekat stadion. Di dalam stadion, sedang ada pertandingan seru antara Chonburi dan Burrium. Kedua teknisi itu bertugas mengganti software lama dengan yang baru. Pria bertubuh agak gendut sedang asyik menyimak pertandingan bola dari ponselnya. Sedangkan pria bertubuh kurus tidak fokus kerja karena ikut mendengarkan. Si gendut menegurnya dan si kurus terpaksa bekerja sendiri tapi dia menjadi bingung saat melihat panduan kerjanya berbahasa Jepang.


Dia bertanya pada si gendut dan si gendut juga bingung. Si kurus menunjukkan buku panduan yang berbahasa Thailand dan dia menunjukkan bila tulisannya mirip sehingga mereka bisa meniru. Perhatian mereka terpecah karena mendengar pertandingan yang kian seru. Mereka akhirnya memencet pilihan sekenanya dan buru-buru menyelesaikan pekerjaan itu lalu pergi ke stadion untuk ikut menonton pertandingan secara langsung. 


Kedua pegawai itu merasa tugasnya telah selesai padahal mereka justru mulai memicu kehebohan jangka pendek dan jangka panjang. Kehebohan jangka pendeknya adalah mereka buru-buru masuk stadion dan nonton tapi salah tempat, mereka mendukung Burrium tapi duduk di bangku pendukung Chonburi. Jelas saja tingkah mereka membuat para pendukung Chonburi menoleh ke arah keduanya. Sedangkan kehebohan jangka panjangnya adalah masyarakat langsung menyerbu ATM setelah mendengar kabar ada ATM yang bisa memberi uang ganda.


Di luar stadion, seorang pemuda bernama Peud yang mengendarai sepeda berhenti di depan ATM. Dia tergoda untuk mengambil uang dan dia heran saat mengambil uang ternyata uangnya keluar sebanyak 2x. Dia penasaran dan kembali mengambil sisa uang miliknya dan ternyata memang benar, uang yang diambil bisa keluar sebanyak 2x. Peud senang bukan main, seolah mendapat durian runtuh karena dia mendapat uang ganda.


Di stadion sedang rehat dan Peud menelepon temannya yang bernama Pad, yang nonton bola di dalam stadion. Pad tak bisa mendengar suara Peud sehingga Peud harus mengulang omongannya beberapa kali dan Pad berusaha mengulangnya dengan suara keras. Peud mengabarkan bila ATM yang di luar stadion sedang rusak karena mengeluarkan uang sebanyak 2x. Karena suara Pad yang mengulang omongan Peud dengan keras maka seisi stadion menjadi hening karena mereka memandangi Pad.


Pad langsung kabur dan para penonton menjadi penasaran dengan apa yang baru saja mereka dengar, tentang ATM yang bisa mengeluarkan uang 2x. Kedua pegawai yang kini menjadi suporter juga kaget, mereka merasa telah melakukan kesalahan besar. Saat pertandingan di mulai kembali, para pemain bola mejadi heran melihat stadion yang mendadak sepi tanpa penonton. Rupanya para penonton lebih memilih untuk membuktikan kebenaran ATM yang bisa mengeluarkan uang 2x.


Manajer Bank di Chonburi yang bernama Pakorn pergi ke Bank yang ada di pusat yaitu Bangkok dan menemui Jib. Pakorn melaporkan apa yang terjadi pada salah satu ATM di Chonburi. Jib panik dan mereka berdua pergi menghadap direktur. Direktur heran mengapa hal itu bisa terjadi dan Jib menjelaskan bila teknisinya kesulitan menginstal software baru karena masih dalam Bahasa Jepang. Jib menambahkan bila uang yang ditarik nasabah sebanyak 130.000 baht.


Direktur ingin mengecek dari CCTV tapi sayangnya usaha itu gagal karena CCTV malah merekam gambar iklan dan sarang burung. Beliau meminta Jib dan Pakorn untuk menyelidiki apa yang terjadi dan menarik kembali uang yang telah diambil nasabah. Direktur mengancam bila mereka tidak bisa melakukannya maka mereka tak akan mendapat bonus selama 10 tahun. Jib protes karena uang yang ditarik nasabah hanya sedikit dan tak sepadan dengan uang bonus mereka. Direktur beralasan bukan uangnya yang jadi masalah tapi kepercayaan nasabah yang menjadi taruhannya.


Jib kesal dan ikutan pusing, dia ingin segera kembali ke ruangannya tapi Yoh menghentikan langkahnya. Yoh sengaja bernyanyi di depan para pegawai lainnya termasuk Sua, dia terang-terangan merayu Jib sambil memberikan seikat mawar merah. Jib menjadi salah tingkah dan malu melihat semua orang menatapnya dengan rasa penasaran. Jib mengambil bunganya lalu masuk ke dalam ruangannya. Yoh tentu senang karena usahanya mendekati Jib berjalan lancar.


Semua pegawai kesal dan juga iri kepada Yoh yang bebas menggoda Jib tanpa takut dipecat. Jib bersembunyi di balik pintu dan dia mendapat sms dari Sua yang seolah menyindirnya tentang adanya aroma perselingkuhan. Jib kesal dan mengintip dari balik jendela, dia melihat Sua sedang melakukan 'tos' dengan Yoh seolah mereka sedang bermain tinju. Seakan tahu bila Jib mengintipnya, Sua sengaja bersikap meledek kearahnya.


Setelah kerja, Sua bermain pingpong bersama Danai. Mereka membahas tentang Yoh yang menggoda Jib. Semula Sua bersikap biasa saja tapi dia mulai kesal saat Danai mulai membahas tentang rencana Jib dan Yoh pergi ke luar kota bersama. Sua kian kesal ketika Danai membahas bagian tubuh Jib, hingga tanpa sadar Sua memukul mata Danai dengan bola pingpong. Danai kesal tapi Sua beralasan bila dia tak sengaja, Danai marah dan tak mau main dengan Sua lagi.


Sua dan Jib makan malam bersama, Sua keberatan bila jib akan pergi bersama Yoh. Sua ingin pergi bersama Jib. Jib beralasan bila Sua tak akan bisa mengatasi masalahnya. Sua ingin tahu apa yang terjadi dan Jib akhirnya cerita tentang ATM di Chonburi yang bermasalah dan dia harus menarik kembali uang yang telah diambil nasabah sebanyak 130.000 baht.


Sua merasa itu masalah kecil dan Jib tak sependapat tapi dia memberikan penawaran, bila Sua bisa mengambil uangnya maka Jib bersedia mengundurkan diri. Sua setuju. Jib balik bertanya bila Sua tak bisa melakukannya dan Sua menambahkan maka dia yang akan mengundurkan diri. Keduanya akhirnya sepakat dengan perjanjian itu.


Pagi itu Sua langsung meluncur menuju Chonburi dengan menggunakan mobil kantor. Sua begitu bersemangat tapi sayangnya dia terjebak macet dan dia tak bisa berbuat apa-apa selain harus menunggu dengan sabar di dalam mobil.


Di Chonburi, Peud kini telah membeli motor baru dan siap menjemput pacarnya yang bernama Gob, putri dari Aummara si pemilik laundry. Gob sedang membantu ibunya ketika dia menemukan pesan dari Peud yang diselipkan dalam saku bajunya. Isi pesannya adalah Peud akan datang menjemputnya jam 1 siang. Gob melirik jam dan waktunya tinggal sebentar lagi. Gob kaget karena Aummara menatapnya dengan curiga, dia buru-buru menyembunyikan kertas itu. Aummara pura-pura melanjutkan pekerjaannya tapi langsung menoleh lagi dan mendekati Gob.


Aummara penasaran dan Gob buru-buru mengunyah dan menelan kertasnya agar tak diketahui ibunya. Aummara kaget melihat tingkah putrinya, Aummara yakin bila itu pesan dari Peud. Aummara mencoba menasihati Gob agar tak bergaul dengan Peud. Aummara hanya bisa menghela nafas melihat putrinya yang ingin menangis. Aummara ingin putrinya mau curhat padanya tapi Gob malah melirik jam sambil berpikir. Gob minta maaf dan dia mendorong ibunya hingga jatuh menimpa baju-baju yang sudah tergantung rapi. 


Gob berlari keluar rumah dan mengendarkan pandangan, dia mencari Peud. Peud muncul dengan motor barunya dan Gob tertawa senang sambil membentangkan salah satu kakinya. Peud memacu motornya dan berbalik agar Gob bisa naik. Gob memeluk pinggang Peud dengan erat dan Peud segera memacu motornya. Aummara berteriak mengejar sambil memaki mereka tapi mereka malah tertawa senang.


Sua tiba di Bank dan disambut oleh Pakorn. Sua shock melihat banyaknya daftar nasabah yang menarik uangnya pada hari itu. Malamnya, Sua memutuskan untuk melihat ATM yang ada di dekat stadion. Dia mencoba mencari cara untuk memecahkan masalah ini dalam seminggu. Dan setelah dihitung-hitung ternyata sulit juga, Sua menjadi kesal dan membuang semuanya tapi sialnya kunci mobilnya ikut terhempas dan masuk lubang selokan. Sua hanya bisa mengomel dan panik sendiri.


Jib dan Yoh berjalan bersama menuju tempat parkir. Jib sebenarnya ingin menolak tapi Yoh beralasan demi keamanan. Ponsel Jib berbunyi dan ternyata dari manajer yang mengabarkan belum ada perkembangan tentang penyelidikan kasus ATM. Jib berpesan agar manajer mengawasi Sua dengan alasan dirinya ingin memantau kinerja bawahannya. Yoh memuji kinerja dan sosok Jib yang sesuai dengan wanita idamannya. Jib mendadak ngeri dan dia punya ide untuk menjahili Yoh. Jib pura-pura menelepon seseorang dengan nada bicara yang kasar dan sengaja bersikap jorok dan urakan. Triknya berhasil, Yoh langsung shock.


Sua mencoba menghentikan taksi di depan ATM tapi sebuah angkot kosong yang dikendarai Pad berhenti untuknya. Sua bertanya apakah Pad tahu tempat orang yang membuat kunci duplikat dan Pad mengiyakan. Mereka berbasa-basi dan Pad langsung ciut nyalinya saat tak sengaja mendengar pembicaraan Sua yang membahas tentang ATM bermasalah. Pad sengaja membawa angkotnya ke tempat gelap dan sepi, dia pura-pura kehabisan bensin dan meminta Sua untuk mendorong mobilnya. Sua mengeluh tapi tetap keluar dan berniat mendorong tapi Pad langsung tancap gas dan meninggalkan Sua.


Sua berteriak memanggil tapi Pad sudah hilang dari pandangan dan Sua terpaksa berjalan tanpa tujuan. Sua melihat sebuah bangunan dan dia tertarik untuk masuk. Sua mengedarkan pandangan tapi tak melihat siapapun. Dia mencoba membuka sebuah pintu yang dikunci dari luar. Paginya, Sua merasa badannya pegal tapi rasa kantuknya langsung hilang ketika melihat seekor buaya yang ada di depannya. Sua mencoba kabur dan menutup pintunya sekuat tenaga tapi si pemilik rumah yang bernama Aumnusy langsung menembaknya. Sua berlari sekencang-kencangnya dan berhasil kabur dengan menumpang sebuah mobil.


Di dalam stadion, Peud sedang mengelap bola sambil melirik ke arah Gob yang bernyanyi sambil bergaya. Peud memanggilnya dan melemparkan sebotol air mineral dingin. Pad muncul dan memanggil Peud tapi Peud masih ingin bersama Gob. Peud memanggil Gob dan mulai melancarkan rayuannya. Dia mengambil pisau dari saku celananya dan mulai menyayat dadanya. Peud merobek dadanya dan mengambil hatinya. Peud mencium hatinya sebelum melemparkan ke arah Gob. Gob menerimanya, dia mencium hati Peud sebelum memasukkan dalam dadanya.


Pad heran dengan tingkah mereka berdua yang dirasa aneh. Dia mendekati Peud yang masih berusaha merayu Gob. Peud ingin Gob menjaga hatinya karena dia cuma punya satu dan hanya diberikan untuk orang yang dicintainya. Gob mengiyakan. Pad menyindir gaya Gob yang seperti orang yang kebelet pipis tapi Peud malah memujinya. Pad segera menarik tangan Peud karena ada hal penting yang ingin dikatakanya.


Mereka akhirnya ngobrol di dalam angkot setelah menutup rapat semua jendelanya. Peud langsung panik setelah mendengar cerita Pad tentang rencana bank menarik uangnya kembali. Peud bingung karena uangnya sudah dipakai untuk membeli motor. Pad juga bingung karena sudah menggunakan uangnya untuk membuat gigi palsu emas. Keduanya berencana membunuh Sua dengan berbagai cara tapi mereka jadi bingung dan takut ketahuan.


Pad bertanya pada Peud berapa kira-kira total uang yang mereka ambil. Peud menghitung kira-kira totalnya adalah 30.000 baht. Pad tak mau menjadi pembunuh hanya gara-gara uang, keduanya kembali panik dan bingung hingga ingin menangis. Pad merasa kepanasan dan meminta Peud untuk membuka semua jendelanya. 


Sua akhirnya tiba di Bank dengan keadaan kusut. Dia kaget melihat Jib dan Pakorn telah menunggunya. Sua mencoba mengusir Pakorn dengan alasan Jib butuh minuman. Setelah hanya tinggal berdua, Sua dengan rasa percaya diri meminta Jib menunggunya bekerja memecahkan masalah ATM. Sua berencana untuk mewawancarai para nasabah yang menarik uangnya di hari nahas itu tapi hingga sore tak ada satupun nasabah yang muncul. Jib ganti menyindir dan menyemangatinya lalu pergi. Sua kian stress.


Di luar Bank, Peud dan Pad menunggu di balik bak sampah yang ada di seberang jalan. Pad langsung bersembunyi diikuti oleh Peud ketika melihat Sua keluar dari Bank. Pad mengintip dari lubang kecil yang ada di tembok tapi tidak jelas karena tertutup debu. Pad meniup dan memasukkan jari telunjuknya dengan harapan bisa mengintip Sua dengan lebih jelas. Pad mulai panik saat jarinya tak bisa keluar. Dia meminta Peud untuk mengintip dan Peud mengatakan bila Sua hendak menyeberang. 


Pad kian panik karena tak bisa kabur dia tak keberatan bila Peud pergi duluan. Peud langsung kabur tapi Pad malah protes karena ditinggal. Peud mengambil pisau milik pedagang pisang dan melemparkannya ke arah Pad lalu dia kabur. Pad bingung melihat pisau ditangannya tapi pada akhirnya dia malah memukul-mukul tembok dengan harapan jarinya bisa keluar sendiri. 


Sua yang kini sudah menyeberang tak sengaja melihat Pad yang memukul tembok dengan pisau. Sua langsung protes karena ditinggal begitu saja, Pad beralasan waktu itu dia mencari toilet karena kebelet. Saat dia kembali Sua sudah tidak ada. Peud yang tak tega meninggalkan Pad memilih kembali dan dia melihat Pad sedang ngobrol dengan Sua. Peud menunjuk Sua dengan mengatakan bila dia tahu siapa yang mengambil uang di ATM. Pad jelas kaget tapi hanya bisa diam. Sedangkan Sua heran karena keduanya seolah tahu apa yang dia cari.


Peud membawa Pad dan Sua ke sebuah kuil. Peud menunjukkan bila jenasah yang ada di altar itulah yang telah mengambil uang di Bank. Sua tak percaya karena orang itu telah meninggal sebulan yang lalu sedangkan masalah ATM baru terjadi minggu ini. Pad dan Peud saling berpandangan karena ketahuan berbohong.


Seorang biksu datang dan bertanya apakah mereka adalah keluarganya almarhum. Sua langsung menunjuk ke arah Peud dan Peud terpaksa mengiyakan. Biksu itu senang dan meminta Peud mengantar almarhum itu pulang karena arwahnya setiap malam selalu gentayangan menganggu orang-orang. Ketiganya bergidik ngeri saat biksu itu memerintahkan agar Peud menuntun arwah itu ke rumahnya. 


Peud takut tapi tak bisa mengelak, dia melakukan apa yang diperintahkan oleh biksu. Peud menuntun arwah itu bukan ke rumah almarhum sendiri tapi ke rumah Pad. Pad jelas protes tapi Pad hanya bisa meringis ngeri. Tiba-tiba seekor kucing hitam melompat ke arah jenasah dan mereka semua langsung kabur ketakutan termasuk si biksu. 


Jib pulang menuju hotel tempatnya menginap dan ketika berhenti di lampu merah, dia memanfaatkan waktu dengan meneliti daftar nasabah yang menarik uang pada hari itu. Jib mencurigai sebuah nama yaitu Aummara (ibunya Gob, si pemilik laundry) dan menandainya. Saking asyiknya bekerja hingga Jib tak sadar lampu sudah berubah menjadi hijau dan dia buru-buru menjalankan mobilnya. Jib berhenti di depan minimarket dan menelepon Pakorn karena butuh bantuan yaitu mencari identitas Aummara. Jib berpesan agar tak mengatakan apapun pada Sua. 


Paginya, Sua berhasil mendapatkan tukang duplikat kunci dan mengajaknya ke tempat terakhir dia meninggalkan mobilnya. Sua panik karena mobilnya raib. Akhirnya Sua bisa menemukan mobilnya di kantor polisi. Polisi beralasan sengaja membawa mobilnya karena parkir sembarangan. Sua beralasan bila kunci mobilnya jatuh ke selokan. Seorang polisi menyarankan agar Sua membawa nomor registrasi mobilnya untuk dicocokkan dan Sua bisa membawa mobilnya bila proses pencocokkan telah selesai. 


Sua memperhatikan polisi yang berseragam lengkap itu dan dia punya ide untuk memuluskan rencananya. Setelah dari kantor polisi, Sua memutuskan pergi ke toko yang menjual seragam aparat. Dia membeli satu set seragam polisi dan langsung memakainya. Sua kemudian pergi ke toko mainan dengan niat untuk membeli senjata mainan tapi dia jadi kesal dan bete karena si penjual (masih bocah) bertanya macam-macam padanya. Akhirnya Sua memutuskan membeli borgol karena pistol yang diinginkannya tidak ada.


Pakorn sedang menelepon karena ingin mengirim fax tapi Sua langsung memborgol tangannya saat Pakorn ingin memencet tombol kirim. Pakorn jelas kaget melihat Sua kini mengenakan seragam polisi. Sua mengajak Pakorn untuk pergi menangkap para nasabah yang nakal itu. Pakorn terpaksa ikut dan dia membawa serta kertas yang akan dia kirim untuk Jib. 


Di tengah jalan, Jib menelepon dan bertanya apakah sudah dikirim atau belum. Pakorn berjanji akan segera mengirimnya. Dia sengaja berbohong pada Sua dengan alasan istrinya menelepon sehingga dia harus pulang. Sua tahu bila Pakorn berbohong karena yang menelepon adalah jib bukan istrinya. Sua tak keberatan di turunkan di tengah jalan tapi dia membuntuti Pakorn dan dia kian penasaran melihat Pakorn masuk toko dan mengirim fax pada seseorang.


Setelah Pakorn pergi, Sua masuk ke dalam toko dan beralasan ingin mengirim fax pada si pemilik toko. Sua menekan tombol redial untuk mencari tahu kemana si manajer mengirimkan faks itu. Ternyata dugaannya benar, si manajer mengirim fax untuk Jib yang menginap di Hotel Thara Chonburi kamar 8005. Si pemilik toko berbaik hati memberi Sua segelas air putih tapi karena terlalu fokus maka Sua tak sadar bila dia salah ambil gelas. Sua malah mengambil gelas yang berisi gigi palsu si pemilik toko. Si pemilik toko sudah berusaha memperingatkannya tapi Sua cuek dan meminum air itu hingga habis.


Sua langsung keluar toko dan muntah karena merasa jijik telah meminum air rendaman gigi palsu. Sementara itu, Jib sedang berdandan di kamar hotelnya saat telepon kamar berbunyi. Resepsionis mengatakan bila Jib mendapatkan sebuah fax dan Jib mengiyakan. Sua melihat Pad dan Peud yang duduk di dalam angkot menunggu penumpang. Sua langsung masuk dan minum air mineral yang ada. Keduanya bergidik ngeri melihat Sua yang mengenakan seragam polisi dan Sua sengaja mengiyakan bila dirinya memang polisi. Sua ingin diantar ke Hotel Thara Chonburi dan Pad tak punya pilihan selain menurut.


Ketika tiba di hotel, Sua melihat Jib yang pergi dengan mengendarainya mobil putihnya. Sua kembali meminta Pad untuk mengikuti mobil Jib dan Pad kembali menurut. Sua melihat Jib berhenti di tempat laundry milik Aummara. Pad bertanya mengapa Jib masuk ke tempat laundry, Sua beralasan bila dirinya sedang menyelidiki kasus Money Laundry. Pad kembali bertanya apakah Sua bekerjasama dengan Jib dan Sua mengiyakan. Hal itu membuat Pad dan Peud kian ngeri.


Jib menyapa Aummara yang sedang menyetrika dan Aummara menyambutnya dengan ramah sambil bertanya apakah Jib ingin menitip cucian. Jib menggeleng, dia mengaku dari Bank dan sedang menyelidiki kasus ATM. Jib bertanya secara detail tentang kegiatan Aummara yang menarik uang berturut-turut dalam sehari. Semula Aummara mengelak tapi tak bisa berkutik saat Jib menebak bila Ibu Aummara membelanjakan uangnya untuk membeli mesin cuci. Aummara panik dan menutup tokonya. Jib berusaha mengingatkan agar besok Aummara menyiapkan uangnya atau mesin cucinya akan disita.


Jib akhirnya pergi dan Pad bertanya pada Sua apa yang akan mereka lakukan. Sua meminta Pad untuk kembali mengikuti Jib. Jib memilih kembali ke hotel. Sua mendatangi resepsioni dan sengaja memesan kamar yang bersebelahan dengan jib yaitu kamar 8004. Sua berhenti di depan kamar Jib dan mencoba menguping, dia menduga Jib sedang mencari acara tv yang bagus karena terdengar suara yang berbeda-beda. Sua memutuskan segera masuk ke dalam kamarnya.


Sua sengaja menelepon Jib dan bertanya apakah Jib ada di rumah, Jib menjawab bila sedang dalam perjalanan pulang. Sua cemberut karena Jib membohonginya. Jib bertanya keperluan Sua meneleponnya. Sua bertanya apakah besok Jib bisa bertemu ibunya untuk membahas tentang pernikahan. Jib bingung dan beralasan tidak bisa karena sibuk. Sua tak keberatan tapi dia ingin Jib melihat keluar jendela karena bulannya sedang tersenyum seperti ibunya yang senang atas rencana pernikahan mereka.


Jib heran tapi menuruti permintaan Sua, Jib membuka tirai jendela dan dia kaget setengah mati melihat Sua ada di luar jendela kamarnya. Jib kesal karena Sua membuatnya kaget. Sua tak kalah kesalnya karena Jib berlaku curang, Sua ingin Jib tak menggunakan mobil seperti dirinya. Jib tak mau kalah dan menyindir Sua yang mengenakan seragam polisi gadungan. Sua membanggakan diri bila dia berhasil karena Ibu Aummara telah mengembalikan uang padanya. Jib tak percaya karena dia tahu Sua sudah berbohong, Jib hafal gelagat Sua bila berbohong yaitu hidungnya kedutan.


Sua menjadi salah tingkah ketahuan berbohong dan dia balas meledek Jib. Jib tak terima dan balas mengomeli Sua sambil membuka jendela kamarnya. Sua memanjat pagar dan kembali ke teras kamarnya tapi tetap meledek Jib. Jib kesal dan melemparkan gulungan tisu padanya. Sua berlagak menghindar tapi kepalanya malah kejedot tembok. Dia menjerit dan Jib merasa kasihan melihat Sua masuk ke kamarnya sambil cemberut.


Paginya, Sua sengaja menyelipkan kertas di bawah pintu kamar Jib sebelum pergi tapi Sua kena karma karena kepalanya kembali kejedot tembok. Jib melihat kertas itu dan dia kesal setelah membacanya. Kini Jib telah rapi dan siap untuk pergi tapi dia kembali mendapati pesan dari Sua yang bernada memprovokasinya. Jib kesal dan meremas kertas itu. Jib jelas tak mau kalah, dia segera menyalakan mobilnya tapi dia heran karena mobilnya tak bergerak sama sekali. Jib penasaran dan keluar untuk melihat apanya yang salah. Jib hanya bisa berteriak kesal karena kini mobilnya gundul tanpa ban sehingga tak bisa bergerak.


Sua pergi ke tempat laundry tapi dia hanya bertemu dengan Gob, putrinya Aummara. Gob terpesona melihat penampilan Sua yang gagah nan tampan. Sua datang untuk mencari ibunya tapi Gob mengatakan bila ibunya sedang pergi. Sua agak risih melihat Gob yang bersikap manja dan agak genit padanya tapi dia mencoba bersabar. Gob bersedia mengantar Sua ke kuil untuk bertemu dengan ibunya dan Sua mengiyakan saja.


Gob mencolek ibunya yang sedang berdoa dengan alasan ada yang ingin bertemu. Aummara menoleh dan melihat Sua, Aummara bertanya apakah Sua juga ingin beribadah? Belum sempat Sua menjawab, Gob langsung menimpali bahwa Sua datang untuk bertanya tentang uang dari ATM makanya dia membawa Sua kemari untuk bertemu ibunya. Aummara langsung menoleh dan memelototi putrinya. Aummara kembali menoleh ke arah Sua yang tersenyum padanya, dia pura-pura tak tahu apapun.


Gob membantu ibunya dengan mengatakan bila tempo hari dia menemukan uang di saku pelanggan dan ibunya langsung mengembalikannya. Aummara tersenyum senang dan membelai rambut putrinya. Beliau mengaku pasti akan mengembalikan sekecil apapun uang yang dia temukan. Gob kembali menambahkan bila ibunya bersedia bersumpah di depan Budha bila Sua tidak percaya padanya. Aummara jelas kaget tapi dia tak punya pilihan karena baik Gob dan Sua sama-sama mengangguk setuju. Akhirnya Aummara memilih kabur dengan menggunakan sepeda putrinya dan tak memperdulikan teriakan Sua.


Pad sedang menerima upah dari penumpang yang turun dari angkotnya ketika Jib menghampirinya dan minta diantar ke tempat laundry Aummara. Pad ketakutan dan dia mengaku bila angkotnya tak melewati rute itu dan dia menyarankan agar Jib mencari angkot jurusan lain. Jib kesal dan pergi menjauh, Pad merasa sedikit khawatir karena Jib masih berdiri tak jauh dari angkotnya. 


Seorang penumpang wanita turun dan meminta Pad memegang tas plastiknya karena ingin mengambil uang untuk biaya angkot. Pad heran dan bertanya mengapa tas plastiknya bergerak terus dan wanita itu menjawab bila isinya adalah kodok. Pad menjerit kaget dan melemparkan tas plastik itu ke udara. Jib ikut kaget dan menoleh. Tiga ekor kodok yang ada di dalam plastik itu terbang dan salah satunya hinggap di wajah Pad. Pad akhirnya pingsan karena ketakutan.


Pad siuman dan dia melihat Pakorn. Pad bertanya apakah dirinya ada di rumah sakit dan Pakorn meralat sambil mengatakan bila Pad ada di Bank. Pad menjerit ketakutan dan mulai bicara tak karuan tentang ATM. Jib dan Pakorn saling berpandangan sejenak. Pad terdiam karena merasa telah menggali lubangnya sendiri. Pad kian ketakutan melihat Jib yang menatapnya dengan sorot mengerikan.


Sementara itu Sua terpaksa mau menuruti kemauan Gob untuk melakukan foto prewed dengannya sebagai imbalan mengawasi gerak-gerik ibunya agar jangan sampai memberikan uang kepada Jib. Gob senang dan bergaya dengan berbagai pose sementara Sua hanya bisa diam cemberut. Peud tak sengaja melihat Gob bersama Sua di butik gaun pengantin. Sua mulai stress melihat tingkah Gob dan memilih pergi. Gob ingin mengejarnya tapi Peud memanggilnya.


Peud protes karena Gob bersama Sua, dia kian kesal saat berhasil merampas foto prewed yang ingin ditelan Gob. Sua heran dan bertanya apakah mereka berdua pacaran tapi jawaban keduanya berbeda. Peud mengiyakan sedangkan Gob menyangkal. Gob hanya menganggap Peud sebagai teman. Peud sedih ketika Gob mengaku bila dulu dia punya rasa tapi kini dia ingin bersikap realistis dan lebih memilih Sua. Sua kaget dengan situasi tak terduga itu, dia mencoba menyangkal dan mengatakan tak ada hubungan apapun antara dirinya dan Gob.


Peud sedih sambil mengingatkan bila dia sudah memberikan hatinya tapi Gob kini malah membuangnya. Sua kian panik, dia meminta Gob untuk menjelaskan yang sebenarnya pada Peud. Gob mengiyakan tapi bukannya membantu Sua, Gob malah senang karena kini Peud telah sadar dan menerima kekalahan. Peud sedih dan mengembalikan foto prewed pada Gob lalu berjalan pergi pergi tapi Gob memanggilnya. Peud mengira Gob berubah pikiran tapi ternyata Gob hanya ingin mengingatkan bila Peud salah arah dan motornya ketinggalan. Peud benar-benar patah hati, dia melemparkan kunci motornya ke arah Gob dengan alasan tak butuh motornya dan berlari sambil menjerit histeris.


Sua heran karena Peud memberikan motornya begitu saja, dia menduga kalau Peud anak orang kaya. Gob meralatnya, Gob mendengar kalau Peud baru saja menang undian dan uangnya dipakai untuk membeli motor. Sua mendadak curiga. Sementara itu, Peud yang pulang ke kamar kosnya memutuskan untuk mencukur rambutnya yang bertuliskan 'Gob'. Terdengar suara ketukan dan saat membuka pintu, ada kiriman baju bersih dari laundry. Peud menemukan catatan dari Gob yang memintanya ketemuan di lapangan sepakbola karena Gob menyesal. Peud jelas senang dan bersiap pergi.


Di Bank, Pakorn menelepon Sua karena ada kiriman dari kantor polisi. Sua menduga itu adalah kunci dan surat registrasi mobil. Sua meminta Pakorn untuk mengambilkan mobilnya di kantor polisi dan Pakorn mengiyakan. Jib masuk dan bertanya apakah Pakorn sudah siap. Pakorn bertanya apakah Jib terburu-buru? Kalau tidak, dia ingin ke kantor polisi dulu untuk mengambil mobilnya Sua. Jib tak keberatan untuk mampir ke kantor polisi dulu sebelum pergi mencari para tersangka.


Peud bertemu Gob di lapangan sepakbola. Gob meminta Peud untuk berkata jujur tentang uang untuk membeli motornya. Peud kaget mendengar pertanyaan itu. Gob beralasan bila hal itu penting agar mereka bisa saling terbuka sejak awal. Gob menebak bila Peud mendapatkan uang dari ATM dan Peud tersenyum mengiyakan. Gob bertanya apakah Peud mau menerimanya kembali? Peud kembali tersenyum sambil menyetujuinya. Gob meminta agar mereka berjabat tangan sebagai tanda kembali hatinya dan Peud setuju tapi dia berteriak saat Gob memborgol tangannya. Dia panik saat melihat Sua mendekatinya sambil mengatakan bila kini Peud telah mengakui kejahatannya.


Di tempat lain, Pad yang sedang membawa angkotnya menjadi kesal karena ada mobil merah yang menyerobot jalannya. Pad kaget melihat Jib turun dari mobil sambil membawa karung berisi sesuatu. Jib mendekati Pad dan bertanya dengan nada mengancam apakah Pad mengambil uang tambahan dari ATM. Semula Pad tak mau mengaku tapi dia menjerit panik ketika Jib menumpahkan isi karungnya yang berupa kodok dalam jumlah yang banyak. Jib meminta Pakorn untuk memasukkan kodok yang paling besar ke dalam bajunya Pad. Pad kembali menjerit dan akhirnya mengaku mengambil uang 14.000 baht. Pad mengaku mengambil uang bersama temannya yang bernama Peud.


Sua kini sedang menginterogasi Peud. Sua memberi pilihan pada Peud, mau mengembalikan uangnya atau dipenjara. Semula Peud tak mau mengaku dan Sua pura-pura menelepon rekannya agar menjemput Peud di lapangan sepakbola. Peud menjadi ketakutan dan dia mengaku mengambil 18.000 baht. Peud menambahkan bila dirinya mengambil uang bersama Pad. Sua kaget karena Pad ternyata juga terlibat.


Sua dan Jib kini sama-sama menghitung jumlah uang yang telah diambil dari ATM oleh tiga tersangka yaitu Ibu Aummara, Peud dan Pad tapi ternyata jumlah uangnya masih kurang 20.000 baht. Jib menandai nama yang telah menarik uang sebanyak 20.000 baht dan yang menjadi tersangka selanjutnya ada si manajer sendiri. Jib kesal karena Pakorn pura-pura tak tahu. Sua penasaran dengan sebuah nama yang menarik uang sebanyak 20.000 baht dan dia ingat bila itu adalah si manajer Bank.


Jib melirik dari kaca spion dan dia melihat Pakorn sedang memunguti kodok dari dalam angkot Pad. Jib sengaja memundurkan mobilnya hingga Pakorn terjepit diantara angkot dan mobilnya. Jib marah dan menarik kartu pengenal Pakorn. Jib menuduhnya ikut mengambil uang ATM. Pakorn menyerah karena Jib benar-benar ingin membuatnya mati terjepit tapi dia minta Jib untuk mau mendengarkan penjelasannya dulu. Jib membuka pintu mobil sambil menatap Pakorn dengan sorot kesal.


Pakorn mengatakan bila dirinya memang ada di ATM saat para teknisi itu mencabut kabel ATM. Massa kian beringas setelah mengetahui mesin ATM mendadak mati. Pakorn berinisiatif untuk memasang kabelnya hingga ATM menyala kembali. Pakorn mengaku hanya memasang kabelnya tapi tak ikut mengambil uang, dia hanya ingin memastikan apakah masih ada masalah. 


Jib tak percaya dan kembali menekan Pakorn. Pakorn mengaku butuh uang tapi tak mendapat uang tamabahan karena ATM sudah kehabisan uang. Jib sedikit percaya dan kembali mencari tersangka lain yang mengambil uang sebanyak 20.000 baht. jib menemukan sebuah nama yaitu Aumnusy sementara Pakorn mengomel sendiri karena mendapat pelakuan buruk dari Jib.


Jib keluar dari mobil dan mendekati Pakorn. Jib mengaku bila untuk sementara dia mempercayai Pakorn dan Pakorn tersenyum mendengarnya tapi dia tak bisa menolak ketika Jib minta kunci kantor padanya. Jib langsung tancap gas setelah mendapatkan kuncinya, dia tak perduli dengan rasa penasaran Pakorn. Pakorn baru saja bernafas lega tapi dia mendadak frustrasi saat Sua mengancamnya tentang hal yang sama yaitu uang ATM. Pakorn mengaku sudah mengatakan semuanya pada Jib dan kini Jib sedang di Bank karena tadi meminta kunci padanya.


Hari sudah gelap ketika Jib masuk ke dalam bank, dia langsung menuju kantor Pakorn dan menyalakan komputer. Tiba-tiba Jib mendengar suara yang mencurigakan, Jib mengedarkan pandangan tapi keadaan sepi dan gelap. Jib mulai merasa ngeri dan takut ketika melihat kursi yang bergerak sendiri dan dia menjerit saat mendengar suara telepon. Tapi rasa ngerinya mendadak berubah menjadi rasa kesal karena dia sempat melihat bayangan kaki seseorang dan dia yakin orang itu adalah Sua.


Jib sengaja melepas sepatunya dan berjalan sambil membawa paku payung, Jib menyebarkan paku itu di lantai di dekat Sua bersembunyi. Jib berjalan ke arah lain dan sengaja menghentakkan sepatunya. Sua yang tak mau ketahuan jelas berpindah posisi dan dia menjerit kesakitan karena tangan dan tubuhnya kena paku payung. Jib yang merasa menang langsung menyalakan lampu agar terang. Jib pura-pura kaget melihat Sua yang kesal sambil menunjukkan tangan dan tubuhnya yang kena paku. Jib menyindir Sua yang baru saja makan permen warna-warni. 


Sua balik menyindir Jib yang suka menyakitinya dan Jib balik menyindir Sua yang suka menakutinya. Sua ingin tahu apa yang dilakukan Jib di kantor malam-malam tapi Jib tak mau mengaku. Jib melirik ke arah kantor dan Sua berusaha menghalanginya tapi Jib jatuh dan Sua menjadi merasa bersalah lalu mendekatinya. Ternyata Jib hanya pura-pura, dia berlari menuju kantor dan mengunci pintu. Sayangnya Jib tak tahu password komputernya dan terpaksa minta bantuan Sua.


Di kamarnya, Sua mendapat sms tentang siapa yang akan mengecek data penarikan nasabah terakhir. Sua jelas ingin dirinya yang menenangkan taruhan dan dia menyusun rencana untuk menghalangi Jib. Sua pura-pura numpang mandi di kamar Jib dan Jib malah tak keberatan Sua menginap di kamarnya dengan alasan takut hantu padahal Jib juga sudah punya rencana untuk menghalangi Sua.


Jib baru selesai mandi dan dia melihat Sua sedang sibuk dengan laptopnya. Jib membuka lemari dan ingin mengambil seragam polisi gadungan itu tapi Sua memanggilnya dengan alasan undangan pernikahan mereka telah selesai. Jib terpaksa ikut melihat dan dia suka dengan desain undangannya, dia ingin Sua mengambilnya besok. Sua hanya diam dan dia mengingatkan agar Jib meminum susu kedelai yang telah dia siapkan.


Jib segera meminumnya tapi dia curiga melihat bayangan Sua di cermin yang sedang mengamati dan tersenyum saat melihat dirinya meminum susu. Jib menduga bila Sua telah memberi obat tidur dalam susunya. Jib berbalik dan memaksa Sua untuk menghabiskan sisa susunya. Sua jelas menolak dengan alasan sudah kenyang. Jib menyindir bila Sua telah memberi obat dalam susunya makanya tak mau minum. Sua mencoba tertawa mengelak tapi Jib tetap menyodorkan gelasnya. Sua terpaksa minum dan Jib memegangi gelasnya hingga akhirnya Sua meminum habis susu itu.


Kini keduanya merasa ngantuk dan Jib kembali bertanya apakah Sua memberi obat tidur pada susu tadi dan Sua kembali menyangkal dengan alasan mereka terlalu lelah makanya jadi mengantuk. Keduanya berusaha keras untuk tetap terjaga agar besok pagi bisa pergi. Paginya mereka bahkan sudah rapi tapi karena lemas, mereka tiduran di kasur sambil berusaha tetap membuka mata. Jib akhirnya menyerah dan memejamkan mata. Sua yang juga lemas menjadi tersenyum senang.


Jib kaget ketika membuka mata, dia sedang tidur berselimut di bak mandi. Jib panik, Sua telah mengurungnya di dalam kamar mandi dan dia tak bisa keluar karena pintu kamar mandi dihalangi oleh lemari. Jib berteriak sambil menggedor pintu tapi tak ada yang mendengar atau membantunya. 


Sementara itu, Sua pergi ke Bank dengan naik motor milik Peud. Ketika matanya terpejam maka Sua sengaja meminum es yang telah dibelinya agar tak ngantuk. Sua tiba di Bank dan langsung masuk kantor Pakorn. Dia mengusir Pakorn yang sedang bekerja dan langsung duduk di depan komputer. Sua melirik Pakorn yang masih berdiri melihatnya, dia memberi kode agar Pakorn keluar dan Pakorn menurut. Sua kaget melihat identitas nasabah terakhir yaitu Aumnusy, Sua ingat dengan pria tua yang memiliki pistol dan memelihara buaya itu.


Jib berhasil keluar dari kamar mandi dengan cara yang sadis yaitu memukul pintu dan lemari hingga bolong. Sebelum pergi, Jib sengaja menelepon polisi agar menangkap Sua yang menyamar menjadi polisi untuk berbuat onar. Sementara Sua kembali ke toko mainan dimana yang menjadi penjaganya adalah bocah yang bawel. Sua bertanya apakah pistol yang diinginkannya sudah ada dan bocah itu mengiyakan. Sua ingin membeli 2 pucuk pistol tapi si bocah kembali bertanya macam-macam dan Sua menjadi kesal, dia mengancam akan menjitak si bocah bila terus saja bertanya.


Sua akhirnya bisa membeli 2 pucuk pistol dan bersiap pergi tapi saat hendak naik motor, dia disergap polisi. Sua ketakutan dan membuang pistol mainan itu tapi polisi bersikeras untuk menangkapnya. Sua tak berkutik dan akhirnya di penjara. Sua mencoba menelepon Jib tapi dia menjadi kesal. Ternyata Jib yang melaporkannya ke polisi dengan alasan ingin balas dendam karena telah mengurungnya di kamar mandi. Sua mengeluh karena kini dia beneran masuk penjara dan itu akan memberi catatan buruk padanya. 


Jib tak perduli karena kini dia sudah masuk ke kantor Pakorn tapi Pakorn heran karena tak bisa membuka komputernya. Jib berpikir sejenak dan bertanya apakah Sua sempat datang kemari. Pakorn mengiyakan, tadi pagi Sua sempat datang ke Bank. Jib kesal dan dia kembali menjawab panggilan Sua, dia ingin password komputer dan berjanji akan membebaskan Sua. Sua senang karena usahanya berhasil, dia tak mau menunjukkan password yang baru sambil menutup teleponnya.


Jib kian kesal dan mau tak mau harus berusaha sendiri mencari petunjuk. Waktu terus berlalu tapi dia tetap tak bisa membukanya. Jib berusaha mengingat kata yang mungkin digunakan Sua tapi tak ada yang cocok dan hal itu membuatnya stress. Jib ingat bila Sua selalu menyebutnya 'kamu ular' dan dia ingin Pakorn menulis kata itu. Pakorn agak ragu saat menekan tombol karena selalu saja salah password. Tapi keduanya lega karena ternyata kata itu cocok dan komputer bisa terbuka. Pakorn ikut senang sekaligus heran karena Sua menyebut Jib dengan kata 'kamu ular'. 


Di kantor polisi, Sua akhirnya bisa bebas. Seorang polisi menyerahkan barang-barangnya yaitu dompet dan 2 pucuk pistol mainan. Ternyata yang membantu Sua adalah Aummara dan Gob. Sua menelepon Jib dan Jib dengan percaya diri mengatakan bila dirinya tak butuh bantuan karena sudah bisa membuka komputer sendiri. Jib menambahkan bila kini dirinya akan menuju rumah Aumnusy. Sua kaget dan melarangnya karena di sana berbahaya, ada buaya liar. Baik Aummara dan Gob kaget mendengar Sua menyebut kata buaya.


Jib tak perduli dengan peringatan Sua dan menutup teleponnya. Sua khawatir dan ingin menyusulnya. Aummara dan Gob mengikuti Sua yang hendak pergi dengan motor. Aummara bertanya apa yang terjadi dan Sua menjelaskan bila Jib akan pergi ke rumah nasabah yang menarik uang ATM tapi pria tua itu memelihara buaya. Aummara kaget dan Sua juga kaget melihat reaksi keduanya. Sua bertanya apakah mereka mengenal pria itu dan keduanya mengangguk.


Akhirnya Sua pergi bersama mereka dengan menumpang angkot milik Pad. Peud juga ikut dan duduk di depan bersama Pad. Pad heran melihat sikap Peud yang bersedia membantu Sua dan Peud beralasan bila jodoh tak akan lari kemana. Gob mengomel karena Sua ternyata sudah punya pacar, dia merasa dibohongi tapi Sua cuek aja karena dia mengkhawatirkan Jib. Justru Aummara yang heran melihat tingkah putrinya.


Jib menelepon Sua dan pura-pura minta tolong dengan suara memelas. Sua panik tapi kemudian Jib mengaku bila dirinya sudah sampai di rumah Aumnusy. Dengan nada percaya diri, Jib ingin Sua kembali ke Bangkok karena dirinya pasti menang. Sua meminta agar Jib tak mendekati atau memasuki gudang karena di sana ada buaya tapi Jib keburu menutup teleponnya. Sua kian panik, dia berteriak meminta agar Pad lebih ngebut karena jib sudah sampai duluan dan Pad menurut, dia memacu angkotnya.


Jib memasuki halaman rumah Aumnusy dan dia tertarik melihat gudang tua seperti yang dikatakan Sua. Jib membukanya dan dia memang melihat buaya yang sepertinya sedang tidur sambil membuka mulutnya. Jib penasaran dan menyorotkan senter kecil ke arah buaya tapi buaya itu hanya diam. Jib mempermainkan kunci mobilnya dan dia tak sengaja menjatuhkannya ke dalam mulut si buaya. Si buaya mengedipkan mata dan ketika Jib berusaha mengambil kuncinya, dia tak sengaja menyentuh gigi si buaya. Tiba-tiba si buaya menutup mulutnya dan Jib menjadi kaget dan menjerit.


Jib berteriak sekerasnya dan berlari keluar. Aumnusy kaget mendengar teriakan itu dan segera keluar rumah sambil membawa pistol. Sua dan rombongan akhirnya tiba dan dia mendekati Jib yang tampak panik. Aumnusy kesal melihat orang tak dikenal masuk seenaknya dan dia langsung menodongkan pistolnya ke arah Jib dan Sua. Sua memeluk Jib dan mengarahkan pistol mainannya pada Aumnusy.


Sua menembak Aumnusy dengan pistol mainannya, Aumnusy yang kewalahan diberondong peluru mainan tak sengaja melepaskan tembakan dan tembakan itu mengenai si buaya yang bernama Jack. Aumnusy histeris melihat buayanya terluka. Jib dan Sua menjadi merasa bersalah melihatnya. Aumnusy berteriak ke arah mereka agar membantunya membawa Jack ke rumah sakit. Akhirnya Jack naik angkot menuju rumah sakit.


Di rumah sakit, semuanya menjadi heboh dan panik melihat ada buaya ikut menjadi pasien. Akhirnya Jack mendapatkan perawatan dan mereka menunggu. Aummara kesal melihat mantan suaminya yang mondar-mandir, beliau menyarankan agar duduk bersama putri mereka. Aumnusy ikutan kesal, dia sedih karena baru saja membeli Jack tapi kini semuanya menjadi kacau. Aumnusy menyalahkan Sua karena gara-gara Sua maka dirinya menjadi salah tembak hingga melukai Jack. Sua dan Jib hanya bisa saling berpandangan, keduanya kian merasa bersalah.


Aummara berbisik pada Gob sambil mengenang bila dulu saat Gob masih kecil dan jatuh dari genteng hingga kepala terbentur tapi ayahnya tak seperduli seperti sekarang. Aummara kesal karena mantan suaminya jarang memperhatikan Gob. Gob hanya meringis sedih mendengarnya. Kini Gob baru menyadari mengapa sekarang dirinya bermasalah yaitu sangat merindukan kehadiran seorang pria. Gob membujuk ibunya agar dinikahkan dengan Sua. Aummara bergidik ngeri mendengar permintaan putrinya.


Dokter keluar dari ruang operasi dan Aumnusy segera mencari tahu tentang keadaan Jack. Dokter mengabarkan bila nyawa Jack tak tertolong karena kehilangan banyak darah. Aumnusy sangat sedih mendengarnya. Dokter juga menunjukkan sesuatu yang tersangkut di leher Jack yaitu kunci mobil milik Jib. Aumnusy penasaran dengan benda itu dan Jib mengakui bila benda itu miliknya.


Aumnusy bingung melihat besarnya tagihan rumah sakit, dia tak tahu harus mencari uang kemana. Jib bersedia membayar semuanya karena dia merasa bertanggungjawab atas kekacauan yang ada. Jib berterimakasih pada semua karena telah membantunya. Mereka berempat mengakui dengan jujur bila mengambil uang tambahan di ATM. Aumnusy mengambil 20.000 baht untuk membeli Jack dengan harapan hidupnya akan beruntung. Aummara mengambil 78.000 baht untuk membeli mesin cuci baru. Pad mengambil 14.000 baht untuk membuat gigi palsu emas dan Peud mengambil 18.000 baht untuk uang muka membeli motor.


Jib mengaku bila Bank juga bersalah atas masalah ini sehingga dia berjanji akan membantu mereka. Jib tak akan mengatakan pada Bank bila mereka berempat yang mengambil uangnya. Mereka berempat senang mendengar janji Jib itu sedangkan Sua menjadi heran dan penasaran. Sua bertanya tentang tugas mereka yaitu mengambil kembali uang 130.000 baht dari mereka tapi Jib merasa bila mereka semua telah menyelamatkannya jadi dia tak akan menyusahkan mereka dengan masalah uang. Sua tak bisa membantah karena dia terkejut dengan perubahan sikap Jib.


Mereka akhirnya pulang tapi Gob penasaran dengan sikap Peud yang acuh padanya. Peud bahkan tak menyahuti panggilannya. Gob kesal dan kembali memanggilnya. Suara Gob membuat yang lain penasaran, mereka berhenti sambil menoleh ke belakang. Peud menguatkan hati dan hendak berlari tapi Gob memanggilnya dan memintanya berbalik. Peud terpaksa menurut. Gob meniru gaya Peud saat menyerahkan hati padanya. Tingkah Gob membuat semuanya heran termasuk ibunya sendiri.   

Paginya, Sua terbangun dan dia heran ketika melihat kamar Jib yang telah dirapikan. Pegawai hotel memberikan barang titipan Jib untuk Sua. Ternyata Jib pulang dengan menggunakan mobil kantor sedangkan Sua terpaksa pulang dengan menggunakan mobil Jib yang masih gundul tanpa ban. Sua harus memasang ban dulu sebelum menggunakannya untuk pulang ke Bangkok.

Ternyata Jib memang curang. Di depan keempat nasabah (Aummara, Aumnusy, Pad dan Peud) mengaku bila tak akan mengatakan apapun pada pihak Bank tapi ternyata Jib sengaja merekam pengakuan mereka dengan ponsel. Jib puas karena telah mengelabuhi Sua dan keempat nasabah itu. Jib mengendarai mobil sambil tersenyum senang dan artinya Sua yang kalah sehingga harus mengundurkan diri.


Di kantor, Jib menyiapkan rekaman pembicaraan pengakuan keempat pengambil uang. Dia tersenyum menang dan sengaja meninggalkan amplop yang berisi CD rekaman pengakuan di rak meja kerja direktur. Jib berharap bisa menang dan Sua yang akan keluar tapi nyalinya menjadi ciut saat melihat direktur berbicara dengan rekan kerja yang lain tentang suatu hal tapi intinya Bank akan melapor ke pihak berwajib dan tak segan untuk menuntut.


Jib ragu dan akhirnya menyelinap masuk ruang kerja direktur untuk mengambil amplopnya kembali. Jib masuk ruangannya dan dia kaget melihat cover CD yang berbeda, dia penasaran dan melihat isinya. Ternyata CD itu berisi video alay milik Yoh. Jib panik ternyata dia salah ambil, dia buru-buru pergi ke ruangan direktur. Sayangnya direktur sudah melihat isi CD rekaman pengakuan, direktur memuji kinerja Jib.


Aumnusy, Ibu Aummara, Peud dan Pad menjadi panik karena mendapat telepon dari pihak Bank yang menuntut uang mereka kembali. Sua sedang memasang ban mobil saat melihat Pad datang menemuinya dengan tergesa. Pad ingin tahu mengapa Bank masih menelepon mereka dan ingin mereka segera mengembalikan uangnya bila tidak maka mereka akan dilaporkan ke pihak berwajib padahal semalam Jib sudah meyakinkan bila masalahnya telah selesai. Sua tak tahu harus menjawab apa tapi dia memutuskan segera kembali ke Bangkok.


Di kantor, Sua menemui direktur sambil menyerahkan uang sebanyak 130.000 baht yang telah dikembalikan oleh nasabah kepada Bank. Direktur senang. Direktur menelepon Jib dan mengabarkan bila masalah ATM telah selesai karena Sua telah mengembalikan semua uangnya pada pihak Bank sehingga Jib tak perlu menuntut lagi. Direktur menganggap masalah ATM telah selesai. Jib mengiyakan dan dia melihat Sua kini telah duduk kembali di meja kerjanya. Jib penasaran dan menelepon Sua agar datang ke ruangannya.


Jib bertanya dari mana mereka bisa mendapatkan uangnya dan Sua menjawab dari pinjaman. Jib menyerah karena Sua yang menang maka dirinya akan segera mengundurkan diri. Sua mengaku bila keempat orang tak meminjam uang tapi itu uang pernikahan mereka. Jib kesal karena Sua seenaknya menggunakan tabungan mereka tapi Sua balik bertanya bagaimana Jib bisa tega menuntut orang yang telah membantu mereka. Jib kian kesal karena merasa Sua mengalihkan pembicaraan. Sua mengingatkan bila Jib terlalu berambisi terhadap apapun dan juga egois. 


Jib menuduh Sua yang tak ingin menikah dan tak serius dengan hubungan mereka. Sua mencoba bersabar dan ingin agar Jib bisa mengerti posisi mereka tapi Jib tak ingin tahu. Dia menuduh Sua yang hanya mempermainkan dirinya saja. Jib bahkan kembali minta putus saja. Sua ikutan kesal dan mengiyakan lalu keluar dari ruangan Jib. Bukannya senang, Jib malah merasa sedih setelah Sua pergi.


Hari terus berlalu dan kini Jib dan Sua seperti orang asing. Ketika tak sengaja bertemu di lift, Jib dan Sua seolah merasa tak nyaman bila berdekatan tapi mau bagaimana lagi? Lift sedang penuh sehingga mereka berdua terpaksa berdiri berdekatan.


Sua pergi ke Chonburi dan bertemu dengan keempat teman barunya yaitu Aummara, Aumnusy, Peud dan Pad. Aummara menyerahkan amplop padanya. Sua heran dan membukanya ternyata ada uang sebanyak 1.200 baht. Sua agak kecewa karena uang itu dari mereka berempat tapi dia sedikit tersenyum mendengar janji Aummara, bahwa mereka akan mencicil hingga utang mereka lunas pada Sua. Sua terharu dan tak menyangka bila mereka bersedia mencicil uang yang telah dipinjamkannya.


Jib dan seorang rekan perempuan sedang pergi ke suatu tempat tapi terjebak lampu merah. Yoh ikut menumpang di mobil Jib tapi Jib kesal karena Yoh menyanyi sambil merayunya. Jib sengaja menjahilinya, mengegas dan mengerem mobilnya secara mendadak hingga Yoh terdorong ke depan dan ke belakang. Jib dan rekannya tersenyum senang. Yoh hanya bisa meringis kesakitan karena dia tak sengaja menggigit lidahnya sendiri tapi Yoh tak sengaja menemukan segumpal kertas dan dia kaget saat membaca isinya.


Yoh menyerahkan kertas itu pada ayahnya. Direktur kaget dan memanggil Jib. Jib hanya bisa diam termangu saat direktur menunjukkan kertas itu padanya. Jib melirik ke arah Yoh yang pura-pura tak tahu apapun. Direktur meminta Yoh untuk memanggil Sua. Jib melarangnya dengan alasan dirinya bersedia mengundurkan diri secara sukarela.


Sua berjalan menuju mejanya dan dia heran melihat beberapa rekan yang menatapnya dengan sorot ingin tahu. Sua duduk di mejanya dan menyalakan komputer. Sua menunggu komputernya menyala sambil bermain jepretan (stampler). Dia melirik ke arah ruangan Jib yang kosong. Tiba-tiba Danai menabraknya dengan kursi beroda hingga membuat Sua mengomel karena kaget. Danai menyindir Sua tapi dia tak mengerti arah pembicaraan Danai. Danai mengatakan bila Jib telah berkorban untuk Sua karena kini Jib telah mengundurkan diri. Sua kaget mendengarnya. 


Danai minta maaf karena beberapa waktu yang lalu sempat berkata tidak sopan tentang Jib. Sua tak menggubrisnya, dia tenggelam dalam pikirannya sendiri tapi akhirnya Sua bereaksi juga. Tanpa banyak bicara, Sua langsung menjepret dada Danai dengan stampler yang dipegangnya. Danai langsung menjerit kesakitan dan berusaha melepaskan stampler itu. Dia mengomel tapi Sua hanya diam, matanya terus tertuju pada ruangan Jib yang kini telah kosong.


Malamnya Sua makan di kedai mie pinggir jalan, dia makan sendirian. Begitu pula dengan Jib yang memilih makan malam sendirian di restoran. Kini mereka benar-benar makan sendirian karena biasanya mereka makan bersama tapi saling membelakangi (beda meja). Mereka melakukan itu agar tak ketahuan oleh pihak kantor.


Saat malam Pesta Halloween, Sua memutuskan untuk pergi. Dia pamit pada kedua orangtuanya yang hanya diam karena tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan hubungan Sua dan Jib. Padahal undangan pernikahan sudah siap tapi kini undangan itu hanya teronggok di atas meja.


Sua ternyata pergi ke Hotel Crowne Plaza, tempat dimana seharusnya mereka menggelar pesta pernikahan. Sua pergi ke klub malam yang menggelar Pesta Halloween dan dia tak sengaja melihat Jib. Ternyata Jib juga melihatnya. Sua tersenyum dan ingin menyapa tapi ragu karena Jib hanya diam. Sua berusaha memberi kode agar Jib mau keluar karena dia ingin bicara.


Sua menunggu di dekat tangga saat Jib datang menghampirinya. Sua berkata dengan nada bercanda bila seharusnya malam ini adalah pesta pernikahan mereka. Jib mengiyakan, semuanya batal karena mereka sibuk melakukan hal yang sia-sia. Sua ingin mengatakan sesuatu tapi Jib memotongnya. Jib mengaku bila semua ini salahnya karena terlalu berambisi memenangkan pertaruhan hingga membuat semuanya kacau. Jib ingin agar Sua menyampaikan permohonan maafnya untuk kedua orangtua Sua.


Sua mengaku bila dirinya juga sudah keluar dari Bank. Jib kesal mendengarnya karena dia sengaja keluar agar Sua tidak dipecat. Sua tersenyum dan mengaku hanya bercanda saja dan hal itu membuat Jib kian kesal karena Sua tak bisa memahami perasaannya. Sua mengatakan bila dirinya tak mungkin keluar karena dia ingin menjaga Jib. Jib tak terlalu suka mendengarnya. Sua menawarkan diri untuk melamar Jib lagi tapi Jib kurang antusias. Dia bahkan ingin kembali masuk ke klub bila tak ada hal lain yang ingin dikatakan Sua padanya.


Jib membalikkan badan tapi Sua menghentikannya. Sua ingin mereka bermain 'Batu-Kertas-Gunting' untuk memutuskan apakah mereka jadi menikah atau tidak. Jib menyindir bila Sua menganggap menikah sebagai mainan. Sua mengatakan bila dia menang maka dia tak akan melamar tapi bila dia kalah maka dia akan melamar Jib. Sua membuka lebar tangan kirinya (kertas) ke arah Jib.


Jib diam tak bereaksi, dia hanya menatap Sua. Sua merasa sudah kalah maka melamar Jib. Sua mengaku bila Jib adalah satu-satunya wanita dalam hidupnya yang membuatnya mau kalah. Sua menunggu dan Jib mengulurkan tangan kirinya yang terkepal (batu), Sua sedikit galau dan akhrinya Jib membuka jari telunjuk dan jari tengahnya (gunting). Jib menggunting kertas Sua tandanya Sua yang kalah.


Sua tersenyum senang tapi tetap menyindir Jib yang berbuat curang. Jib menyindir Sua yang tak mau menerima kekalahan padahal tadi sudah mengakui. Sua balik menantang, Jib butuh bukti apa lagi darinya? Sua bertanya apakah dirinya boleh memberi ciuman mesra? Jib tak keberatan dan Sua bersiap menciumnya tapi dia membatalkan niatnya. Hal itu membuat Jib malu dan tersenyum gemas padanya.


Mereka kini telah akur dan masuk kembali ke dalam klub. Mereka berdansa sambil tertawa senang. Tiba-tiba Sua melepaskan tangan Jib dan berjalan menjauh. Sua meniru gaya Gob ketika memberikan hatinya pada Peud. Sua mengambil pisau dari saku celananya dan membelah dadanya. Dia mengambil paksa hatinya dan dilemparkan ke arah Jib. Jib hanya tersenyum tapi dia berhasil menangkap hati Sua dan memasukkan ke dalam dadanya. Sua tersenyum dan mendekati Jib. Mereka berpelukan dan kini Sua benar-benar mencium Jib dengan mesra. 

Adegan favoritku :


Aku paling suka ketika Gob mencoba merayu Peud dengan cara yang pernah Peud lakukan yaitu mengambil pisau dari saku celana, merobek dadanya lalu mengambil paksa hatinya dan melemparkan hatinya pada Gob. Bukan karena cara mereka mengekspresikan cinta mereka sih tapi reaksi Aummara dan Aumnusy (orangtua Gob). Kedua orangtua itu merasa melihat hal yang aneh dan konyol tapi Peud punya alasan tersendiri ketika Aummara meledek apa yang mereka lakukan. Peud mengatakan bila "Orang yang tidak sedang jatuh cinta maka tak akan bisa mengerti apa yang mereka lakukan".


Benar juga sih, bila orang sedang jatuh cinta maka apapun yang dilakukan oleh orang yang dicintai pasti terlihat menarik, imut dan lucu. Contohnya, saat Pad meledek gaya Gob yang seperti orang yang menahan pipis setelah dirayu Peud tapi Peud malah mengatakan bila tingkah Gob itu imut. Jelas Pad merasa heran melihat keduanya yang seperti orang 'edan'. Hal itu pula yang dirasakan oleh Aummara dan yang lainnya ketika melihat Gob menyerahkan hatinya pada Peud dengan cara yang aneh.


Tapi menyatakan cinta itu adalah hal yang spesial dan kalau perlu dengan cara yang unik. Jib dan Sua sempat kesal melihat tingkah Gob dan Peud tapi nyatanya Sua akhirnya meniru gaya mereka dalam mengekspresikan cinta. Sua melakukan hal yang sama saat Jib bersedia menerima lamarannya yang kesekian kalinya.

Adegan terlucu :

Aku kaget juga ketika melihat adegan Sua, Peud dan Pad saat di kuil. Peud menunjukkan peti jenazah yang berisi tersangka yang mengambil uang ATM tapi Sua tak percaya dengan alasan jenazah itu sudah meninggal sebulan yang lalu sedangkan masalah ATM baru terjadi minggu ini. Peud dan Pad hanya bisa saling berpandangan karena ketahuan berbohong. Tiba-tiba seorang biksu datang dan Peud terpaksa mengaku bila dirinya adalah kerabat almarhum. Peud mulai merasa ngeri ketika biksu memintanya menuntun almarhum untuk pulang ke rumah agar arwahnya tak gentayangan dan menganggu orang lagi.


Saking takutnya, Peud malah menuntun almarhum menuju rumah Pad. Pad jelas kaget dan ngeri tapi belum sempat mereka berdebat, tiba-tiba ada seekor kucing hitam yang muncul entah darimana dan melompat ke arah jenazah. Nah...pas adegan ini aku tak bisa berhenti tertawa sekaligus penasaran. Sua, Pad dan Peud juga si biksu langsung menjerit dan lari terbirit-birit setelah melihat ada kucing hitam yang melompat ke arah jenazah. Hhhhmmm... kukira mitos jenazah bisa bangun karena ada kucing hitam melompat hanya ada di Indonesia saja tapi ternyata di Thailand juga ada ya????

Catatan :

Senjata api (pistol) bukan untuk mainan

Aumnusy dan Sua memiliki kesamaan yaitu menggunakan senjata api (pistol) dengan tujuan untuk menakuti orang lain. Bedanya, Aumnusy menggunakan pistol dan peluru sungguhan (karena mantan aparat) sedangkan Sua menggunakan pistol mainan.

Aumnusy bersikap sangat arogan ketika ada orang asing yang sengaja masuk ke dalam wilayahnya, tanpa banyak tanya Aumnusy langsung menodongkan senjatanya ke arah lawan (Sua dan Jib) dan tak ragu untuk menarik pelatuknya dengan tujuan menakutinya. Sikap Aumnusy itu  berbalas karma ketika dia tak sengaja menembak Jack (buaya yang baru dibelinya seharga 20.000 baht). Sua sengaja mengenakan seragam polisi gadungan dan berniat membeli pistol mainan untuk menakuti para nasabah yang menarik uang di ATM agar mereka bersedia mengembalikan uang lebih yang telah diambilnya. Ulah Sua berbuah karma ketika Jib sengaja melaporkannya ke polisi hingga akhirnya Sua harus merasakan dinginnya penjara semalaman.

Apapun alasannya kurasa warga sipil tak diperkenankan memiliki senjata api secara ilegal karena sangat berbahaya, seperti yang dilakukan Aumnusy. Mungkin orang akan merasa gagah dan ditakuti bila memiliki senjata api tapi bila orang itu memiliki sikap yang temperamental dan mudah marah pasti akan sangat berbahaya. Ada banyak kasus yang terjadi, nyawa melayang hanya gara-gara masalah sepele atau emosi sesaat. Kok sepertinya nyawa manusia itu tak ada harganya, dengan mudahnya dihilangkan tanpa alasan yang jelas. 

Menurutku, ada banyak cara untuk melindungi diri dan lebih aman plus murah yaitu dengan membekali diri dengan ilmu bela diri. Rasanya lebih keren bila melihat orang melumpuhkan musuhnya dengan bela diri, seperti dalam film-film silat gitu, hehehe....

Potret remaja masa kini


Gob adalah putri dari Aummara, pemilik usaha laundry. Aummara tak senang melihat Gob menjalin hubungan dengan Peud tapi Gob tak mau mengerti, dia merasa ibunya sangat menganggu dan mengekang. Gob bahkan berani mendorong ibunya hingga jatuh menimpa baju-baju pelanggan yang telah tergantung rapi. Bukannya menolong ibunya, Gob malah berlari menunggu Peud yang sudah berjanji akan menjemputnya. Gob dan Peud malah tertawa senang ketika berhasil mengelabuhi Aummara. Aummara hanya bisa berteriak memanggil Gob sedangkan Gob malah asyik berboncengan dengan Peud.

Remaja memang sikapnya masih labil, tak mau mengalah dan susah dinasihati. Maunya menang sendiri dan tidak suka dikekang atau dilarang. Bagi remaja, pendapat atau keinginannya pasti benar dan harus dituruti. 

Aku bukan ingin menghakimi atau menggurui remaja masa kini karena aku juga bukan orang yang sempurna tapi jujur aku prihatin. Apa yang dilakukan Gob terhadap ibunya mungkin tidak sopan dan kurang ajar tapi aku yakin bila di luar sana masih banyak tindakan anak yang lebih kurang ajar lagi terhadap orangtuanya. Misalnya tega menganiaya orangtua karena tak dikasih uang jajan atau tak dibelikan barang yang diinginkan si anak.

Duh, aku puyeng kalau melihat berita di tv tentang anak yang durhaka terhadap orangtua apakah mereka tak sadar bila tanpa orangtua, kita sebagai anak pasti tak ada apa-apanya. Aku sendiri kadang masih suka kurangajar terhadap orangtua, biasanya sih suka membantah bila dinasihati dan pasti aku langsung menyesal bila melihat mereka menatapku dengan sorot sedih. Rasanya aku kok durhaka banget padahal mereka menasihati atau melarang bukan karena tak suka atau apa. Orangtua pasti punya alasan sendiri bila tak setuju dengan pendapat kita. Ga kebayang bila kelak aku yang ada di posisi sebagai orangtua dan anakku membantah bila kunasihati, pasti sedih dan sakit hati rasanya.

Bagi aku dan kamu yang masih memiliki orangtua, yuk mulai sekarang lebih mencintai orangtua yang telah merawat dan membesarkan kita. Setidaknya, hormatilah orangtua selagi mereka masih hidup. Manfaatkan waktu sebaik mungkin karena umur manusia tidak ada yang tahu. Kalau memang berbeda pendapat dengan orangtua maka utarakan dengan baik-baik, aku yakin orangtua pasti akan mengerti. Bagi kamu yang telah ditinggal orangtua untuk selamanya (meninggal) maka doakanlah mereka setiap saat agar mereka mendapat tempat yang terbaik.


Himah yang bisa diambil dari film ini :

Setinggi apapun posisi wanita di dalam dunia kerja tapi bila dalam urusan rumah tangga maka posisi wanita pasti ada di bawah pria. Seperti dalam kisah cinta Sua dan Jib, di kantor Jib memang sebagai wakil direktur dan Sua hanya pegawai biasa tapi bila mereka menikah maka sudah sewajarnya bila Jib menghormati Sua sebagai kepala keluarga walaupun gajinya lebih kecil.

Dalam film ini Jib tak mau tunduk pada 'aturan' itu, baginya tak masalah bila wanita yang menjadi kepala keluarga karena gajinya lebih besar daripada Sua sedangkan Sua tak mau berhenti kerja karena dia memiliki tanggungjawab sebagai kepala keluarga. Jib bahkan menggunakan 'masalah kantor (ATM)' sebagai ajang untuk mengadu kekuatan, siapa yang kalah harus keluar dari pekerjaannya. Jib jelas tak mau kalah, dia bahkan tega menggunakan segala cara agar menang. Memaksa Pad agar mengaku dengan memanfaatkan kelemahannya (Pad takut pada kodok) dan bahkan tega melaporkan Sua ke polisi.

Jib memang menang dengan cara yang curang (sengaja merekam pengakuan nasabah) tapi dia malah kehilangan segalanya karena Sua menggunakan uang pernikahan untuk mengganti uang nasabah, gagal menikah dan kehilangan pekerjaan. Jadi, apa enaknya? menang tapi tak mendapatkan apapun?


Komentarku :

Film ini sangat unik karena menyajikan tema yang tidak biasa yaitu uang dan ATM. Kurasa sutradara ingin mengingatkan para penonton bahwa tak ada yang gratis di dunia ini (mau pipis saja harus bayar kok) apalagi bila berhubungan dengan Bank.

Dalam film ini digambarkan dengan jelas bila pihak Bank tidak mau disalahkan atas insiden ATM yang bisa mengeluarkan uang sebanyak 2x padahal jelas-jelas itu ada kesalahan dari pihak Bank selaku pemilik ATM. Teknisi Bank yang bertugas memasang software baru tidak fokus kerja gara-gara asyik menyimak pertandingan bola dari ponsel dan ketika mengetahui bila software yang baru masih dalam bahasa asli (Bahasa Jepang) dan belum diubah ke Bahasa Thailand, mereka menjadi bingung. Bukannya bertanya pada kantor agar bisa membantu masalah bahasa, mereka malah mengambil keputusan sendiri secara sembrono karena ingin segera pergi ke stadion untuk mendukung tim kesayangannya secara langsung.

Siapa sih yang tak mau barang gratis, apalagi bila dalam bentuk uang tunai? Kurasa setiap orang pasti mau termasuk Aumnusy, Aummara, Pad dan Peud. Mereka tergiur mengambil uang di ATM dengan tujuan yang berbeda. Aummara membeli mesin cuci baru karena dia memiliki usaha laundry, Pad memasang gigi palsu emas karena tidak PD dengan giginya yang jelek, Pad menggunakan uangnya sebagai uang muka membeli motor baru agar Gob mau pacaran dengannya dan Aumnusy membelanjakan uangnya untuk membeli buaya dan memberinya nama Jack karena dia merasa mendapat Jackpot ketika menerima uang lebih dari ATM sehingga Aumnusy berharap bila hidupnya akan selalu beruntung setelah memiliki Jack. 

Tapi kebahagiaan Aummara, Aumnusy, Pad dan Peud hanya bertahan sesaat. Mereka mulai panik ketika Jib dan Sua datang untuk menagih uang yang telah mereka ambil. Keduanya bahkan tak segan menggunakan cara kasar agar mereka bersedia mengembalikan uangnya. Contohnya mengancam, menjebak dan meneror. Semuanya dilakukan agar tujuan tercapai yaitu uang kembali.

Kurasa apa yang digambarkan dalam film ini memang benar dan kalau boleh jujur, dalam dunia nyata mungkin jauh lebih sadis dan kejam. Ada banyak kasus yang akhirnya masuk ke ranah hukum ketika para penagih hutang (debt collector) harus masuk bui gara-gara menganiaya orang yang berhutang.

Aku sendiri pernah mengalaminya walaupun secara tidak langsung. Ceritanya, sepupuku mengambil KPR dari sebuah Bank dan dia telat melunasi cicilan terakhir sebanyak 2 bulan gara-gara kena musibah. Saat itu tindakan pihak Bank benar-benar sangat mengganggu dan cenderung menakutkan. Telepon rumahku kebetulan ditulis sebagai pihak kedua yang bisa dihubungi bila ada masalah, nah... setiap hari pihak Bank selalu meneror, menelepon terus padahal sudah dijelaskan tapi Bank tak mau tahu, pokoknya harus segera dibayar! Belum lagi para debt collector datang silih berganti untuk menagih. Bahkan tetangga rumahku juga diteror gara-gara masalah ini, benar-benar memalukan. Akhirnya seluruh keluarga berkumpul dan sepakat untuk membantu sepupuku melunasi hutangnya agar tak diteror lagi. 

Huff... Saranku, jangan sampai berhutang dengan Bank deh! Bagi kamu yang memiliki kartu kredit, gunakanlah secara bijak dan selagi bisa dibayar dengan tunai maka bayarlah dengan uang tunai. Jangan tergantung pada kartu kredit dan bila tak terlalu membutuhkan maka jangan membuat kartu kredit apalagi bila gaji pas-pasan. Seperti pengalaman pacar temanku, gara-gara senang punya kartu kredit akhirnya malah membeli hal-hal yang tak penting dan akhirnya bingung sendiri karena malah berhutang pada Bank.

Waduh, aku kok malah membahas tentang pengalaman pribadi dan bukannya membahas tentang film ini ya? Duhh...kacau deh, tapi gpplah! Hitung-hitung berbagi pengalaman dan cerita agar kita lebih bijak dalam segala hal. So far, aku suka dengan film ini dan tak salah bila film ini bisa masuk kategori film terlaris di tahun itu. Filmnya juga hepi ending. Aku paling suka dengan karakter Sua, walaupun kadang iseng tapi dia cukup bijak dan sabar menghadapi keegoisan Jib. 

















Review Film Menarik Lainnya

0 comments:

Post a Comment