Friday, May 1, 2020

Never Ending Story ~Film Korea~

Bagaimana rasa bila kita yang merasa sehat tiba-tiba divonis mengidap kanker stadium akhir dan tak akan berumur panjang? Apakah kita akan stress, frustrasi dan tak rela atau pasrah dan menerimanya dengan tabah? Film yang akan aku bahas kali ini akan menjawabnya. Film yang aku maksud adalah Never Ending Story, berasal dari Korea tahun 2012 dan bergenre komedi romantis. Film ini mengisahkan tentang dua orang yang memiliki sifat bertolak belakang dalam mengatasi masalah yang sama, yaitu merasa sehat tapi tiba-tiba divonis menderita kanker dan tak akan berumur panjang. Bagaimana cerita film ini? Bagus tidak??? Kalau penasaran, baca saja sinopsis di bawah ini ya!  


Para pemain :

Uhm Tae Wong sebagai Kang Dong Joo
Jung Ryeo Won sebagai Oh Song Kyung
Park Ki Woong sebagai Kang Dong Min (adiknya Dong Joo)
Yoo Sun sebagai Lee Yu Nab (istrinya Dong Min)
Choi Eun Ju sebagai Jin Joo
Lee Kan Hee sebagai bibinya Jin Joo
Park Soo Yong sebagai pacarnya Jin Joo
Cha Hwa Yeon sebagai ibunya Song Kyung

Sinopsis lengkap :

Oh Song Kyung adalah wanita berusia 28 tahun dan bekerja di bank sebagai teller. Dia selalu merencanakan segala hal tentang hidupnya secara cermat termasuk keinginan untuk menikah dengan bantuan biro perjodohan karena dia berprinsip tak ingin menyusahkan orang lain.

Sedangkan Kang Dong Joo adalah guru taekwondo, dia gemar membeli tiket lotere dengan harapan bisa mendapat hadiah utama. Dong Joo bisa dikatakan belum hidup mandiri karena masih menumpang pada adiknya yang sudah menikah bernama Dong Min. Adik iparnya yang bernama Yu Nab terang-terangan tak menyukai gaya hidupnya yang santai dan cenderung malas. Yu Nab sengaja menyarankan agar Dong Joo mendaftar di sebuah biro jodoh agar bisa segera menikah dan pindah dari rumahnya.

Song Kyung dan Dong Joo sebenarnya tak saling mengenal dan tak pernah bertemu sebelumnya tapi takdir mempertemukan mereka di rumah sakit. Secara kebetulan keduanya divonis mengidap kanker dan harapan hidupnya sekitar 3-6 bulan lagi. Keduanya jelas shock dan tak percaya. Song Kyung bahkan minta diperiksa ulang agar lebih yakin sedangkan Doo Joo malah histeris dan bertingkah seperti anak kecil karena tak percaya dengan apa yang dialaminya.

Song Kyung heran melihat Dong Joo yang duduk bersamanya di halte bis. Dia kian heran karena Dong Joo mengaku membawa mobil sendiri saat ke rumah sakit. Song Kyung menebak bila Dong Joo sengaja mengikutinya tapi Dong Joo mengelak. Song Kyung sedikit menyindir dengan mengatakan wajar bila pria mengikuti gadis yang cantik dan menarik seperti dirinya. Dong Joo balas menyindir bila Song Kyung terkena 'sindrom putri'. Song Kyung meralat dengan mengatakan dirinya kena tumor otak. Dong Joo hanya bisa bengong ketika Song Kyung sudah pergi dengan bis.


Song Kyung pulang ke rumah dan dia hanya bereaksi datar saat beberapa temannya memberi kejutan ulangtahun. Sikap Song Kyung membuat mereka salah tingkah sendiri karena terlalu antusias menyanyikan lagu selamat ulangtahun. Song Kyung juga tak terlalu antusias ketika melihat hadiah untuknya atau saat meniup kue ulangtahunnya.

Sedangkan Dong Joo sengaja bertanya pada Dong Min dan Yu Nab tentang apa yang mereka lakukan ketika dirinya meninggal. Dong Joo sedih mendengar mereka sepertinya senang bila hal itu benar terjadi karena keduanya sudah punya rencana untuk menggunakan kamar Doo Joo sesuai kebutuhan mereka. Dong Min ingin mengubah kamarnya menjadi ruang baca sedangkan Yu Nab ingin membuat tempat menyimpan baju. Doo Joo hanya bisa menghela nafas kesal melihat keduanya bertengkar memperebutkan kamarnya.

Song Kyung kembali ke rumah sakit dan berkonsultasi dengan dokter. Dia kelihatan kecewa karena ternyata hasilnya sama saja. Dokter dengan cuek mengatakan bila Song Kyung bisa mulai melakukan kemoterapi. Song Kyung enggan karena kemo bisa membuat rambutnya rontok. Dia bertanya apakah dia akan sembuh bila semua rambutnya rontok? Dokter berpikir sejenak dan mencoba menjelaskan bila rambut Song Kyung tak akan rontok semua, lagipula sekarang banyak dijual wig yang cantik. 

Song Kyung kembali bertanya tentang sisa waktunya tapi dokter tak menjawab, dokter itu malah menyarankan agar di saat kontrol berikutnya Song Kyung membawa salah satu anggota keluarganya. Song Kyung menjawab sendiri pertanyaannya, bahwa waktunya tinggal 3 bulan lagi. Song Kyung menyerah dan meminta dokter melakukan semuanya sesuai jadwal. Sikap Song Kyung membuat dokter itu heran, apalagi setelah melihat Song Kyung mengeluarkan buku catatan dari dalam tasnya dan mulai menulis sesuatu.

Song Kyung bersikap optimis walau ada rasa tak rela dihatinya. Dia mulai membersihkan kertas harapan dan keinginan yang ada di kamarnya. Sedangkan Dong Joo melalui harinya dengan mabuk. Suatu pagi, Dong Min dan Yu Nab dibuat kaget setelah mendapat telepon dari kantor polisi. Keduanya bergegas pergi dan mendapati Dong Joo sedang ditahan akibat mabuk dan berbuat onar di tempat umum. Keduanya kesal melihat tingkah Dong Joo yang semakin menyebalkan. Mereka bahkan tak perduli ketika Dong Joo mengaku baru dari rumah sakit. Dong Joo sebal dan berjanji tak akan memberi mereka uang bila dirinya memenangkan lotere.

Dong Joo kembali bertemu dengan Song Kyung saat pergi ke sebuah agen biro jodoh dengan tujuan untuk berhenti menjadi anggota dan berniat meminta uangnya kembali. Keduanya agak kaget ketika bertemu kembali. Setelah berdebat agak lama, akhirnya Song Kyung berhasil meyakinkan manajer biro jodoh itu agar mengembalikan uang mereka.

Dong Joo menemani Song Kyung di halte bis sambil mengucapkan terima kasih karena telah membantunya. Song Kyung bertanya apakah Dong Joo membawa mobil dan pria itu mengiyakan. Song Kyung kembali bertanya apakah Dong Joo sengaja mengikutinya lagi? Dong Joo mengelak dengan alasan dirinya kebetulan saja memiliki tujuan yang sama dengan Song Kyung. Song Kyung tak membantah tapi langsung berdiri dan mengajak Dong Joo untuk minum soju. Dong Joo sedikit heran dengan perubahan sikapnya tapi segera berdiri dan menyusul Song Kyung.

Keduanya saling curhat sambil minum. Mereka seakan tidak rela bila harus meninggal 3 bulan lagi karena penyakit yang mereka derita. Song Kyung mengaku agak menyesal karena telah merencanakan banyak hal tapi nyatanya harus meninggal 3 bulan lagi. Sedangkan Dong Joo menyesal karena punya banyak hutang pada adik dan iparnya tapi tak punya tabungan untuk membayar hutangnya.

Dong Joo menyarankan agar mereka merampok bank saja tapi Song Kyung tak setuju dengan alasan mereka sebagai warga sipil tak bisa punya pistol dan banyak sekali CCTV yang terpasang di setiap bank. Dong Joo agak kaget karena Song Kyung tahu banyak tentang hal itu. Song Kyung mengaku bahwa dirinya bekerja di sebuah bank.


Dong Joo baru saja dari toilet dan dia melihat Song Kyung duduk sambil melamun. Dia mendekati Song Kyung dan memberikan sebuah tebakan tentang kelinci. Dong Joo senang melihat Song Kyung tertawa karena tebakannya. Song Kyung tiba-tiba mengeluarkan buka catatannya dari dalam tas sambil bertanya apakah Dong Joo punya waktu luang hari Sabtu. Dong Joo mengaku tak punya kegiatan hari Sabtu. Song Kyung ingin Dong Joo menemaninya ke Chong Pyeong untuk melihat ruang kremasi yang bagus. Dong Joo agak kaget mendengar permintaan itu dan hal itu membuat Song Kyung agak sewot dan memilih pergi.


Dong Joo segera mengejar Song Kyung yang berlari keluar. Song Kyung mengulurkan tangan untuk memanggil taksi. Dong Joo mencoba membujuknya dengan mengatakan bila dirinya tak bilang tak bisa. Song Kyung tak mengatakan apapun dan hanya berpesan agar Dong Joo meneleponnya besok. Dong Joo langsung mengiyakan tapi dia menjadi bingung sendiri ketika taksi yang membawa Song Kyung sudah menjauh karena tak sempat meminta nomor telepon Song Kyung sebelumnya.


Besoknya, Dong Joo pergi ke bank tempat Song Kyung bekerja sebagai teller. Dong Joo sengaja mengambil beberapa nomor antrian dan memberikan pada beberapa pelanggan agar dirinya bisa dilayani oleh Song Kyung. Song Kyung melihat tingkah pria itu dan dia menjadi tersenyum sendiri.


Kini tiba gilirin meja Song Kyung yang kosong dan Dong Joo langsung maju. Dong Joo duduk dan langsung menegur Song Kyung yang kemarin tak memberinya nomor telepon. Song Kyung berdalih bahwa Dong Joo yang seharusnya meminta duluan. Dong Joo agak gusar tapi Song Kyung beralasan bila rasanya pasti aneh bila gadis cantik seperti dirinya memberi nomor telepon tanpa diminta. Song Kyung mengaku bila dirinya juga ingin merasakan bila seorang pria bersikeras meminta nomor teleponnya.


Mereka berdebat sambil berbisik dan Dong Joo tetap tak mau melakukan apa yang diminta Song Kyung. Pria itu kesal dan beranjak pergi. Song Kyung tak bisa berbuat apa-apa selain memanggil nomor antrian selanjutnya. Dong Joo berbalik dan menyerobot seorang wanita setengah baya yang hendak duduk di depan Song Kyung. Wanita itu kesal dan mengomel tapi Dong Joo tak perduli. Dia mengalah dan menyebutkan nomor teleponnya lalu pergi. Song Kyung tak bisa melepaskan pandangannya dari Dong Joo tapi tangannya berhasil menulis nomor yang disebutkan oleh Dong Joo. Song Kyung tak perduli dengan omelan wanita itu, dia tersenyum menang.


Song Kyung sedang mengamati kertas keinginannya ketika Jin Joo masuk kamarnya sambil membawa dua baju berwarna hitam dan merah muda. Jin Joo ingin minta pendapat Song Kyung tentang baju mana yang cocok dia kenakan untuk bertemu orangtua pacarnya. Song Kyung menyarankan agar Jin Joo mengenakan baju merah muda saja. Jin Joo menurut dan dia penasaran melihat ada sepatu putih dengan hiasan di ujungnya. Jin Joo bertanya kapan Song Kyung akan memakainya dan Song Kyung menjawab suatu hari nanti. Dengan tanpa perasaan, Jin Joo menyindir Song Kyung yang masih jomblo tapi sudah punya sepatu pengantin. Song Kyung hanya diam sambil memandangi sepatunya ketika Jin Joo sudah keluar dari kamarnya.


Hari Sabtu, Dong Joo sudah siap di depan rumah Song Kyung dan mereka langsung berangkat menuju Chong Pyeong. Sesampainya di sana, Song Kyung sangat antusias melihat-lihat keramik tempat abu jenazah beserta harganya. Dong Joo tanpa ragu mengkritik harga sebuah keramik yang dianggapnya terlalu mahal. Si penjaga berdalih bila keramik itu terdapat hiasan ukiran tangan. Dong Joo tampak kesal dan memilih pergi saat Song Kyung meminta pendapatnya tentang keramik dengan hiasan di atasnya.


Saat makan, Dong Joo kembali dibuat kesal oleh tingkah Song Kyung yang selalu merebut potongan daging yang sudah dimasaknya. Dong Joo protes dan mengeluh dia merasa tak adil bila harus mati cepat dan kini Song Kyung juga melakukan hal yang tak adil padanya, padahal dia juga butuh makan. Song Kyung merasa tak bersalah dan beralasan bila orang yang meninggal saat makan itu baik. Dong Joo cemberut dan Song Kyung mengalah, dia berhenti makan karena mengaku sudah kenyang.


Dong Joo menyindir Song Kyung bicara tak sopan padanya. Dong Joo tahu umur mereka tak lama lagi tapi dia ingin Song Joo tetap menjaga sopan santun. Dong Joo memeberitahu bahwa dirinya berumur 33 tahun dan dia ingin tahu umur Song Kyung. Song Kyung kembali mengalah dan memanggilnya 'kakak' sambil bertanya apakah minggu depan Dong Joo sibuk. Dong Joo tersenyum mendangarnya, dia menyindir dengan bertanya apakah Song Kyung ingin pergi ke kuburan? Song Kyung pura-pura kaget karena Dong Joo tahu apa diinginkannya.


Dong Joo menatap Song Kyung dengan tatapan tak percaya. Dong Joo menegur Song Kyung karena terlalu memikirkan segala hal. Pria itu mengatakan bila seandainya mereka meninggal pasti ada orang lain yang membantu mengurus semuanya. Song Kyung beralasan bila dia ingin merencanakan semua sendiri seperti layaknya sebuah pernikahan. Dong Joo menegur bahwa keduanya sangat berbeda. Song Kyung protes karena dirinya adalah tokoh utamanya baik dalam kematian atau pernikahan.


Dong Joo mengejek bahwa sikap Song Kyung itu tidak normal tapi gadis itu tidak marah. Song Kyung berdalih bila bukan dia yang menolong dirinya sendiri maka siapa yang akan melakukannya? Song Kyung tak ingin bergantung pada siapapun. Dia mengaku bila setiap saat selalu merencanakan apapun dan akan patuh pada apa yang sudah direncanakannya. Dong Joo kembali mengejek bila hidup Song Kyung sungguh melelahkan. Dong Joo mencoba menasihatinya agar menjalani hidup dengan lebih normal. 


Tiba-tiba Dong Joo kaget dan langsung berlari ketika matanya tak sengaja melihat jam. Song Kyung heran dan mencoba memanggilnya tapi Dong Joo tetap bergegas pergi. Song Kyung terpaksa mengikutinya dan dia tak bisa menyembunyikan rasa herannya ketika melihat Dong Joo ternyata buru-buru pergi demi membeli tiket lotere. Dong Joo tak terima Song Kyung meremehkan hobinya dan dia beralasan bila lotere adalah hal yang sangat penting baginya. Song Kyung tak bisa mengerti jalan pikiran Dong Joo dan mereka akhirnya pulang.


Malam itu hujan cukup deras dan Dong Joo sudah siap di depan tv untuk menyaksikan acara pengundian lotere. Dia tak bisa berkonsentrasi menonton karena Dong Min dan Yu Nab sedang berdebat tentang sesuatu dengan suara keras. Dong Joo mencoba bersabar sambil membandingkan tiket lotere yang dibelinya dengan nomor yang sudah diunding. Dia kesal karena kali ini kembali gagal dan dia kian kesal melihat Dong Min dan Yu Nab yang kini berdebat sambil berkelahi.


Jin Joo merasa ketakutan berada di kamarnya sendiri karena mendengar suara petir disertai hujan yang deras. Tapi ketika membuka kamar Song Kyung, dia berteriak kaget saat melihat penampilan Song Kyung yang seperti hantu. Sebenarnya dia ingin tidur bersama Song Kyung tapi mendadak ponselnya berbunyi. Jin Joo senang melihat pacarnya menelepon dan langsung kembali ke kamarnya. Song Kyung tak berkomentar apapun tapi dia jadi punya ide untuk menelepon Dong Joo.


Dong Joo sedang bersembunyi di balik selimut ketika Song Kyung meneleponnya. Song Kyung agak kesal karena Dong Joo bersikap biasa saja dan tak bertanya apakah dirinya ketakutan atau tidak. Dong Joo tak paham dan Song Kyung terpaksa menjelaskan bila sekarang sedang hujan disertai petir. Dong Joo mulai paham dan malah mengejeknya. Song Kyung heran mendengar suara Dong Joo yang seperti baru saja menangis tapi Dong Joo beralasan bila dirinya belum sepenuhnya bangun. Song Kyung meminta Dong Joo datang ke suatu tempat berdasarkan peta yang akan diberikannya. Belum sempat Dong Joo membantah, Song Kyung sudah menutup teleponnya.


Song Kyung mengajak Dong Joo pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan temannya yang bernama Mi Yeong. Mi Yeong mencoba meramal nasib cinta keduanya dan dia menjamin bila Dong Joo dan Song Kyung adalah pasangan yang cocok dengan karakter yang saling melengkapi tapi keduanya tak percaya dengan hal itu. Dong Joo ingin diramal nasibnya tapi Mi Yeong mengaku tak bisa meramal nasib. Mi Yeong akhirnya pergi meninggalkan keduanya sendirian.


Song Kyung menasihati Dong Joo agar tak menangis sendirian karena hal itu sangat memalukan. Dong Joo hanya mencoba diam tapi akhirnya menjelaskan alasan dirinya menangis karena kalah taruhan lotere lagi. Song Kyung tak percaya tapi Dong Joo merasa bila seharusnya kali ini dirinya bisa menang tapi dia tak percaya bahwa tak ada satupun tiket loterenya cocok.


Dong Joo mencoba mempengaruhi Song Kyung agar lebih menikmati hidup contohnya dengan membeli lotere dan berharap menang agar bisa bersenang-senang. Tapi Song Kyung enggan menghabiskan uangnya demi hal yang tak penting. Dong Joo tak patah semangat, dia tetap gigih membujuknya. Song Kyung hanya tersenyum mengejek mendengar khayalan Dong Joo tentang tiket lotere dan hadiah jakpot.


Song Kyung menelepon Dong Joo dan mengatakan bila dirinya akan segera mengajukan cuti. Dia bertanya apakah Dong Joo akan ikut pergi bersamanya tapi semula Dong joo tampak enggan. Sikap Dong Joo berubah drastis ketika Song Kyung mengatakan bila dirinya sudah menemukan tempat yang lebih mudah untuk memenangkan jakpot. Doo Joo langsung setuju karena dia yakin kali ini pasti akan menang. Dong Joo asyik bercerita tapi Song Kyung malah tertidur. Ketika menyadari bila Song Kyung tak merespon ceritanya, Dong Joo agak kesal dan melampiaskannya pada boneka. Lalu keduanya tertidur pulas di kamar masing-masing.


Hari itu, Dong Joo membersihkan ruangan olahraga dengan penuh semangat. Hal itu membuat Dong Min dan Yu Nab menjadi heran dengan perubahan sikap Dong Joo yang biasanya sangat malas. Yu Nab menuduh suaminya menyembunyikan sesuatu darinya tapi Dong Min mengaku tak tahu apapun. Dong Joo tersenyum seolah tak perduli dengan tatapan aneh keduanya. Dengan santainya Dong Joo mengatakan bila dirinya ingin cuti lalu pergi meninggalkan mereka. 


Dong Joo dan Song Kyung mulai mendiskusikan tempat mana saja yang akan mereka datangi. Song Kyung menunjukkan tempat mana saja yang ingin dia datangi dan Dong Joo setuju saja. Mereka memulai petualangan seru dan menyenangankan. Di sepanjang perjalanan Song Kyung tampak ceria, dia mengenakan celana pendek dan baju kuning dipermanis dengan kacamata hitam. Dong Joo mengemudi mobil dengan santai.


Tujuan pertama mereka adalah perjamuan kematian. Song Kyung ingin tahu makanan apa saja yang biasanya dihidangkan untuk tamu yang datang melayat. Dong Joo diminta untuk mencicipi makanan itu dan Song Kyung ingin tahu apakah makanannya enak atau tidak. Dong Joo menjawab lumayan dan Song Kyung segera mencatat hal itu dalam bukunya.


Dong Joo agak terganggu melihat beberapa orang yang tertawa, dia menganggap hal itu akan membuat almarhum sedih. Song Kyung malah berpendapat sebaliknya. Alasannya almarhum tak perlu khawatir, orang yang ditinggalkannya baik-baik saja karena tak menangisi kepergiannya tapi justru tertawa. Dong Joo hanya cemberut, dia balas mengkritik Song Kyung yang terlalu sibuk dengan catatannya. Song Kyung tak membantah dan mengajaknya pergi. Dong Joo terpaksa mengalah dan mengikutinya.


Tujuan selanjutnya adalah tempat penjualan tiket lotere tapi tempatnya sangat jauh dan tinggi. Dong Joo mengeluh tapi akhirnya pergi juga sementara Song Kyung menunggu di bawah. Dong Joo terpaksa naik tangga sendirian dan melampiaskan kekesalannya dengan menendang sebuah kaleng minuman kosong. Kaleng itu jauh menggelinding dan seekor lebah keluar dari dalam kaleng. Lebah itu kesal dan marah hingga memanggil semua temannya untuk mengejar Dong Joo.


Song Kyung menunggu sambil melihat catatannya. Tiba-tiba terdengar jeritan dan Dong Joo berlari turun dengan sekuat tenaga. Song Kyung kaget dan ikut berlari bersama Dong Joo. Sebenarnya keduanya masih kelelahan tapi rasa lelah itu hilang akibat rasa takut disengat lebah hingga membuat keduanya sanggup berlari kencang.


Kini mereka berada di toko kain kafan. Penjualnya adalah seorang wanita yang sedang hamil tua. Wanita itu berusaha melayani keduanya dengan ramah termasuk menunjukkan koleksi kain kafan yang terbuat dari emas dengan harga yang lumayan mahal. Tapi wanita itu langsung kaget dan terdiam ketika Song Kyung ingin mencoba kain kafannya dengan alasan kain itu akan digunakan untuk dirinya sendiri. Dong Joo hanya bisa memejamkan mata dengan kesal dan menarik Song Kyung keluar dari toko itu.


Dong Joo menegur sikap Song Kyung yang terlalu jujur. Dong Joo merasa tak enak melihat ekspresi kaget wanita pemilik toko itu, dia takut bila tiba-tiba wanita itu melahirkan karena saking kagetnya. Song Kyung tak perduli, dia beralasan ingin yang terbaik untuk dirinya sendiri. Song Kyung kesal dan memilih masuk mobil.


Dalam perjalanan pulang, Song Kyung hanya diam dan hal itu membuat Dong Joo merasa bersalah karena telah memarahinya. Dong Joo mengantarkan Song Kyung pulang dan dia hanya diam ketika Song Kyung pamit turun. Dong Joo langsung pergi setelah melihat Song Kyung berpapasan dengan Jin Joo. Song Kyung pura-pura asyik ngobrol dengan Jin Joo tapi ternyata Song Kyung masih enggan melepas kepergian Dong Joo. Dia sengaja bersembunyi di balik tanaman dan berharap Dong Joo turun untuk mengatakan sesuatu padanya tapi ternyata Dong Joo malah pergi begitu saja. Song Kyung hanya bisa menahan rasa kecewanya.


Di rumah, Dong Joo tak bisa tenang. Dia ingin menelepon Song Kyung tapi tak punya keberanian. Begitu pula dengan Song Kyung, dia gelisah menunggu Dong Joo meneleponnya tapi penantiannya sia-sia. Song Kyung menghabiskan waktu dengan membuka kembali album fotonya saat masih kecil dulu. Dong Joo berusaha mengalihkan kegelisahannya dengan berolahraga tapi dia malah menjerit kesakitan akibat tak konsen.


Dong Joo memutuskan untuk pergi mencari udara segar. Saat hendak keluar rumah, dia melihat Dong Min dan Yu Nab tertidur pulas di ruang tamu. Dong Joo menghela nafas dan memberikan tiket loterenya pada mereka dengan cara menyematkan tiket itu di tangan Yu Nab. 


Paginya, Yu Nab mengeluh karena merasa memiliki dua anak yang harus diasuhnya yaitu suami dan Dong Joo. Baik Dong Joo dan Dong Min hanya diam saja. Yu Nab juga mengeluh bila dirinya seperti ibu mertua bagi Dong Joo. Dia menunjukkan tiket lotere sambil bertanya apa maksud Dong Joo memberikan tiket itu padanya. Dong Joo mengaku bila dia membeli tiket itu dari toko yang memiliki kemungkinan menangnya besar. Dong Joo ingin mereka memegangnya karena hanya itu yang bisa dilakukannya untuk mereka.


Yu Nab mengejek bila hal yang paling diinginkannya bukanlah tiket lotere tapi Dong Joo segera menikah dan keluar dari rumahnya. Dong Joo kesal dan membentaknya sambil mengatakan bila mereka harus memegangnya karena tiket ini kemungkinan besar akan menang. Yu Nab dan suaminya saling berpandangan karena kaget, mereka heran melihat sikap Dong Joo yang akhir-akhir ini mudah marah dan suka murung. Yu Nab merasa tak enak dan bertanya apakah ada yang terjadi tapi Dong Joo tak menjawab dan malah pergi, tak jadi ikut sarapan.


Dong Joo kembali menjemput Song Kyung tapi gadis itu masih tetap diam membisu. Dong Joo memecah keheningan dengan bertanya tentang tujuan mereka hari ini. Song Kyung hanya menjawab Ganghwa. Dong Joo meliriknya dan menghela nafas panjang tapi Song Kyung hanya cuek. Dong Joo memiliki menyalakan radio tapi Song Kyung langsung mematikannya. Dong Joo menyerah dan sepanjang perjalanan mereka tetap diam membisu.


Dong Joo berhenti di sebuah tempat yang rindang dan segera mengeluarkan semua bekal makanan yang dibawanya. song Kyung melihatnya dengan agak kesal. Dia bertanya apa yang dilakukan Dong Joo tapi pria itu hanya memintanya datang dan melihatnya sendiri. Song Kyung terpaksa menurut dan keluar dari mobil untuk mendekatinya.


Dong Joo menunjukkan apa yang dibawanya dan Song Kyung agak terhibur melihat Dong Joo membawa daging yang akan dipanggang. Dong Joo berjanji akan memanggang dagingnya untuk Song Kyung tapi wajahnya langsung pucat ketika menyadari bila dia salah bawa. Bukannya membawa alat pemanggang tapi malah kotak peralatan. Song Kyung menyadari ada yang salah dan bertanya apa yang terjadi. Dong Joo ingin menyembunyikannya tapi Song Kyung merebut dan melihatnya. Dia mendengus kesal dan menyindir bila seperti itulah Dong Joo, sembrono dan tak teliti.


Mereka meneruskan perjalanan. Song Kyung makan camilan sambil kembali menyindirnya. Dong Joo merasa tak enak dan berusaha menjelaskan bila keduanya memang serupa. Song Kyung tak bisa menyembunyikan tawanya dan ketegangan Dong Joo sedikit mencair, dia ikut menertawakan kebodohannya. Dong Joo senang karena Song Kyung tak ngambek lagi, dia bahkan tak keberatan saat Dong Joo mengambil camilannya.


Keduanya ingin membahas masalah kemarin dan Song Kyung tak keberatan bila Dong Joo mengatakan sesuatu duluan. Dong Joo tersenyum dan bersedia belanja kain kafan bahkan dia akan membantu memilihnya. Song Kyung tersenyum dan mengatakan dia ingin pergi ke toko yang lain karena dia sudah memeriksanya, dia yakin ada toko yang bagus lainnya. Dong Joo setuju sambil tersenyum.


Mereka tiba di tempat tujuan. Sambil berjalan, Song Kyung bertanya jika Dong Joo menang lotere, apakah akan membelikannya kain kafan emas yang mereka lihat waktu itu? Dong Joo mengiyakan bila menang. Bahkan tak keberatan menutupi seluruh tubuh Song Kyung dengan emas juga berlian. Dong Joo juga ingin membelikan Dong Min mobil serta merenovasi sekolah seni milik Yu Nab. Dong Joo mengaku sebagai kakak belum bisa memberikan apapun pada mereka dan Song Kyung memuji ketulusan Dong Joo.


Song Kyung bertanya apakah Dong Joo tak punya keinginan sendiri? Dong Joo tersenyum mengiyakan. Dia ingin membeli motor besar dan mengenakan jaket kulit. Dong Joo ingin keliling dunia dari Eropa ke Afrika dengan mengendarai motor. Song Kyung menyanggahnya, bila Dong Joo ingin bepergian dari Eropa ke Afrika maka harus naik pesawat untuk membawa motornya padahal mereka tak diizinkan naik pesawat.


Dong Joo tak mengerti. Song Kyung menambahkan bila menurut dokter, naik pesawat akan meningkatkan tekanan pada otak dan hal itu bisa menyebabkan meninggal makanya mereka dilarang naik pesawat. Dong Joo tak tahu hal itu karena dokter tak pernah mengatakan hal itu padanya. Dong Joo memberi alternatif bila mereka naik kapal saja tapi Song Kyung menyindir mimpi Dong Joo terlalu sederhana. Dong Joo tak marah dan mengaku bila dirinya memang orang yang tak serakah. 


Song Kyung ingin memegang tiket loterenya tapi Dong Joo hanya tersenyum dan berusaha mengalihkan pembicaraan. Dong Joo bertanya bila Song Kyung ingin dikubur di tempat ini maka ingin diletakkan di bawah pohon apa? Song Kyung cemberut sambil menjawab pohon kastanye. Dong Joo tersenyum dan hal itu membuat Song Kyung gusar. Dong Joo merasa bila gadis muda yang belum menikah dan dikubur di bawah pohon kastanye itu agak....


Dong Joo tak berani meneruskannya dan memilih mengatakan tak apa-apa lalu kembali berjalan. Song Kyung agak kesal dan mengejarnya sambil mengatakan bila dia suka bunga kastanye. Dia bersikeras tentang hal itu. Song Kyung mengatakan bahwa dulu dia berpikir saat membeli rumah maka ingin menanam pohon kastanye di halaman, persis seperti di rumah neneknya.


Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba Dong Joo menghentikan mobil di tengah jalan. Dong Joo pura-pura pergi sebentar untuk buang air dan berpesan agar Song Kyung tak mengintipnya lalu dia menjauh. Song Kyung ingin cuek tapi dia tertarik melihat bayangan Dong Joo dari kaca spion. Bukannya buang air tapi Dong Joo mengambil botol kecil dari saku celananya lalu mengambil sebutir pil dan menelannya. Song Kyung kaget tapi pura-pura tak tahu.


Dong Joo berusaha menenangkan diri sebelum masuk ke dalam mobil dan dia kembali menggoda Song Kyung dengan bertanya apakah tadi mengintip. Song Kyung pura-pura kesal sambil menyerahkan beberapa lembar tisu padanya dengan alasan untuk membersihkan tangan. Dong Joo mengeluh bahwa dia diperlakukan tak adil karena selalu saja dirinya yang menyetir. Song Kyung bertanya apakah Dong Joo serius memintanya untuk menyetir mobil dan pria itu mengiyakan. Tapi beberapa saat kemudian Dong Joo menyesali keputusannya karena Song Kyung menyetir ugal-ugalan dan hal itu membuat Dong Joo khawatir. 


Song Kyung mengaku bila dia tak punya SIM. Dong Joo kaget dan bertanya mengapa mau saja disuruh menyetir. Song Kyung berdalih bila semua orang mengatakan bila dirinya gagal dan dia tak suka hal itu. Dong Joo hanya bisa berpegangan pada tali sabuk pengamannya ketika melihat cara mengemudi Song Kyung yang ngebut dan berada di tengah jalan. Sebuah mobil derek di belakang mereka memberi sinyal agar Song Kyung minggir tapi gadis itu tetap cuek.


Pengemudi mobil itu kesal dan memotong jalur lalu berhenti di depan mobil mereka. Pria itu keluar mobil dengan mengeluh sambil berusaha memotret mobilnya yang hampir ditabrak Song Kyung. Nyali Song Kyung langsung ciut dan meminta Dong Joo untuk segera keluar dari mobil untuk menyelesaikan masalah yang dia timbulkan.


Semula Dong Joo ingin marah karena pria itu menuduh sembarangan, dia memaki pria itu sambil seolah ingin mengajaknya berkelahi. Tapi akhirnya malah memberi pria itu uang agar tutup mulut. Pria itu heran dengan sikap Dong Joo yang mendadak berubah tapi dia diam saja toh tak rugi apapun tapi malah dikasih uang dan tiket lotere.


Dalam perjalanan pulang, Song Kyung bertanya mengapa tadi memaki pria itu. Dong Joo heran dan balik bertanya apakah Song Kyung tak pernah memaki orang seumur hidupnya. Dan Dong Joo kian heran saat Song Kyung mengaku tak pernah melakukannya. Song Kyung beralasan bila dia ingin menjadi orang baik sebelum menikah. Dong Joo menyindir bahwa hal itu sudah kuno.


Dong Joo mengeluh bila dirinya ingin memaki sekali lagi agar bisa lega. Tiba-tiba Song Kyung memaki tapi dengan suara pelan. Dong Joo menertawakannya dan memintanya untuk mengatakan dengan suara yang keras. Song Kyung menurut dan dia kembali memaki dengan suara lebih keras dan dia merasa lega setelah melakukannya. Dong Joo mengatakan bila dirinya tak pernah salah memberi saran. Song Kyung kali ini mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil lalu mulai mengeluarkan isi hatinya dengan suara keras.


Dong Joo mengantarkan Song Kyung hingga ke rumahnya. Mereka saling berpamitan dan Dong Joo tampaknya ingin sekali mengatakan sesuatu tapi tak jadi hingga akhirnya Song Kyung berjalan masuk. Baru beberapa langkah tiba-tiba Song Kyung jatuh seolah pingsan. Dong Joo kaget dan langsung berlari menghampirinya.


Dong Joo membantunya berdiri dan bertanya apakah ada yang sakit atau terluka tapi Song Kyung hanya tersenyum tapi kedua tangannya memegang kepala seolah menahan sakit. Song Kyung bertanya dengan nada manja apakah Dong Joo khawatir padanya tapi Dong Joo hanya diam menunduk. Tiba-tiba Song Kyung mencium Dong Joo lalu berjalan pulang, meninggalkan Dong Joo yang shock karena bahagia sekaligus salah tingkah.


Song Kyung curhat pada Jin Joo tentang Dong Joo termasuk saat dirinya tak bisa menahan diri untuk mencium pria itu duluan. Jin Joo ikut senang tapi dia mengatakan bila seharusnya Song Kyung bisa menahan diri dan menunggu, biar Dong Joo yang mencium duluan. 


Sedangkan Dong Joo masih shock, dia duduk melamun di atas kasur. Tiba-tiba dia berteriak keras sambil mengatakan bila seharusnya dia yang mencium duluan. Tindakan Dong Joo membuat Dong Min yang sedang memotong tanaman dan Yu Nab yang sedang senam menjadi kaget. Mereka kompak berlari menuju kamar Dong Joo untuk balas dendam. 


Dong Joo sedang menelepon Song Kyung, mereka asyik ngobrol sambil tersenyum malu. Dong Joo memberanikan diri untuk meminta Song Kyung menjadi pacarnya. Song Kyung pura-pura jual mahal tapi dia tak bisa menyembunyikan senyumnya. Kurasa pada akhirnya Song Kyung menerima cinta Dong Joo.


Kini mereka pergi dengan gembira, Song Kyung bahkan tak segan meniru Dong Joo yaitu bergerak sambil menyanyi. Keduanya tampak bahagia. Tujuan mereka kali ini adalah pergi ke toko kain kafan. Song Kyung senang karena bisa mencoba beberapa contoh baju dan Dong Joo tersenyum setuju sambil memotret ketika Song Kyung mengenakan baju yang berwarna putih. Si pemiliki toko hanya bisa menatap heran melihat tingkah keduanya.


Malamnya Song Kyung menelepon Dong Joo dan mengatakan sesuatu dengan cepat lalu menutup teleponnya. Dong Joo yang sedang tiduran langsung menelepon balik dan melakukan hal yang sama. Keduanya tersenyum senang. Song Kyung mengakui bila dirinya orang yang kadang tak bisa bersikap baik sehingga bila kelak mengatakan bahwa Dong Joo harus pergi maka Dong Joo tak perlu mendengarnya. Dong Joo harus segera kembali setelah beberapa waktu. Dong Joo tertawa dan meyakinkan bila Song Kyung tak salah pilih orang.


Sekarang keduanya menjalani hari dengan lebih ceria. Suatu hari Dong Joo mengajak Song Kyung pergi ke suatu tempat dan Song Kyung senang melihat Dong Joo mulai ketularan dirinya dengan mencari tempat yang unik. Kali ini Dong Joo ingin menunjukkan tempat mesin penjual kopi yang terenak (kurasa enaknya karena bisa menulis pesan sesukannya di layar mesin).


Mereka sedang duduk bersisian sambil menikmati kopi. Song Kyung ingin menyandarkan kepalanya di bahu Dong Joo tapi pria itu tak peka. Dong Joo tiba-tiba berdiri sambil mengajak pulang dengan alasan sudah tengah malam. Song Kyung kesal dan merajuk sambil memberi isyarat bila dirinya tak ingin pulang tapi Dong Joo tetap tak paham sehingga Song Kyung terpaksa menurut untuk diajak pulang.


Saat di dalam mobil, Dong Joo meminta Song Kyung untuk memejamkan mata. Gadis itu menurut karena mengira Dong Joo akan menciumnya tapi setelah beberapa saat menunggu ternyata tak ada yang terjadi. Song Kyung membuka mata dan dia melihat Dong Joo berdiri sambil menatap pantai. Song Kyung terpaksa keluar dari mobil dan menghampirinya.


Dong Joo berbalik sambil menyodorkan kue tart dengan angka 30 lalu menyanyikan lagu cinta untuknya. Setelah Dong Joo selesai menyanyi, Song Kyung bertanya untuk apa semuanya. Dong Joo mengaku bila mereka tak punya banyak waktu sehingga harus bisa memanfaatkan waktu yang ada. Makanya dia ingin merayakan 30 hari kebersamaan mereka. Song Kyung tersenyum senang dan mereka berciuman.


Dong Joo pulang ke rumah ketika hari sudah terang. Dia kaget melihat adiknya yang menangis sambil menatapnya. Dong Joo menyadari bila kini mereka sudah tahu tentang penyakitnya. Dong Min bertanya mengapa Dong Joo tak mau berterus terang sejak awal. Dong Joo mengaku ingin mengatakannya tapi dia tak meneruskan kata-katanya karena Dong Min kembali menangis sambil memeluknya. Dong Joo berusaha menenangkannya sambil mengatakan bila dirinya baik-baik saja. 


Yu Nab tak berani menatap Dong Joo, dia pura-pura membuat jus tapi airmatanya tak bisa disembunyikannya. Dia menghampiri kakak beradik itu sambil menyodorkan jus yang baru dibuatnya untuk Dong Joo. Yu Nab mencoba menyemangati Dong Joo bahwa zaman sekarang tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan yang penting punya uang. Dia bahkan memutuskan akan melelang rumahnya agar bisa menyembuhkan Dong Joo.


Song Kyung muntah-muntah dan dia terlihat lemah tapi burusaha ceria ketika ibunya menelepon. Ibunya curhat karena mendapat mimpi buruk dan Song Kyung berusaha menghiburnya sambil mengatakan bahwa itu hanya mitos. Song Kyung mencoba mengalihkan pembicaraan ibunya dan membahas tentang foto ibunya yang kelihatan cantik.


Paginya Song Kyung kembali bertemu dengan Dong Joo. Song Kyung menunjukkan rencana hari itu yaitu mencari toko lotere tapi Dong Joo menolak, dia ingin mengajak Song Kyung ke kuil untuk berdoa dan mengenalkannya pada kedua orangtuanya. Dong Joo mendadak sedih ketika mengatakan bila dirinya dan Song Kyung akan segera menyusul mereka. Song Kyung mengejar Dong Joo dan mencium pipinya.


Dong Joo akhirnya pergi konsultasi ke dokter dengan ditemani Dong Min dan Yu Nab. Si dokter heran dan mengatakan bila kini penyakit Dong Joo agak mengecil dan bisa segera dioperasi. Mendengar hal itu, Dong Joo tampak tersenyum lega. Begitu pula dengan adik dan iparnya, mereka antusias bila Dong Joo bisa sembuh.


Song Kyung menemani Jin Joo untuk mencoba gaun pengantinnya. Jin Joo menggodanya sambil bertanya tentang perkembangan hubungan Song Kyung dengan Dong Joo. Song Kyung tak menjawab tapi hanya tersenyum penuh arti. Melihat hal itu, Jin Joo kembali menggodanya dan mengatakan bila akhir-akhir ini Song Kyung tampak lebih ceria karena selalu tersenyum. Song Kyung tak percaya dan menatap bayangan dirinya di cermin.


Dong Joo bertemu dengan Song Kyung tapi gadis itu hanya diam ketika Dong Joo bertanya tentang hasil pertemuannya dengan dokter. Dong Joo penasaran tapi Song Kyung hanya menjawab bila dirinya lelah lalu meletakkan kepalanya di bahu Dong Joo sambil memejamkan mata. Dong Joo tak bertanya lagi tapi dia jelas terlihat kecewa karena Song Kyung tak mau jujur. 


Kini mereka sedang melihat-lihat contoh peti mati. Dong Joo tak seantusias Song Kyung saat mencoba peti mati. Dia mengeluh bila ternyata tak nyaman berbaring dalam peti mati. Dong Joo mengajak Song Kyung untuk segera pergi. Song Kyung heran melihat perubahan sikap Dong Joo yang tak seantusias biasanya tapi dia diam saja.


Song Kyung mengintip sebuah salon sambil memberi kode pada seorang wanita yang ada di dalam salon itu. Wanita itu tersenyum sambil berjalan keluar untuk menyambut Song Kyung. Dong Joo hanya bisa mengekor di belakangnya. Jin Joo keluar dari dalam rumah dan ikut menyambut Song Kyung. Rupanya wanita yang sedang melayani tamu salon itu adalah bibinya Jin Joo. Si bibi menyambut mereka dengan ramah sambil bertanya tentang Dong Joo. Song Kyung mengakuinya sebagai teman sambil tersenyum malu.


Jelas keduanya tak percaya apalagi setelah melihat ekspresi Dong Joo yang kelihatan kesal mendengar Song Kyung menyangkal. Dong Joo berinisiatif memperkenalkan diri pada mereka. Jin Joo memuji dan mengatakan bahwa Song Kyung sering bercerita tentang Dong Joo. Dong Joo langsung tersenyum sedangkan Song Kyung malah salah tingkah. Mereka akhirnya menikmati malam minggu sambil nonton acara pengundian lotere.


Dong Joo mengajak Song Kyung ke sebuah tempat peristirahatan yang disebut 'rumah bahagia'. Song Kyung merasa bila apa yang dilihatnya tak cocok disebut sebagai 'rumah bahagia'. Dong Joo mencoba menjelaskan dengan mengatakan bila banyak pasien yang didiagnosa penyakit datang ke tempat ini untuk dirawat dan setelah sembuh, mereka kembali ke rumah. Dong Joo menambahkan bila dia membutuhkan waktu lama untuk bisa menemukan tempat ini.


Tiba-tiba Dong Joo keluar dari mobil untuk menyambut seorang pria. Dong Joo mengaku bila dirinya adalah pria yang menelepon kemarin. Pria itu menyambut mereka dengan ramah sambil mengajak berkeliling. Rupanya pria itu adalah pemilik 'rumah bahagia'. Beliau menceritakan tentang asal usul rumah ini dan banyaknya hal membahagiakan yang terjadi, contohnya seseorang menjadi lebih produktif dan mendapat jodoh. Dong Joo terpesona mendengarnya tapi Song Kyung hanya diam seolah menyembunyikan sesuatu. 


Malamnya, Dong Joo mengantar Song Kyung pulang. Ketika ingin membuka pintu mobil, Song Kyung merasa ada yang tak beres dengan tangannya sehingga dia tak jadi membuka pintu sendiri. Dong Joo tersenyum melihatnya, dia mengira Song Kyung sedang ingin dimanja. Dong Joo mengatakan bila dirinya akan turun agar bisa membukakan pintu untuknya. Song Kyung hanya tersenyum samar sambil memegang dan mengamati tangannya.


Ketika Song Kyung sudah turun dari mobil, Dong Joo mencoba membujuknya agar bersedia mendaftar di 'rumah bahagia'. Song Kyung hanya mengangguk dan Dong Joo langsung tersenyum senang. Dong Joo mengantar Song Kyung hingga di depan kamarnya dan berpesan agar Sung Kyung beristirahat hingga dia datang menjemput. Song Kyung kembali mengangguk. Mereka berpegangan tangan seolah tak ingin lepas.


Tiba-tiba Song Kyung ingin dipeluk dan Dong Joo tanpa ragu memeluknya dengan hangat. Song Kyung balas memeluk Dong Joo dengan erat seolah ingin berbagi beban. Dong Joo melepaskan pelukannya dan meminta Song Kyung agar segera masuk kamar. Dong Joo pamit tapi sempat menoleh ke belakang sambil tersenyum ke arah Song Kyung. Song Kyung memandangi kepergiannya sambil berteriak lirih bahwa dia mencintai Dong Joo.


Ketika hendak masuk kamar, Song Kyung tiba-tiba tak bisa menahan dirinya lalu jatuh terduduk. Dia lemas dan bersandar pada pintu. Song Kyung kembali teringat pada hasil pertemuannya dengan dokter. Bila sel kanker Dong Joo mengecil maka sebaliknya dengan sel kanker milik Song Kyung yang membesar lebih cepat. Dokter mengatakan bila tak ada jalan lain selain Song Kyung mulai mempersiapkan diri dan mentalnya.


Pagi itu Dong Joo sedang berkemas sambil menelepon Song Kyung, dia ingin tahu persiapannya tapi Dong Joo malah dibuat kaget dengan pengakuan Song Kyung yang tak ingin pergi dan minta putus saja. Dong Joo ingin protes tapi Song Kyung sudah menutup teleponnya. Dong Joo mencoba menelepon tapi ponselnya dimatikan. Dong Joo bingung dan melampiaskan kekesalannya pada boneka kesayangannya.


Selama beberapa hari Dong Joo mencoba menghubungi Song Kyung dan bahkan sengaja menunggu di depan apartemennya tapi Song Kyung tak pernah keluar. Song Kyung mengurung diri di kamarnya dan menutup semua kemungkinan komunikasi dengan Dong Joo. Dong Joo jelas kian bingung dengan perubahan sikap Song Kyung yang begitu mendadak. Tapi Dong Joo tak kehilangan akal, dia sengaja datang di upacara pernikahan Jin Joo.


Song Kyung agak kaget tapi pura-pura cuek, berjalan pergi seolah tak melihat Dong Joo. Dong Joo menghampirinya sambil bertanya apakah Song Kyung tak ingin mendaftar di 'rumah bahagia' dan gadis itu mengiyakan. Dong Joo tak patah semangat, dia mengajak Song Kyung ke rumah sakit agar bisa dirawat tapi Song Kyung kembali menolak dengan alasan tak ada gunanya lagi. Song Kyung merasa sudah capek berusaha. Dong Joo mulai kesal dan bertanya usaha apa saja yang sudah Song Kyung lakukan.


Song Kyung tak menjawab, dia mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan sudah membayar uang untuk tempat kremasi. Dong Joo marah dan membentaknya. Song Kyung cuek dan berlalu tapi Dong Joo mengejarnya. Dong Joo mencoba membujuknya agar mau pergi dengannya tapi Song Kyung sudah patah semangat. Gadis itu seolah menyalahkan Dong Joo atas semua yang terjadi.

Dong Joo jelas tak terima disalahkan, dia kembali mengejar Song Kyung yang berlari masuk lift. Dong Joo mengaku bila dia ingin hidup lebih lama untuk Song Kyung. Dia bertanya apakah Song Kyung tak ingin melakukan hal yang sama untuknya? Song Kyung ingin melakukannya tapi dia merasa semua sudah berakhir. 


Kini mereka benar-benar putus. Song Kyung mencoba melakukan semuanya sendiri seperti dulu dan menghabiskan waktu di kamar. Sedangkan Dong Joo fokus menjalani pengobatan di rumah sakit dengan ditemani Dong Min dan Yu Nab. Keduanya memang telah berpisah tapi tak bisa dipungkiri bila keduanya masih saling merindukan.


Dong Joo mendapat kunjungan dari Jin Joo. Jin Joo mengaku bila kini Song Kyung telah pergi meninggalkan apartemen dan mungkin menetap di daerah pedesaan. Menurut Jin Joo, Song Kyung itu sebenarnya lemah tapi pura-pura kuat di depan orang lain. Dong Joo hanya diam, dia tak tahu harus berbuat apa. Dia ingin mencari Song Kyung tapi dirinya masih harus fokus menjalani perawatan. 


Suatu hari, Song Kyung berjalan santai dan dia iseng ingin menelepon Dong Joo di telepon umum. Tapi setelah terdengar nada sambung, dia langsung menutup teleponnya. Malamnya, Dong Joo penasaran melihat nomor asing dan dia mencoba menelepon balik tapi tak ada yang mengangkat.


Song Kyung sedang memijit ibunya tapi si ibu seolah tak bisa memahami putrinya dan menyuruh agar Song Kyung segera kembali. Song Kyung mencoba merajuk tapi si ibu malah berharap agar putrinya bisa segera bertemu dengan pria baik-baik dan menikah. Song Kyung masih ingin bermanja tapi ibunya sudah keburu tidur. Song Kyung tak bisa berbuat banyak selain memeluk ibunya.


Dong Joo siap untuk dioperasi tapi dia terlihat gundah. Yu Nab memintanya untuk beristirahat agar operasinya bisa berjalan lancar. Dong Min mencoba bercanda tapi Dong Joo hanya diam. Mereka akhirnya pamit tapi Dong Joo memanggil keduanya. Mereka berbalik dan melihat Dong Joo mencoba tersenyum sambil berterima kasih.


Malamnya Dong Joo tak bisa tidur, dia kembali memutar videonya saat bersama Song Kyung. Bahkan hingga pagi saat menjelang operasi, dia masih saja nonton video sambil meneteskan airmata. Akhirnya Dong Joo mengambil keputusan untuk mencari Song Kyung. Dia tak perduli dengan teriakan adiknya, Dong Joo hanya ingin segera menemukan Song Kyung.


Dong Joo tiba di desa dan berusaha mencari Song Kyung. Dia akhirnya bisa menemukan Song Kyung di dekat stasiun. Dong Joo berlari menghampirinya dan mengatakan apa yang selama ini dia rasakan. Dong Joo ingin agar Song Kyung tetap optimis dan memanfaatkan waktu yang ada dengan melakukan hal yang menyenangkan. Song Kyung setuju dan mereka saling berpelukan sambil menangis.


Mereka akhirnya menikah di pinggir pantai. Dokter bertindak sebagai pemimpin upacara. Dokter mengatakan dengan tegas bila keduanya hanya punya waktu 3 bulan saja tapi mereka berjanji akan saling menjaga dan merawat. Song Kyung mengucapkan janjinya, dia berterima kasih kepada Dong Joo karena telah mengajarinya untuk tersenyum. Sedangkan Dong Joo mengatakan bila bisa mencintai Song Kyung adalah jackpot baginya. 

Takut adalah momok terbesar bagi sebagian besar manusia.


Dalam film ini Dong Joo merasa kesal karena Song Kyung tak mau menemaninya masuk toko lotere yang letaknya di atas bukit. Dia melampiaskan kekesalannya dengan menendang sebuah kaleng minuman kosong. Dong Joo tak menyadari bila di dalam kaleng itu ada seekor lebah yang sedang asyik tidur siang. Merasa ada yang menganggu tidurnya maka si lebah berusaha membalas dendam. Si lebah memanggil semua temannya dan langsung menyerang Dong Joo begitu pria itu keluar dari toko lotere.


Song Kyung yang sedang asyik menulis ikutan panik ketika mendengar teriakan Dong Joo yang memintanya untuk segera kabur. Keduanya yang sebenarnya sangat kelelahan akibat mencari toko lotere seolah melupakan rasa lelah yang sangat mendera. Mereka seperti mendapat kekuatan ekstra untuk berlari sekencang-kencangnya agar tak disengat lebah. Wkwkwkwk....jujur aku tak henti tertawa ketika melihat scene ini.

Ada berbagai hal yang bisa menyebabkan seseorang menjadi takut terhadap sesuatu. Misalnya takut pada hantu, takut pada seseorang, takut pada benda atau hewan tertentu. Sedangkan reaksi seseorang terhadap rasa takut itu berbeda. Ada yang menjerit histeris, jantung berdetak lebih kencang, berusaha menghindar atau malah menjadi lemas tak bertenaga dan melakukan hal yang tak disadarinya. Misalnya seseorang takut hantu dan ketika tak sengaja melihat atau bertemu dengan hantu (asli atau jadi-jadian alias dikerjain temannya) maka orang itu menjadi ketakutan tapi badannya lemas sehingga tak mampu berlari. Apa yang kemudian terjadi? Mungkin saja orang itu malah pipis di celana saking takutnya. Hehehe...


Dalam film ini baik Dong Joo dan Song Kyung berusaha menghindari sengatan lebah dengan berlari sekencangnya seolah tak perduli dengan nafas yang masih ngos-ngosan dan kaki yang masih terasa pegal. Yang penting lari sejauh mungkin dari kejaran si lebah agar tidak sampai disengat.

Adegan yang membuat agak jengkel.

Aku paling sebal ketika Song Kyung berkonsultasi dengan dokter. Reaksi dokternya sangat menyebalkan! Seolah tak menghargai perasaan si pasien yang pasti sedih saat menyadari bila dirinya divonis menderita kanker dan umurnya tak lama lagi. Mungkin si dokter sudah jenuh atau bosan karena setiap hari harus mengabarkan hal yang sama pada orang yang berbeda. Tapiii...cara ngomongnya tidak harus kejam seperti itu dong?

Saat Song Kyung bertanya apakah efek kemo tak akan membuat rambutnya menjadi rontok. Si dokter dengan santainya mengatakan bila tak semua rambut Song Kyung akan rontok, toh sekarang banyak dijual wig yang bagus sehingga Song Kyung bisa mengenakan wig untuk menutupi rambutnya yang rontok. Hmmm...dokternya benar-benar tidak peka! Setidaknya si dokter bisa menyabarkan diri dan mengatakan hal yang menenangkan hati Song Kyung.

Kalau melihat scene ini, aku jadi ingat cerita tetanggaku. Di sekitar rumahku ada ada dokter praktek yang sangat laris. Banyak orang terutama balita yang cocok bila berobat di sana. Dokter itu adalah seorang wanita setengah baya tapi lumayan judes, artinya cara ngomongnya terlalu "jujur". Nah tetanggaku cerita bahwa dirinya sempat berobat ke dokter itu. Beliau sakit jantung dan ketika berobat, dokter itu malah "memarahi" beliau. Mungkin niatnya sih bukan memarahi tapi menegur atau apalah. Tapi ya itu...kata-katanya terdengar kasar dan menyakitkan telinga. Iya kalau yang "dimarahi" itu tipe orang yang cuek tapi bagaimana bila orang itu termasuk orang yang peka atau mudah terpengaruh? Bukannya berobat agar cepat sembuh tapi malah kian parah.

Bukannya aku mengkritik profesi dokter tapi setidaknya dokter harus menyadari bila profesi yang mereka geluti adalah bidang jasa atau pelayanan pada orang lain. Sehingga selelah atau sebosan apapun dokter menghadapi kasus pasiennya maka si dokter "wajib" melayani para pasiennya dengan lembut serta sabar. 

Tapi kadang susah dan kita tak bisa menyalahkan dokter juga ya? Mungkin si dokter sudah lelah tapi saat melihat pasiennya masih banyak yang antri maka dokter berusaha melayani mereka semua tapi ya itu...si dokter tak bisa melayani pasien dengan maksimal akibat lelah. Yah, sebisa mungkin selagi masih sehat maka kita harus menjaga kondisi tubuh dengan baik agar tidak sakit. Karena bila sakit, makanan seenak apapun pasti terasa pahit atau hambar.  


Sesuatu yang menarik bagi kamu belum tentu menarik bagi orang lain.



Song Kyung menelepon Dong Joo untuk menceritakan rencana yang sudah dibuatnya. Semula Dong Joo menanggapinya dengan ogah-ogahan tapi dia langsung semangat saat Song Kyung mengatakan bila dirinya tahu tempat membeli lotere yang dijamin akan membuat Dong Joo menang. Dong Joo jelas senang karena menganggap Song Kyung mulai mendukung idenya untuk membeli lotere. Dong Joo kembali menceritakan mimpinya bila kelak menang lotere tapi Song Kyung jelas tak tertarik mendengarnya. Buktinya Song Kyung merasa matanya kian berat dan akhirnya malah tertidur saat mendengar cerita Dong Joo. Merasa diabaikan, Dong Joo menjadi kesal karena Song Kyung tak menanggapi ceritanya dan hanya diam. Akhirnya Dong Joo melampiaskan kekesalannya dengan memukul boneka yang ada didekatnya.

Memang sih, hal yang menarik bagi kita belum tentu menarik bagi orang lain, begitu pula sebaliknya. Kadang kita merasa tak enak memotong cerita teman tentang suatu hal, misalnya tentang Drama Korea yang baru saja ditontonnya. Mungkin kita tak terlalu suka Drama Korea karena lebih menyukai Drama Cina tapi tak etis rasanya bila kita mengabaikan ceritanya. Mungkin secara sadar, kita berusaha menanggapi cerita tentang Drama Korea tapi secara tak sadar kadang kita memberi sinyal tak tertarik. Misalnya tak fokus mendengarkan atau mengalihkan pandangan.

Berbeda bila dua orang membahas hal yang sama-sama menarik bagi keduanya misalnya suatu Drama Cina. Keduanya akan antusias membahas jalan ceritanya atau para tokohnya dan saling menimpali (menambahkan) bila ada hal terlupakan. Mereka pasti akan terlibat obrolan yang seru, kedua mata mereka saling memandang dan berbinar saat saling bertukar cerita, sama-sama tertawa bila mengingat adegan yang lucu atau kesal melihat salah satu tokoh drama yang menyebalkan.

Karakter favoritku :

Dalam film ini aku memilih adik iparnya Dong Joo yang bernama Yu Nab sebagai karakter favorit. Mengapa? Kan Yu Nab ini bawel dan sangat cerewet pada Dong Joo? Aku sendiri awalnya kesal melihatnya Yu Nab. Dia selalu mengeluh tentang Dong Joo yang terbiasa hidup santai dan tak kunjung menikah (maunya hidup nyaman dengan menumpang terus). Tiada hari tanpa mengomel sayangnya Dong Joo termasuk pria cuek dan betah diomelin. Hal ini membuat Yu Nab kian emosi pada kakak iparnya itu.

Hmmm, aku ga bisa menyalahkan Yu Nab juga sih. Mungkin kalau aku ada di posisinya juga akan ngomel mulu. Habis kesal juga melihat Dong Joo yang gemar membeli tiket lotere dengan alasan ingin mendapatkan jackpot tapi selalu gagal. Ini sama saja dengan pemborosan kan? Tapi pemikiran perempuan dan pria tentang hal ini memang berbeda. Yu Nab, sama seperti perempuan pada umumnya pasti lebih suka menabung daripada membelanjakan uangnya untuk membeli lotere toh tak pernah menang. Tapi Dong Joo punya pemikiran berbeda, baginya membeli lotere sama saja dengan menabung keberuntungan tapi sayangnya dia tak pernah beruntung, yang ada justru buntung karena selalu merepotkan adik dan iparnya terus.

Mungkin sikap Yu Nab itu memang menyebalkan tapi itulah perempuan, sudah dari sononya bawel. Kadang sikap bawelnya itu bukan bermaksud untuk mencela atau menyakiti tapi lebih pada bentuk perhatian dan kasih sayang. Kalau Dong Joo tak bersikap santai dan semaunya sendiri pasti Yu Nab tak akan mengomel terus.

Sikap Yu Nab yang keras itu akhirnya melunak ketika menyadari bila Dong Joo sakit kanker. Dia tak kuasa menahan tangis melihat suaminya memeluk Dong Joo. Yu Nab bahkan tak segan menjual rumahnya agar mendapat uang sebagai biaya operasi Dong Joo. Baginya arti keluarga jauh lebih penting daripada harta. Hal inilah yang membuatku terharu, sekesal-kesalnya Yu Nab pada Dong Joo tapi hatinya luluh juga melihat kakak iparnya berjuang sendirian melawan penyakitnya. 

Hikmah yang bisa diambil dari film ini :

Apapun yang kita hadapi, entah itu masalah atau penyakit maka sebaiknya didiskusikan dengan orang lain entah teman atau kerabat. Bukannya untuk mengumbar atau menceritakan sesuatu yang tak menyenangkan tapi hal itu justru bisa dijadikan sebagai sarana mengurangi beban pikiran. Artinya, bila menghadapi sesuatu yang tak bisa diatasi sendiri maka cara yang mudah dan murah untuk menguranginya adalah dengan menceritakannya pada orang lain (yang bisa dipercaya). Setidaknya akan muncul perasaan lega setelah menceritakan pada orang lain, syukur-syukur bila orang itu mampu memberi solusi yang bagus.

Dalam film ini, ada 2 tipe orang yang memiliki pemikiran berbeda tentang suatu hal. Dong Joo dan Song Kyung sama-sama divonis menderita kanker stadium akhir. Dong Joo tipe pria yang santai dan cuek, ketika mendengar vonis itu Dong Joo bertingkah seperti anak kecil. Dia tanpa sungkan bergulingan di lantai seolah ingin protes mengapa dirinya mendapat cobaan seberat itu. Dong Joo mencoba memberi isyarat pada keluarganya, misalnya tiba-tiba menjadi sensitif dan marah ketika diomelin oleh Yu Nab. Padahal biasanya selalu cuek saat diomelin. Dong Min dan Yu Nab sadar bila sikap Dong Joo mulai berubah tapi Dong Joo enggan bercerita karena tak ingin menjadi beban pikiran mereka. Dong Joo merasa bila dirinya sudah banyak memberi mereka masalah sehingga memendam sendiri kegalauannya.

Sikap Dong Joo yang semula uring-uringan mulai berubah ketika mengenal Song Kyung. Dong Joo mulai belajar menerima nasibnya tapi enggan menyerah begitu saja, buktinya Dong Joo rajin mengkonsumsi obatnya walaupun secara sembunyi-sembunyi. Misalnya ketika sedang pergi bersama Song Kyung, Dong Joo pura-pura pamit karena ingin buang air kecil tapi nyatanya malah minum obat. Dong Joo juga lebih ceria, banyak tersenyum dan kadang melakukan pekerjaan yang jarang dilakukan sebelumnya. Misalnya membersihkan ruangan sekolah seni sebelum pamit untuk cuti pada Dong Min dan Yu Nab.

Bagi Dong Joo, bertemu Song Kyung adalah sebuah anugerah sehingga dirinya berusaha untuk hidup lebih lama agar bisa bersama Song Kyung lebih lama lagi. Dong Joo juga belajar untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Dia ingin menciptakan kenangan indah selagi masih ada kesempatan. Makanya Dong Joo berinisiatif merayakan 100 hari kebersamaan mereka dengan memberi Song Kyung kue tart dan menyanyikan lagu cinta.

Berbeda dengan Dong Joo yang memiliki keluarga yang bawel (Yu Nab, si adik ipar) maka Song Kyung hanya memiliki seorang ibu yang lumayan cuek pada putrinya sehingga terkesan Song Kyung yang 'mengemis' perhatian dari ibunya. Buktinya ketika Song Kyung sengaja bersembunyi dari Dong Joo maka si ibu malah dengan nada halus 'mengusir' putrinya agar segera kembali ke kota dengan alasan Song Kyung pasti sibuk. Saat Song Kyung ingin bermanja, si ibu malah mengeluh melihat putrinya yang masih jomblo dan menyarankan agar putrinya segera menemukan pria baik-baik lalu menikah. Kesannya si ibu ini 'tak suka' dengan putrinya sendiri.

Mungkin sikap si ibu inilah yang membuat Song Kyung kecil merasa bila ibunya tak suka bila dirinya bergantung pada ibunya. Makanya Song Kyung belajar untuk mengatur hidupnya sendiri agar tak menyusahkan ibunya. Song Kyung membuat rencana tentang apa yang akan atau ingin dilakukannya agar tak salah langkah. Kebiasaan ini memang baik, dalam arti selalu mempersiapkan segalanya dengan matang tapi Song Kyung menjadi pribadi yang tertutup, penyendiri dan murung (tak ceria karena terlalu sibuk membuat rencana matang untuk hidupnya dengan alasan tak ingin merepotkan orang lain).

Ketika mendengar vonis dari dokter maka Song Kyung otomatis menjadi stress dan galau tapi itu hanya sebentar. Song Kyung langsung bangkit dan mulai merencanakan segala keperluan untuk pemakamannya sendiri. Perubahan sikap Song Kyung ini membuat si dokter agak kaget, semula Song Kyung masih meributkan tentang rambutnya yang mungkin akan rontok tapi beberapa saat kemudian Song Kyung sudah mengeluarkan buku catatannya dan ingin merencanakan semuanya dengan detail.

Sikap Song Kyung sedikit berubah ketika bertemu Dong Joo. Awalnya Song Kyung menebak bila Dong Joo sengaja mengejar dan mendekatinya tapi Dong Joo malah menyindir Song Kyung yang terlalu percaya diri. Mereka akhirnya mulai dekat dan saling mempengaruhi. Dong Joo belajar disiplin dan mengatur waktu dengan baik sedangkan Song Kyung belajar tersenyum dan menikmati hidup dengan lebih santai.

Keduanya memang tampak bahagia tapi Song Kyung tak tulus menjalaninya. Mengapa? Bila dilihat, Dong Joo sangat bersyukur bisa bertemu dan berpacaran dengan Song Kyung. Buktinya Dong Joo bertekad untuk menikmati waktu yang ada dengan melakukan hal yang berguna dan yang terpenting berusaha minum obat secara rutin dengan harapan bisa hidup lebih lama lagi. Sedangkan Song Kyung entah dia rajin minum obat atau tidak tapi dia sering muntah dan hampir pingsan. Bila Dong Joo kian hari kian bugar dan ceria maka Song Kyung kian pucat dan kusut.

Saat pemeriksaan lanjutan, ternyata sel kanker Dong Joo mulai mengecil sehingga bisa dioperasi sedangkan sel kanker Song Kyung malah kian membesar sehingga harapan hidupnya kian menipis. Song Kyung merasa usahanya sia-sia, dia berharap bila bersikap seperti Dong Joo maka dirinya akan sembuh tapi nyatanya tidak. Hal itu membuatnya marah dan menyalahkan Dong Joo. Itulah yang aku maksud bila Song Kyung tak menjalani kisah cintanya dengan tulus, dia memang mencintai Dong Joo tapi harapan terbesarnya bukan cinta Dong Joo tapi kesembuhannya sendiri (kesannya egois).

Memang egois sih karena Song Kyung terbiasa sendiri dan mandiri. Demi menyembuhkan penyakitnya maka Song Kyung mencoba bergantung pada Dong Joo, misalnya belajar hidup santai, selalu tersenyum. Ketika usahanya gagal, Song Kyung meyalahkan orang lain yaitu Dong Joo. Apakah Dong Joo salah? Jelas tidak, buktinya sel kanker Dong Joo bisa mengecil. Lalu apa masalahnya? Mungkin karena Song Kyung punya rasa pamrih makanya penyakitnya kian membesar.

Kesimpulannya bila menghadapi apapun yang terasa berat untuk ditanggung sendiri maka ceritakanlah pada seseorang yang dipercaya. Yakinlah bila setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Mungkin kita yang mengalami masalah tak tahu bagaimana jalan keluarnya dan dengan bercerita mungkin orang lain yang akan menunjukkan jalan keluarnya.

Bila menghadapi cobaan maka yakinlah pada diri sendiri dan berpikir positif. Berpikir positif akan membuat jiwa tenang dan tanpa terasa wajah serta tubuh menjadi relaks. Hal itu akan membuat pikiran yang semula terasa buntu akan menjadi lapang. Jangan lupa untuk tersenyum karena senyum itu salah satu bentuk berpikir positif.

Sedikit kritikan :

Mendidik anak menjadi mandiri memang baik tapi bersikap 'cuek' pada anak juga tak sehat. Jujur aku agak kesal melihat sikap ibunya Song Kyung.  Mungkin maksud ibunya Song Kyung memang baik tapi kesannya acuh pada putrinya sendiri seolah tak butuh kehadiran Song kyung.

Seorang anak walaupun sudah besar dan dewasa bahkan bila sudah menikah sekalipun maka statusnya masih tetap sebagai anak bagi orangtuanya. Sudah sewajarnya bila anak masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang orangtuanya.

Sedangkan Song Kyung tak mendapatkannya. Ibunya memang membesarkannya tapi tanpa kasih sayang dan perhatian. Hal itu membuat Song Kyung merasa bila dirinya harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satu caranya adalah dengan merencanakan semuanya secara detail agar tak ada hal yang terlupakan sehingga merepotkan orang lain.  Song Kyung tumbuh menjadi wanita yang egois dan seolah tak butuh orang lain karena dia bisa melakukan apapun sendirian.

Cara hidup seperti itu memang bagus tapi jeleknya adalah Song Kyung menjalani hidupnya secara membosankan (seperti yang dikatakan Dong Joo). Song Kyung lupa cara tersenyum dengan tulus karena yang ada dipikirannya hanyalah berbagai rencana tentang apapun agar tak menyia-nyiakan waktu. Menjalani hidup seperti robot karena semua sudah direncanakan dan diatur.

Kekurangan lain tentang cara hidup seperti Song Kyung adalah bila dihadapkan pada sesuatu yang tak sesuai atau tak ada dalam jadwalnya maka Song Kyung akan kebingungan dan stress.

Jadi, merencanakan hidup yang diinginkan memang perlu dan harus dilakukan agar hidup tidak kacau tapi 'menikmati' hidup juga wajib hukumnya sehingga bisa memaknai kehidupan dengan lebih berwarna. Hidup memang harus dijalani tapi juga harus dinikmati. Misalnya setiap orang wajib untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup tapi menyisihkan waktu untuk bersantai juga harus dilakukan. Tak perlu biaya mahal bila memang ingin bersantai, bisa dengan membaca novel favorit, nonton film atau drama romantis. Atau mungkin menata ulang kamar agar lebih nyaman.

Komentarku :

Film ini memang tak terlalu populer tapi aku tertarik mengulasnya karena temanya tak biasa yaitu reaksi seseorang bila tiba-tiba divonis menderita kanker stadium akhir dan hanya punya harapan hidup yang singkat.

Orang seperti Dong Joo atau Song Kyung memang ada di dunia nyata. Yang satu bersifat santai tapi ceria sedangkan yang lainnya selalu serius dan bertingkah seperti robot karena menjalani hari sesuai dengan rencana.

Kedua tipe ini tak bisa atau susah untuk menjalani hidup secara terpisah karena kedua tipe itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi bila ada pria dengan tipe seperti Dong Joo maka jodoh yang mungkin cocok adalah wanita dengan tipe seperti Song Kyung. Mengapa? Keduanya bisa saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing.

Seperti dalam film ini, Dong Joo belajar cara hidup lebih teratur dan tidak boros sedangkan Song Kyung belajar tersenyum dan menikmati hidup agar hidupnya tak membosankan.

Bagiku, film ini cukup menginspirasi karena tidak melulu bercerita tentang kisah cinta yang romantis tapi juga tentang bagaimana seseorang menjalani hidup, bagaimana cara seseorang mengatasi masalah yang muncul, dll.

Oh ya, aku sangat terkesan dengan karakter Yu Nab. Dari luar tampak kejam dan bawel tapi sebenarnya memiliki hati yang lembut layaknya seorang ibu pada anaknya. Yu Nab bahkan tak ragu melelang rumahnya demi kesembuhan kakak iparnya. Yah, kadang orang yang super bawel itu justru malah super perhatian. Cuman, harus punya kuping yang tebal agar kebal mendengar omelan si bawel. Dan orang yang paling bawel di setiap rumah pastilah ibu, iya kan??? Hehehehe...














Review Film Menarik Lainnya

0 comments:

Post a Comment