Tuesday, October 2, 2018

Pretty Woman ~Film Amerika~

Siapa yang tak tahu film ngehits tahun 1990 yang berjudul Pretty Woman? Film ini benar-benar fenomenal dan tak pernah membuatku bosan walaupun sudah menontonnya berkali-kali. Film ini menceritakan kisah cinta Vivian, wanita biasa dengan pekerjaan yang hanya dipandang sebelah mata oleh orang kebanyakan dengan seorang pria tampan dari kelas elit nan tajir bernama Edward. 


Para pemain :

Richard Gere sebagai Edward Lewis
Julia Roberts sebagai Vivian Ward
Ralph Bellamy sebagai James Morse
Jason Alexander sebagai Phillip Stuckey, pengacaranya Edward
Héctor Elizondo sebagai Barney Thompson, manajer hotel
Laura San Giacomo sebagai Kit De Luca, teman Vivian
Alex Hyde-White sebagai David Morse, cucunya James Morse
Amy Yasbeck sebagai Elizabeth Stuckey, istrinya Phillip
Elinor Donahue sebagai Bridget, temannya Barney yang bekerja di butik
John David Carson sebagai Mark Roth
Judith Baldwin sebagai Susan, mantan pacarnya Edward
Dey Young sebagai sales toko baju
Larry Miller sebagai Tn. Hollister, manajer butik
Patrick Richwood sebagai Dennis, operator lift hotel

Sinopsis lengkap :

Edward merupakan sosok pria tampan dan mapan, dia selalu disibukkan dengan urusan pekerjaan, dimanapun dia berada termasuk saat menghadiri pesta di rumah Phillips. Edward tampak sibuk menelepon pacarnya yang bernama Jessica karena dia butuh pendamping untuk acara minggu depan tapi tampaknya Jessica keberatan, Edward mencarinya bila sedang membutuhkannya saja dan selebihnya, Jessica lebih banyak bicara dengan sekretaris bila ingin bertemu dengan Edward. Setelah selesai menelepon, Edward bergegas pergi tapi dia berhenti ketika Susan (mantan pacarnya) menyapa. Edward memberi selamat karena sebentar lagi Susan akan menikah dan Edward bertanya apakah selama mereka berpacaran dulu, Susan lebih sering berhubungan dengan sekretaris daripada dengannya? Susan hanya tersenyum mengiyakan. 

Phillips, pengacara Edward sekaligus tuan rumah, langsung mengejarnya ketika melihat Edward hendak meninggalkan rumahnya hingga ke tempat parkir. Edward kebingungan karena mobilnya tidak bisa keluar dan dia senang melihat Phillips yang menghampirinya. Edward meminjam mobil Phillips untuk kembali ke hotelnya. Phillips tampak setengah hati meminjamkan mobilnya apalagi Edward sepertinya tidak memperdulikan peringatannya padahal dia tahu Edward belum terbiasa menggunakan mobil jenis manual dan juga tidak tahu jalan menuju hotelnya. Edward hanya cuek dan menginjak pedal gas, dia meninggalkan Phillips yang terus saja memperingatkannya bahwa mobilnya masih baru.

Di tempat lain, Vivian baru bangun ketika waktu menunjukkan hampir jam 9 malam. Dia segera berdandan dan siap berangkat tapi dia mengurungkan niatnya keluar lewat pintu karena dia mendengar penagih sewa kamar sedang menagih tetangganya. Vivian membuka celengannya dan kesal karena uangnya berkurang. Dia memutuskan keluar lewat tangga darurat. Vivian bergegas menuju suatu tempat yaitu bar untuk mencari temannya yang bernama Kit. Setelah bertemu dengannya, Vivian langsung mengomelinya karena telah mengambil tabungannya padahal uang itu untuk membayar sewa kamar. Kit beralasan kalau dia ingin beli narkoba dan harus bayar hutang makanya dia mengambil uang Vivian. Vivian kesal melihat Kit yang santai padahal dia ingin segera berhenti dari kehidupan malam karena Vivian takut, dalam perjalanan menuju bar dia melihat seorang PSK yang meninggal karena dibunuh. Vivian tidak mau mengalami hal yang sama tapi Kit menghibur dan mengajaknya kembali bekerja.

Mereka keluar dari bar dan Kit bertengkar dengan Rachel karena telah merebut lahan bisnisnya. Rachel kesal dan mengomel sambil berjalan pergi, dia tidak suka mengalah pada Vivian yang dianggapnya sebagai orang baru. Sementara itu, Edward kebingungan tidak tahu arah. Dia mencoba bertanya pada seorang pemulung tapi jawaban pemulung malah membuatnya menyesal karena telah bertanya. Vivian mengeluh bahwa akhir-akhir ini sepi tamu dan Kit menyarankan agar mereka mencari mucikari tapi Vivian menolak, dia tidak ingin hidupnya diatur orang lain. 

Edward kembali menyetir dan dari cara menyetirnya tampak seperti orang yang baru belajar. Hal itu menarik perhatian Vivian dan Kit. Mobil Edward tiba-tiba berhenti beberapa langkah di depan mereka dan Kit menyarankan agar Vivian menghampiri dan menggodanya karena Edward adalah calon pelanggan. Vivian sebenarnya agak ragu tapi Kit terus menyemangatinya dan akhirnya Vivian mulai beraksi. 

Vivian berjalan mendekati mobil Edward dan Kit menyemangatinya dari jauh. Disaat Edward bingung dengan mobilnya, Vivian datang dan menggodanya tapi Edward menolak karena dia ingin pergi ke hotelnya. Vivian menjawab kalau Edward bisa membayarnya 5 Dollar, Edward kaget dan Vivian menaikkan harganya menjadi 10 Dollar. Edward heran karena minta ditujukkan arah saja dia harus membayar. Vivian beralasan bahwa dia bisa melakukan apapun karena dia tidak tersesat (seolah menyindir Edward), dia pura-pura kesal dan berbalik. 

Edward berpikir sejenak dan menyerah, dia menawarkan uang 20 Dollar dan bertanya apakah Vivian punya kembaliannya. Vivian langsung masuk mobil dan menyambar uangnya, dia beralasan bahwa dirinya akan mengantar langsung sampai tujuan. Edward hanya bisa menatap heran tapi tak bisa berbuat banyak, dia memang butuh bantuan Vivian untuk menuju hotelnya.

Dalam perjalanan mereka banyak ngobrol tentang mobil karena ternyata Vivian tahu banyak tentang mobil, hal itu membuat Edward terkesan. Vivian mengomentari cara menyetir Edward yang dianggapnya terlalu pelan untuk mobil yang sekeren itu, akhirnya Edward mengizinkan Vivian yang menyetir karena dirinya juga sudah lelah mencoba. Vivian tentu saja girang mendapat kesempatan menyetir mobil mewah. Edward iseng bertanya tentang penghasilannya dan Vivian menjawab dia hanya mau dibayar 100 Dollar per jam. Edward tentu saja tidak percaya tapi Vivian menegaskan bahwa dirinya tidak pernah bercanda soal uang. 

Vivian berhasil mengantarkan Edward dengan selamat sampai di depan hotel tempatnya menginap. Edward berterimakasih dan Vivian berniat langsung pamit tapi Edward masih khawatir. Vivian mengatakan bahwa dia akan naik taksi dengan uang pemberian Edward dan mereka saling mengucapkan selamat tinggal. Vivian mulai berjalan dan Edward hendak masuk ke hotelnya tapi dia malah menghampiri Vivian yang menunggu di bangku.

Edward heran karena Vivian belum juga pergi dan Vivian menjawab kalau dia lebih suka naik bis. Edward berpikir sejenak dan bertanya apakah Vivian benar-benar ingin dibayar 100 Dollar per jam? Vivian mengiyakan dan Edward ingin mengajak Vivian masuk bila tidak memiliki janji dengan orang lain, Vivian langsung menyetujuinya. Edward agak risih melihat pandangan bellboy terhadap pakaian Vivian sehingga dia menyarankan agar Vivian mengenakan jaket panjangnya. Vivian menurut tapi tetap saja dia tidak menutupi jaketnya sehingga baju seksinya masih terlihat jelas.

Ketika masuk hotel, banyak yang menatapnya dengan tatapan aneh sehingga membuat Vivian salah tingkah tapi Edward memintanya untuk tenang dan mengikutinya. Saat menunggu lift, Vivian kesal karena ada pasutri yang terus memandanginya terutama si wanitanya. Timbul niat isengnya dan mengerjai pasutri itu hingga mereka mengurungkan niatnya ikut naik lift walaupun liftnya terbuka dan Vivian sudah masuk. Edward menegur tingkah Vivian dan Vivian minta maaf. Si operator lift yang bernama Dennis senang melihat Vivian yang seksi, dia terus saja menatap Vivian tapi Edward langsung mendelik kearahnya dan nyali Dennis langsung menciut.

Vivian kembali terkesan dengan kamar Edward yang super mewah dan punya balkon yang bisa melihat pemandangan tapi Edward beralasan bahwa dia tidak tahu karena dirinya takut ketinggian. Vivian heran dan Edward mengatakan bahwa kamar ini yang terbaik walaupun letaknya di lantai atas. Vivian ingin agar Edward membayarnya di muka dan setelah mendapatkan uangnya, Vivian ingin segera bekerja tapi Edward masih ingin ngobrol. Vivian terpaksa menurut tapi mereka terkejut ketika mendengar bel pintu berdering. Ternyata pengantar sampanye pesanan Edward dan Vivian yang membukakan pintu. Vivian sengaja menggodanya karena masih saja diam menunggu, Edward memberinya tip dan pelayan itu langsung pamit.

Edward memberi Vivian sampanye dan langsung diminumnya hingga habis tapi Vivian heran melihat Edward tetap tenang saja padahal dia tidak enak karena sudah mendapat uang tapi belum juga bekerja. Edward berpikir dan berniat menyewa Vivian semalam, Vivian kaget tapi Edward menantangnya dan saat Vivian mengatakan ingin dibayar 300 Dollar, Edward langsung setuju. Vivian bingung dengan sikap Edward dan tak tahu harus berbuat apa.

Vivian sedang di kamar mandi ketika Edward muncul, Vivian langsung menyembunyikan tangannya. Edward kelihatan marah dan berniat mengusirnya karena dia tidak mau ada narkoba di kamarnya. Edward merampas tas Vivian tapi Vivian mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa dirinya sudah lama tidak menggunakan narkoba. Edward memaksa melihat apa yang disembunyikan Vivian dan ternyata hanya benang gigi. Vivian beralasan ingin membersihkan giginya setelah makan straberry. Edward merasa tidak enak karena sudah menuduh tanpa alasan, dia mengembalikan tas Vivian dan pergi.

Malam itu Vivian nonton tv sambil ngemil sementara Edward sibuk menelepon. Dia menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan Vivian yang asik sendiri, Vivian merasa tidak enak karena diperhatikan terus dan menerima gaji buta. Vivian mengecilkan volume tv dan berinisiatif untuk "bekerja". Edward baru selesai mandi ketika melihat Vivian yang terlelap dan ternyata rambut pirangnya hanya wig. Edward kembali melanjutkan pekerjaannya hingga larut malam.

Paginya, Vivian terbangun dan melihat Edward sudah di meja makan sambil membaca koran. Vivian merasa malu karena penampilan dan rambutnya yang berwarna merah masih berantakan. Edward memuji bahwa rambut merahnya tampak tebih baik. Edward menawarkan beberapa makanan pada Vivian dan Vivian mengambil roti dan berjalan menuju balkon. Vivian kembali dan duduk di atas meja makan, dia heran melihat gaya hidup Edward dan bertanya apa pekerjaan Edward yang sebenarnya. Edward menyebutkan bahwa pekerjaannya adalah membeli perusahaan yang sedang pailit. Vivian tercengang mendengar penjelasan Edward mengenai pekerjaan dan besarnya uang yang dibutuhkan. Vivian menjadi minder karena dia sekolah tidak tamat sedangkan Edward menyelesaikan semua jenjang pendidikannya.

Edward bersiap berangkat dan Vivian membantunya mengenakan dasi. Vivian minta izin agar bisa mandi berendam dan Edward mengizinkan. Phillips kembali menelepon dan mengingatkan bahwa malam ini Edward ada janji dengan Morse, Phillip menyarankan agar Edward datang membawa pasangan. Edward terganggu dengan suara nyanyian Vivian dari kamar mandi dan dia melihat Vivian yang begitu menikmati ritual mandi sambil bernyanyi. Phillip heran dan bertanya tapi Edward menjawab kalau itu suara pekerja hotel. Phillip ingin mengenalkan beberapa wanita yang bisa Edward ajak untuk acara malam nanti tapi Edward menolak dengan alasan dia sudah punya teman kencan. Edward menutup telepon dan berpikir sambil terus mengamati Vivian.

Vivian merasa malu karena Edward memperhatikannya tapi Edward memberinya kejutan dengan memintanya untuk tinggal bersamanya selama seminggu dan dia tidak perduli berapapun harga yang diminta Vivian. Vivian kembali tercengang karena menurutnya, Edward pria yang tampan dan kaya tentu tidak sulit mendapatkan seseorang tanpa harus membayarnya tapi Edward ingin Vivian bekerja untuknya secara profesional. Mereka hitung-hitungan harga dan Vivian kegirangan saat Edward setuju membayarnya 3000 Dollar. Vivian mengungkapkan rasa girangnya dengan membenamkan dirinya dalam air, hal itu membuat Edward sempat kebingungan dengan tingkah Vivian.

Setelah mereka saling setuju, Edward memberinya banyak uang dan meminta Vivian membeli beberapa baju karena malam ini Edward akan mengajaknya menemui Morse. Ketika Edward sudah pergi, Vivian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, dia menjatuhkan diri di kasur yang empuk sambil mensyukuri kemujurannya, dia bisa mendapatkan uang banyak dan kemewahan hanya dalam waktu seminggu. Vivian menelepon Kit dan berbagi cerita, Kit tentu saja iri mendengarnya karena dialah yang menyuruh Vivian menghampiri Edward semalam. Ternyata Vivian tidak pelit, dia berpesan agar Kit datang ke hotel dan mengambil uang di resepsionis.

Vivian pergi dan mampir ke resepsionis untuk menitipkan amplop berisi uang untuk Kit. Resepsionis ingin melihat isinya tapi Vivian melarangnya, si resepsionis mematuhi perintah Vivian dan berjanji tidak akan membuka amplopnya. Manajer hotel yang bernama Barney heran dan bertanya pada resepsionis tentang Vivian tapi resepsionis tidak mengetahuinya. Barney mengamati dandanan dan tingkah laku Vivian yang genit tapi tidak mengatakan apapun.

Vivian pergi untuk belanja beberapa baju seperti yang diinginkan Edward. Di sepanjang perjalanan, Vivian sangat terkesan dengan kemewahan toko-toko yang menjual barang bermerek. Vivian memutuskan untuk masuk ke salah satu butik tapi kedua pegawai butik langsung sinis terhadapnya. Mereka melihat dandanan Vivian dan ketika Vivian bertanya harga sebuah gaun yang dipajang, mereka kompak menjawab bahwa harganya sangat mahal dan tanpa sungkan mereka mengusir Vivian. Vivian kaget dan shock, dia memutuskan untuk kembali ke hotel. Dalam perjalanan pulang, Vivian kian galau melihat orang-orang yang menatapnya dengan tatapan aneh.

Ketika sampai di hotel, Vivian ingin kembali ke kamar tapi Barney langsung menghadangnya. Barney bertanya beberapa hal tapi Vivian tidak tahu nama lengkap Edward. Vivian senang melihat Dennis, operator lift yang mengantarnya semalam. Dennis menegaskan bahwa semalam dia mengantar Vivian bersama Edward tapi Barney tetap tidak suka. Dia meminta Vivian ikut ke kantornya. Vivian kian kesal dan frustasi tapi tidak bisa berbuat banyak selain mengikuti Barney.

Barney memberinya banyak nasihat, dia tidak ingin reputasi hotel tempatnya bekerja menjadi buruk gara-gara Vivian. Barney tidak mau Vivian ada di hotel bila Edward tidak ada. Barney mengkritik gaya berpakaian Vivian. Vivian frustrasi dan menunjukkan uang yang diberikan Edward untuk membeli baju tapi dia sudah berusaha tapi tak ada yang mau menolongnya padahal nanti malam dirinya ada janji bersama Edward. Barney menjadi kasihan dan memberikan saputangan karena Vivian mulai menangis. Barney menelepon seseorang, Vivian mengira Barney akan menelepon polisi tapi dia lega ketika mendengar Barney menghubungi Bridget, temannya yang bekerja di butik. 

Edward sedang sibuk di kantor karena ada sedikit masalah tapi Edward tetap tenang dan menyerahkan semuanya pada Phill. Phill masih penasaran tentang kesiapan Edward dengan acara nanti malam, dia ingin tahu siapa yang akan diajak Edward tapi Edward merahasiakannya. Edward meninggalkan Phill yang masih penasaran.

Vivian sedang menunggu ketika Bridget menyapanya dengan ramah. Vivian merasa tenang dengan sikap Bridget yang ramah padanya. Bridget membantunya memilih baju dan Vivian senang ketika kembali ke hotel, dia menyapa Barney tanpa perduli bahwa Barney sedang ngobrol dengan tamu. Barney kesal karena Vivian masih mengenakan baju yang sama. Vivian merasa sayang dengan bajunya dan dia mengucapkan terima kasih atas bantuan Barney dan Bridget.

Vivian bergegas mengangkat telepon saat tiba di kamar hotel. Edward menegur agar Vivian tidak mengangkat telepon tapi Vivian balik menegur mengapa Edward meneleponnya. Edward bertanya apakah persiapan nanti malam sudah selesai dan mereka janjian untuk bertemu di lobi karena ini urusan bisnis bukan kencan. Vivian agak khawatir karena Edward mengatakan bahwa nanti malam akan makan bersama di restoran yang mewah.

Vivian mencari Barney dan Barney bertanya apakah bajunya tidak muat? Vivian mengatakan bahwa dirinya sedang dalam masalah, dia ingin agar Barney bersedia mengajarinya tata cara makan yang benar. Barney memberinya kursus kilat tentang berbagai peralatan makan dan fungsinya. Vivian agak bingung dan Barney memberinya trik sederhana untuk menghafalnya.

Malamnya, Edward kembali ke hotel dan mencari Vivian di lobi tapi tidak menemukannya. Edward ingin menelepon ketika Barney menyapanya. Edward tidak suka cara Barney membicarakan tentang Vivian yang dia kira sebagai keponakannya padahal mereka sama-sama tahu bahwa hal itu tidak benar. Edward berniat meninggalkan Barney tapi Barney mengatakan bahwa dirinya membawa pesan dari Vivian untuk Edward. Edward langsung pergi setelah Barney mengatakan kalau Vivian menunggunya di ruang tunggu, Edward tidak menggubris Barney yang berniat memberinya kartu nama.

Edward mengedarkan pandangan ke arah ruang tunggu, dia hanya melihat 2 wanita yang duduk membelakanginya tapi Edward tidak menduga kalau salah satu dari wanita itu adalah vivian. Vivian berbalik dan Edward langsung terpesona melihat perubahan Vivian. Kini Vivian tampak elegan dan berkelas dengan gaunnya yang  berwarna hitam. Mereka berbasa-basi sejenak dan kemudian pergi menuju restoran.   

Acara makan malam mereka berjalan sangat alot. Edward terlibat pembicaraan serius dengan Morse dan cucunya, David. Sementara Vivian sibuk dengan peralatan makan apa yang cocok untuk makanan yang tersaji dihadapannya. Morse melihat Vivian yang gugup dan membantunya dengan memberi contoh makan roti dengan tangan. Edward bersikeras ingin membeli perusahaan Morse tapi Morse dan David menolak menjualnya. Mereka kesal dan meninggalkan Edward dan Vivian begitu saja.

Vivian melihat Edward yang sedang melamun di balkon, dia tahu acara makan malam tadi adalah untuk keperluan bisnis dan ternyata tidak berjalan lancar. Vivian berusaha menghibur dengan cara duduk di balkon dan mengayunkan tubuhnya seolah akan terjatuh tapi Edward tidak berminat menanggapi candaannya. Vivian mengajak Edward santai dan nonton film semalaman tapi Edward menolak. Dia malah pamit pergi dan tidak kembali sampai jam 3 pagi. Vivian menelepon resepsionis dan menanyakan keberadaan Edward. Dennis datang dan membantu Vivian untuk menunjukkan keberadaannya. Ternyata Edward sedang asyik bermain piano di restoran ditemani oleh beberapa tamu yang masih terjaga dan para pekerja yang membereskan ruangan besar itu.

Vivian yang hanya bertelanjang kaki dan mengenakan jas mandi menghampiri Edward. Edward meminta para tamunya untuk pergi dan hanya menyisakan mereka berdua. Vivian tahu Edward sedang stress dan frustasi karena proses negosiasinya berjalan lambat jadi dia membiarkan Edward melakukan apapun terhadap dirinya.

Paginya, Edward yang sudah rapi membangunkan Vivian yang masih tidur. Edward memberi kartu kredit dan meminta Vivian untuk belanja baju lagi karena kemarin Vivian hanya beli satu baju saja. Vivian mengeluh bahwa mereka (pemilik dan pekerja butik ) tidak bersikap ramah padanya sehingga dirinya kesulitan. Edward tidak percaya dan hari ini dia sendiri yang menemani Vivian belanja. Kali ini Vivian kembali mengenakan baju "kerjanya" tapi atasannya ditutupi kemeja putih milik Edward. 


Sepanjang perjalanan, Vivian kembali merasa minder karena banyak yang melihatnya tapi Edward menegaskan bahwa mereka melihat dirinya bukan Vivian. Vivian kembali mengeluh bahwa butik di daerah ini tidak ramah pada orang seperti dirinya, Edward kembali menegaskan bahwa mereka (pemilik dan pekerja butik) tidak ramah pada orang tapi ramah pada kartu kredit. Ketika tiba di salah satu butik, Edward meminta Vivian percaya diri dan membuang permen karet yang sejak tadi dikunyahnya, tanpa pikir panjang, Vivian langsung membuang dengan cara meludahkannya. Hal itu membuat Edward menghela nafas karena etika Vivian yang berantakan.

Mereka masuk ke salah satu butik dan Edward langsung menemui manajer butik yang bernama Hollister. Edward meminta Hollister menunjukkan baju-baju yang pantas untuk Vivian. Semula Hollister bersikap kurang sopan pada Vivian dan mengatakan tidak ada baju yang cocok dengan seleranya. Edward menegaskan bahwa dia butuh bantuan karena dia akan menghabiskan banyak uang di butik ini bila Hollister bersedia menunjukkan baju yang sesuai untuk Vivian. Sikap Hollister langsung ramah dan dia berserta para pegawainya mulai sibuk menunjukkan baju yang akan dipilih Vivian.

Sementara Vivian sibuk memilih dan sesekali Edward menggeleng atau mengangguk untuk baju yang ditawarkan, Edward juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bekerja. Hollister kembali menghampiri Edward dan bertanya seberapa banyak uang yang akan dihabiskan Edward di butiknya. Edward kembali menegaskan bahwa dia berniat menghabiskan banyak uang dan Hollister senang, dia kembali memerintahkan pegawainya untuk menunjukkan koleksi baju yang mereka miliki.

Vivian sudah memilih dan membeli banyak baju, baik Vivian maupun Hollister tampak puas tapi Edward dengan nada santai bahwa seharusnya dia bisa membeli lebih banyak barang lagi. Hollister sangat terkesan dan memuji Edward tapi Edward malah menunjuk Vivian, dia ingin Hollister juga menghormati Vivian. Edward kembali sibuk menelepon dan kali ini Phill menghubunginya, dia mengabarkan perkembangan Morse. Edward merasa tertantang dan minta Phill untuk terus memberinya berita terbaru.

Edward pamit pada Vivian sambil menyerahkan kartu kreditnya diiringi tatapan menunggu dari Hollister dan para pegawainya. Edward mengingatkan bahwa Vivian sudah memegang kartu kredit dan Hollister menyambung bahwa dia akan membantu Vivian menggunakannya (menghabiskan isi kartu kreditnya). Setelah Edward pergi, Vivian diperlakukan seperti ratu dan mencoba berbagai model baju mewah, sepatu bermerek hingga baju dalam yang mahal. Hollister bahkan tanpa ragu memerintahkan salah satu pegawainya melepas dasi yang dikenakannya karena Vivian menginginkannya.

Vivian sangat senang dengan pengalaman belanjanya kali ini, sekarang dia mengenakan baju putih dan bertopi hitam, tampak anggun dan elegan. Vivian merasa percaya diri karena kini tatapan orang yang ditemuinya bukan lagi tatapan melecehkan dan menghina tapi tatapan kagum dan terpesona. Vivian teringat dengan butik yang pernah menolaknya dan timbul niat isengnya untuk membalas dendam.

Vivian masuk ke dalam butik dan kedua pegawai butik itu menyambutnya dengan ramah, mereka pura-pura tidak ingat saat Vivian berusaha mengingatkan bahwa kemarin dia masuk butik ini tapi tidak dilayani dengan ramah padahal dia ingin belanja banyak. Vivian mengatakan hal itu sambil menunjukkan bawaannya pada mereka. Setelah puas, Vivian langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka yang masih bengong. 


Vivian masuk dalam hotel dibantu pegawai hotel yang membawa barang belanjaannya. Barney yang melihat perubahan Vivian ikut tersenyum senang. Vivian memberi tip pada pegawai hotel. Setelah hanya sendirian, Vivian terduduk lemas tapi puas sambil memandangi barang yang telah dibelinya hari ini.

Sementara itu, di kantor, Phill memberikan informasi bagus tentang Morse yang berniat mencari pinjaman di bank dan Edward hanya perlu menelepon bank untuk membatalkan rencana Morse. Phill heran dengan perubahan sikap Edward yang tidak lagi bersemangat untuk membeli perusahaan Morse. Di kamar, Vivian sudah menunggu Edward dan mereka akhirnya mandi bersama. Edward menceritakan masa kecilnya yang pahit, orangtuanya yang bercerai dan rasa bencinya pada ayah karena meninggalkan ibunya demi wanita lain.

Edward mengajak Vivian nonton pertandingan polo tapi Vivian ragu, dia takut ada yang mengenalinya sebagai wanita panggilan. Edward kembali menyemangatinya agar tetap percaya diri dan tersenyum. Mereka berkeliling sambil sesekali Edward menyapa orang yang dikenalnya. Vivian bertanya mengapa mereka datang kemari? Edward menjawab kalau dirinya ada urusan bisnis dan hal itu membuat Vivian maklum, apapun yang dikerjakan oleh Edward pasti selalu berhubungan dengan bisnis.

Mereka bertemu dengan Phill dan istrinya, Elizabeth. Edward saling memperkenalkan mereka tapi Vivian merasakan sesuatu tentang pasangan itu tapi Edward meminta Vivian membahasnya di rumah saja dan Vivian menurut. Vivian sangat menikmati acara khusus setelah pertandingan yaitu para tamu diminta untuk menutup kembali lubang tanah dengan rumput yang tercabut akibat pertandingan polo tadi. Phill mengamati kebersamaan Edward dengan Vivian dan dia sangat penasaran, apalagi setelah melihat Vivian ngobrol akrab bersama David, cucunya Morse.

Phill bertemu dengan Edward dan bertanya tentang Vivian. Edward menjawab kalau mereka kebetulan bertemu ketika dirinya kesasar. Phill tidak puas dengan jawaban itu dan kembali bertanya tentang pekerjaan Vivian, Edward kembali menjawab bahwa Vivian itu sales tapi dia mulai kesal ketika Phill terus bertanya. Phill beralasan bahwa akhir-akhir ini sikap Edward berubah sambil menunjuk dasi yang dipakai Edward, kelihatan murahan. 


Phill tidak suka dengan keakraban Vivian dengan David karena takut Vivian akan membocorkan rahasia perusahaan pada David. Edward meyakinkan bahwa Vivian tidak akan melakukan hal itu, Vivian bukan mata-mata tapi seorang wanita panggilan. Phill terkejut mendengar hal itu dan Edward menceritakan pertemuannya dengan Vivian. Phill tertawa karena dia tidak menduga Edward akan mencari wanita murahan seperti Vivian. Edward buru-buru pergi karena tidak tahan dengan tawa Phill dan dia menyesal telah menceritakan identitas Vivian.

Phill menghentikan tawanya ketika melihat Edward sedang ngobrol dengan senator dan dia melihat Vivian sedang sendirian di bawah pohon. Phill menghampiri Vivian dan mengatakan bahwa dia sudah tahu siapa Vivian dan apa pekerjaannya. Vivian kaget dan dia lebih kaget saat tahu bahwa Edward yang menceritakan hal itu pada Phill. Phill mencoba merayunya dan Vivian menahan kemarahannya, dia "mengikuti" apa kemauan Phill. Vivian merasa lega ketika ada wanita (mungkin istrinya) yang memanggil Phill dan Phill langsung meninggalkannya. Sepanjang sisa acara dan dalam perjalanan pulang, Vivian hanya diam sambil menahan amarah.

Edward kembali bertanya dan Vivian hanya menjawab tidak apa-apa tapi Edward tahu pasti terjadi sesuatu karena Vivian hanya cemberut dan diam. Kesabaran Vivian habis dan dia meluapkan kemarahannya. Dia tidak mengerti mengapa Edward memberinya baju mewah tapi di lain kesempatan Edward juga mengatakan pada orang lain bahwa dirinya adalah wanita panggilan. Vivian mengeluh tentang sikap Phill yang tidak sopan padanya. Edward minta maaf tentang hal itu tapi Vivian terlanjur marah, dia mengemasi barangnya. Vivian minta bayarannya karena ingin pergi, dia menyesal telah bertemu dan ikut bersama Edward. Edward yang ikut-ikutan kesal mengambil segepok uang dari dalam dompetnya dan menaruhnya di atas kasur lalu pergi. Vivian memandangi uang itu lalu pergi tanpa mengambilnya.

Edward melihat uangnya masih utuh, dia segera mengejar Vivian yang menunggu lift. Edward minta maaf dan meminta Vivian untuk kembali tapi Vivian masih tersinggung. Pintu Lift terbuka dan Dennis tersenyum ke arah mereka, dia bertanya apakah ada yang turun dan Vivian menggeleng. Dennis buru-buru pergi setelah melihat tatapan terganggu dari Edward. Edward kembali membujuk dan kali ini Vivian setuju asal tidak terulang lagi. Malamnya mereka tidur bersama dan kali ini Vivian yang menceritakan kisah hidupnya.

Esoknya Phill kebingungan karena Edward tampak santai dan malah akan pulang cepat tapi Edward menenangkannya dan mengatakan malam ini dirinya ada kencan. Phill menduga Edward akan pergi dengan Vivian, si wanita panggilan. Edward marah dan memperingatkan Phill agar tidak kelewatan kemudian Edward pergi meninggalkan Phill yang masih shock dengan sikap Edward.

Edward menunggu dan senang melihat Vivian dalam gaun merahnya, Edward memasang kalung berlian dengan warna senada dengan gaunnya dan kini penampilan Vivian sungguh memukau. Dennis yang mengantar mereka turun ikut tersenyum melihat keduanya yang tampak serasi dan mesra. Saat tiba di lobi semua pegawai hotel menatap pasangan itu dengan tatapan kagum dan terpesona, begitu pula dengan Barney. Edward memuji Vivian yang kini tampak percaya diri.

Mereka naik limo menuju bandara dan selanjutnya terbang menggunakan pesawat pribadi menuju San Fransisco untuk nonton opera. Vivian belum pernah nonton opera sebelumnya dan dia sangat menikmatinya, Vivian bahkan ikut sedih dan menangis mengikuti jalan ceritanya. Pertunjukkan berakhir diiringi tepuk tangan riuh dari para penonton begitu pula dengan Vivian.

Mereka masih sempat main catur tapi Edward minta mereka melanjutkan besok saja karena dia ingin tidur dan besok kerja lagi. Vivian merajuk dan meminta agar besok Edward tidak masuk saja. Edward berpikir bahwa dirinya pemilik perusahaan jadi tidak perlu masuk kerja. Paginya, Phill sedang main billiard mini ketika sekretarisnya memberi laporan dan mengatakan bahwa hari ini Edward tidak masuk kerja. Sementara itu, Edward dan Vivian jalan-jalan di taman. Mereka seharian benar-benar menikmati kebersamaan dan malamnya Vivian menyatakan cintanya sebelum tidur tapi Edward tidak mengatakan apapun.

Paginya, Edward sedang sarapan ketika Vivian menyapa dan bertanya apa yang dipikirkannya. Edward tidak percaya bahwa ini hari terakhir mereka bersama, bisnisnya sudah hampir selesai dan dia harus kembali ke New York. Edward ingin kelak bisa bertemu lagi dan Vivian mengiyakan. Kemudian Edward menjelaskan bahwa dia sudah menyiapkan apartemen, mobil dan segala kemudahan juga kemewahan bagi Vivian tapi hal itu membuat Vivian agak kecewa. Dia bertanya apakah Edward juga akan meninggalkan uang setelah mereka bertemu? Edward mengelak tapi dia berdalih bahwa itu lebih baik daripada Vivian kembali ke jalanan.

Vivian memilih keluar menuju balkon, Edward tidak mengerti mengapa Vivian tidak suka dengan tawarannya tapi dia juga bingung karena Vivian tidak tahu apa yang diinginkannya dari hubungan mereka. Vivian bercerita bahwa saat dirinya kecil ibunya sering mengurungnya di loteng ketika dirinya nakal dan hal itu kerap membuatnya bermimpi bahwa akan ada pangeran yang datang menyelamatkannya. 


Saat mereka sedang beradu argumen, Phill menelepon dan mengabarkan bahwa Morse ingin bertemu sore ini tapi Edward menegaskan bahwa dia ingin bertemu Morse pagi ini juga. Edward menutup telepon dan pamit pada Vivian. Dia mengatakan bahwa saat ini hanya itu yang bisa ditawarkannya pada Vivian karena hubungan mereka ini adalah perubahan besar baginya. Edward menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menganggap atau memperlakukan Vivian seperti wanita panggilan. Tapi setelah Edward pergi, Vivian mendesah bahwa Edward baru saja memperlakukannya seperti itu karena Edward tidak menganggap dirinya penting dan meninggalkannya ketika mereka sedang ngobrol serius.

Barney menelepon dan meminta Vivian untuk turun karena ada tamu yang mencarinya yaitu Kit. Kit yang tidak sabar minta ngobrol langsung dengan Vivian. Saat menunggu kedatangan Vivian, ada pasutri tua yang terus memandangi Kit dan Kit langsung menggoda mereka sehingga mereka buru-buru kabur sambil melotot tidak percaya ke arah Kit tapi Kit hanya tertawa jahil. Vivian muncul dan mereka berjalan sambil ngobrol.

Kit senang karena Vivian mau membantunya sehingga semua hutangnya lunas. Kit juga terkesan dengan perubahan Vivian dalam seminggu sehingga dia tidak berani untuk memeluk Vivian sebagai ucapan terima kasih. Vivian mengatakan bahwa mudah sekali merubah penampilan asal punya uang. Kit bertanya tentang Edward dan Vivian menceritakan semuanya, Kit menduga Vivian telah jatuh cinta pada Edward karena kini wajahnya tampak muram saat mengetahui bahwa besok Edward akan pergi jauh. Vivian mengelak dan meminta Kit menyebutkan satu nama yang bisa mendapatkan mimpi menjadi nyata. Kit berpikir sejenak dan menyebut bahwa Cinderella berhasil mendapatkan mimpinya dan mereka tertawa bersama.

Di kantor, Phill bersemangat untuk membuat Morse tunduk dan menjual perusahaannya tapi Edward berubah pikiran, dia minta waktu untuk bicara berdua dengan Morse. Yang lain menurut dan keluar tapi Phill tidak mengerti mengapa Edward juga memintanya keluar. Edward terus terang pada Morse bahwa dirinya tidak lagi tertarik untuk membeli dan memecah perusahaan Morse, dia malah menawarkan bantuan agar perusahaan Morse menjadi sehat kembali. Morse tentu saja kaget tapi dia bangga dengan keputusan itu. Justru Phill yang seperti kebakaran jenggot karena marah, usaha kerasnya selama ini sia-sia. Sementara, Edward menyerahkan tasnya pada sopir dan memintanya menunggu karena dia ingin jalan-jalan dulu.

Vivian sedang berkemas ketika Phill datang berkunjung. Phill langsung nyelonong masuk dan Vivian tak bisa berbuat banyak, dia mulai takut karena dia tahu Phill adalah orang yang 'tidak ramah'. Ketakutan Vivian terbukti saat Phill mulai marah dan kesal karena Edward membatalkan keinginannya untuk membeli perusahaan Morse. Phill melampiaskan kemarahannya pada Vivian karena dia menganggap perubahan Edward disebabkan olehnya. 

Di saat yang sama, Phill juga merendahkannya karena dirinya hanya wanita panggilan murahan. Phill berusaha merayu dan menyerangnya tapi Vivian berontak dan berusaha membela diri menggigit tangannya, sontak saja Phill kian kalap dan menampar Vivian hingga terjatuh. Dia tidak perduli dengan teriakan Vivian. Sejurus kemudian Edward muncul dan menarik baju Phill. Dia marah dan mengusirnya tapi Phill masih tidak mengerti mengapa Edward membela Vivian padahal dia hanya wanita panggilan, Edward marah dan meninju Phill tanpa ampun. Mereka bertengkar disaksikan Vivian yang masih ketakutan dan shock. Edward tidak perduli bahwa Phill sudah bersamanya selama 10 tahun, Edward mengusir Phill dengan nada marah.

Edward mengompres pipi Vivian yang memerah akibat tamparan Phill dan Vivian mengeluh karena pria selalu saja menampar ketika sedang marah. Edward membela diri bahwa tidak semua pria melakukan itu. Vivian pamit dan Edward balas mengeluh mengapa Vivian harus pergi sekarang. Vivian menyindir bahwa dirinya tidak mau hal seperti tadi (Phill melecehkannya) terjadi lagi dan Edward akan membelanya dengan cara memukul seperti tadi. Edward tidak yakin alasan itu yang membuat Vivian ingin pergi darinya. Vivian menghela nafas dan berterus terang bahwa beberapa bulan yang lalu mungkin dirinya senang dengan tawaran Edward tapi kini dia ingin lebih dan dia tahu Edward tidak akan bisa memenuhi keinginannya. Edward bertanya dan Vivian menginginkan cerita dongeng (upik abu menjadi cinderella) tapi Edward merasa hubungan seperti itu mustahil.

Edward memberinya banyak uang dan kartu nama, dia berpesan bahwa bila Vivian membutuhkan sesuatu maka Vivian boleh mencarinya. Edward membantu Vivian membawa barangnya dan di depan pintu, Edward memintanya untuk tinggal semalam lagi dengannya bukan karena dibayar tapi atas keinginan Vivian sendiri tapi Vivian menolak dan Edward terpaksa membuka pintu dan membiarkannya pergi. Edward merasa ada yang kosong di ruang hatinya saat Vivian melangkah pergi untuk selamanya.

Barney sedang berdebat dengan pegawainya tentang lantai yang retak ketika Vivian muncul untuk berpamitan. Barney bertanya mengapa Vivian tidak ikut Edward ke New York dan Vivian menjawab bahwa dirinya dan Barney hidup di dunia nyata bukan mimpi, sedangkan bersama Edward adalah mimpi bagi Vivian. Semula Vivian ingin menolak ketika Barney menawarkan diri untuk memberi tumpangan tapi Vivian tidak enak dan Barney memanggil sopir limo, dia berpesan agar mengantarkan Vivian kemanapun dia ingin pergi. Vivian berterimakasih dan mengulurkan tangan tapi Barney tidak menjabat tangannya melainkan mencium tangannya. Barney mengundang Vivian untuk mampir dan Vivian hanya tersenyum.

Vivian merasa hampa ketika sudah berada dalam limo sendirian, padahal biasanya dia selalu bersama Edward. Limo berjalan meninggalkan hotel dan malamnya Edward kesepian dalam kamarnya yang luas, dia mencoba mengintip ke bawah dari atas balkon seperti yang biasanya dilakukan Vivian tapi dia tetap merasa ngeri dan masuk.

Paginya Edward bersiap untuk pergi dan sekali lagi dia menatap pemandangan dari balkon sambil membawa kotak perhiasan yang pernah dipakai Vivian. Sementara itu, di apartemen kumuh milik Kit, Vivian juga berkemas. Vivian ingin pergi ke San Francisco. Kit mencoba menghalangi niatnya tapi Vivian sudah membulatkan tekad, dia ingin mencari kerja atau sekolah lagi. Vivian ingin mengajak Kit tapi Kit menolak jadi Vivian memberinya sedikit uang dan menasihatinya. Kit mulai baper dan dia memutuskan untuk pergi saja karena dia tidak ingin sedih melihat kepergian Vivian.

Edward pergi ke resepsionis dan bertemu Barney yang mempersiapkan tagihan kamarnya. Edward bertanya sambil berharap cemas apakah ada pesan untuknya. Barney tentu saja tahu pesan siapa yang dimaksud dan Edward harus kecewa karena tidak ada pesan untuknya. Edward menandatangani tagihan itu dan minta disediakan mobil. Barney memanggil Darryl memintanya menyiapkan limo. Edward  menyerahkan kembali tagihan yang telah ditandatanganinya sambil mendesah. Dia juga memberikan kotak perhiasan dan meminta Barney untuk mengembalikannya ke toko. 

Barney penasaran dan bertanya apakah dirinya boleh membukanya dan Edward mengangguk. Barney ingat bahwa itu perhiasan yang pernah dipakai Vivian ketika mengenakan gaun merahnya. Barney mengatakan bahwa pasti sulit melepaskan sesuatu yang indah dan Edward hanya bisa tersenyum masam. Barney melanjutkan bahwa kemarin Darryl juga yang mengantarkan Vivian pulang.

Hujan gerimis mengiringi kepergian Edward, dia melamunkan Vivian sementara Vivian juga melamun sambil memandangi jendela. Entah apa yang ada dipikiran Edward, padahal Darryl sudah menjelaskan bahwa pesawat akan terbang sesuai jadwal dan Edward akan tiba di New York tepat waktu, Edward berlari kecil menuju wanita tua penjual bunga dan membelinya tanpa mengetahui bahwa Kit ada di sebelahnya mengobrol dengan seseorang.

Vivian berniat pergi ketika mendengar seseorang memanggilnya dan dia mengintip dari jendela. Vivian kaget sekaligus senang melihat Edward datang sambil melambaikan bunga dan payung. Edward memberanikan diri naik tangga darurat dengan bantuan payung sementara Vivian tak bisa menahan senyum dan tawanya. Edward berjalan sambil bersandar pada dinding, dia memberanikan diri untuk melawan rasa takutnya dan Darryl ikut menyemangatinya. 

Mereka bertemu dan Edward memberikan bunganya. Dia bertanya apa yang terjadi setelah pangeran datang dan menyelamatkan putri, Vivian menjawab bahwa putri akan balas menyelamatkan pangeran dan akhirnya mereka berciuman mesra. 

Adegan favoritku :


Hal yang paling mengharukan bagiku saat melihat Vivian mengenakan gaun merah dengan perhiasan warna senada, berjalan anggun disisi Edward. Semua pandangan para tamu dan pegawai hotel, termasuk Barney tertuju pada Vivian yang cantik mempesona. Setiap orang yang melihat Vivian sejak pertama masuk hotel, pasti bisa merasakan perubahan penampilan dan etikanya secara bertahap. Mereka tak bisa menyembunyikan tatapan kagum saat melihat perubahan sosok Vivian dari wanita kelas pinggir jalan berubah menjadi wanita elegan nan anggun.


Kurasa, dalam film ini Barney memang layak disebut sebagai "Bapak Peri" bagi Vivian karena perannya sangat besar dalam membantu dan mendukung Vivian. Saat Vivian berpamitan, Barney tak ragu memperlakukan Vivian seperti layaknya seorang puteri, memberi layanan mobil gratis dan ketika Vivian mengulurkan tangan, bukannya menjabat tangannya tapi Barney malah mencium tangan Vivian dengan hormat. 

Hikmah yang bisa diambil dari film ini :

Aku melihat dua sisi manusia dalam memandang kesulitan orang lain yaitu ketika Vivian hendak membeli baju baru. Scene pertama saat Vivian terpesona karena pertama kali masuk butik mewah tapi kedua wanita penjaga butik itu langsung bersikap sinis ketika Vivian bertanya tentang harga sebuah gaun. Dengan nada ketus dan meremehkan, salah satu dari wanita itu mengatakan, "Gaun itu harga sangat mahal dan kamu tak akan sanggup membelinya!" 

Mereka bersikap tak sopan dan tak perduli bahwa sebenarnya Vivian punya banyak uang karena mereka hanya menilai vivian dari baju yang dikenakannya (baju seksi dan mini ala wanita panggilan). Sikap seperti ini masih terjadi hingga kini karena bagi masyarakat modern, nilai seseorang ditentukan dari pakaian yang dikenakannya. Contohnya, seseorang akan diperlakukan dengan sangat baik dan sopan bila masuk dalam toko walaupun sebenarnya orang itu tak membawa uang sepeserpun dan hanya melihat-lihat saja tanpa berniat membeli. Beda ceritanya bila seseorang itu berdandan biasa atau ala gembel dan membawa tas lusuh yang berisi uang jutaan bahkan ratusan juta masuk ke dalam toko perhiasan. Aku yakin para pegawai toko itu akan bersikap kasar atau bahkan memanggil keamanan karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

Scene yang kedua dalam film ini adalah ketika Barney dengan tegas mengkritik cara berpakaian Vivian tapi Barney jadi tidak tega setelah mendengar keluhannya dan balik menolong Vivian, bukan hanya dalam soal pakaian tapi Barney juga tak segan membantu Vivian dengan memberi kursus kilat tentang etika di meja makan.

Jujur, aku ikut merasa puas ketika Vivian kembali ke butik pertama sambil memperlihatkan perubahan dirinya dan menunjukkan banyaknya barang belanjaannya. Aku ikut senang melihat ekspresi pegawai butik itu yang tergangga dengan penampilan vivian yang baru. Mungkin Vivian ingin menyindir bahwa jangan suka meremehkan orang lain karena kini kamu yang rugi, kalau sejak awal kamu bersikap ramah padaku maka kamu akan untung karena aku akan memborong semua koleksi butikmu. 

Komentarku :

Kisah si upik abu menjadi Cinderella, itulah inti cerita dalam film Pretty Woman. Film ini menegaskan bahwa cinta itu tidak mengenal status sosial atau pekerjaan seseorang. Edward yang merupakan seorang jutawan, pria dari kelas elit, tampan dan bisa mendapatkan apapun dengan mudah ternyata bisa jatuh cinta pada Vivian, wanita miskin dan seorang wanita panggilan. Cinta itu memang aneh, dia tidak pernah mencari pasangan dari golongan atau kelas yang sama karena itu pasti membosankan. Tapi cinta selalu mencari sesuatu yang berbeda, bertolak belakang sehingga bisa saling tarik menarik (seperti filosofi magnet).

Siapa yang tidak suka dengan cerita Cinderella tapi aku tidak ingin membahas kisah romantis antara Edward dan Vivian tapi aku ingin menggambarkan betapa susahnya upik abu yang berusaha berubah menjadi Cinderella, banyak rintangan yang harus dihadapinya.

Pertama soal kostum. Semua juga tahu bahwa kostum yang seksi dan minimalis adalah modal seorang wanita panggilan (apalagi kelas pinggir jalan seperti Vivian) untuk mendapatkan pelanggan. Semua terasa wajar saat Vivian "bekerja" di pinggir jalan tapi jadi kelihatan aneh dan murahan ketika Vivian berkeliaran dalam hotel mewah atau berjalan di sepanjang jalan Beverly, tempat para warga kelas atas belanja barang-barang mahal di butik terkenal.

Perlakuan diskriminatif dimulai ketika Vivian tertarik membeli gaun dan masuk ke butik hanya untuk menanyakan harga sebuah gaun tapikedua pegawai butik (keduanya wanita) langsung bersikap meremehkan, menghina dan melecehkan. Mereka tanpa sungkan mengusir Vivian seolah dia itu pengemis yang meminta recehan (semua itu gara-gara Vivian salah kostum).

Vivian yang merasa terhina langsung kembali ke hotel sambil menahan tangis. Dia sudah berusaha menutupi dirinya dengan mengenakan jaket tapi tetap saja tidak banyak membantu, semua orang menatapnya dengan pandangan yang melecehkan. Ketika kembali ke hotel, dia kembali mendapat perlakuan diskriminatif dari manajer hotel yang tidak ingin reputasi hotel tercemar gara-gara Vivian (lagi-lagi akibat kostum Vivian yang salah).

Untung saja manajer hotel yang bernama Barney itu tidak jahat hanya tegas (dia menegur karena sudah tugasnya sebagai manajer hotel), Barney bersedia membantu Vivian agar bisa berubah menjadi Cinderella. Semuanya berjalan lancar bagi Vivian karena kini semua orang (terutama di hotel) menghormati dan menghargai usahanya untuk berubah menjadi lebih baik. Tapi rintangan terbesar justru datang dari Phill, pengacara Edward yang kaget dengan status dan pekerjaan Vivian yang sebenarnya.

Pria hidung belang itu berusaha melecehkan Vivian secara seksual, dia mengira bahwa wanita seperti Vivian pasti akan diam saja diperlakukan dengan tidak senonoh karena itulah pekerjaannya, untuk dilecehkan! Padahal, siapa sih yang mau menjadi wanita panggilan? Walaupun menjadi wanita panggilan, bukan berarti tidak punya hati atau perasaan, diam saja seperti robot bila dilecehkan. Tapi ketika Vivian melawan, dia malah dipukul seperti binatang peliharaan saja. (Pria seperti Phill ini yang suka bikin kesel, musang berbulu domba, sudah punya istri tapi masih suka "bermain" dengan yang lain)


Senang rasanya melihat bahwa film ini berakhir bahagia karena cinta bisa mengalahkan segalanya terutama status sosial, cinta bisa membuat seseorang rela berkompromi dengan pasangannya agar bisa cocok dan saling melengkapi.  



Review Film Menarik Lainnya

0 comments:

Post a Comment