Sunday, April 28, 2019

Penelope ~Film British-Amerika~

Penelope adalah film tahun 2006, produksi British-Amerika bergenre fantasi komedi romantis. Film ini menceritakan tentang Penelope, gadis keturunan bangsawan tapi karena kesalahan nenek moyangnya, dia dikutuk menjadi gadis buruk rupa yang memiliki telinga dan hidung seperti babi. 

Tak ada satupun pria yang mau mendekati atau menikahinya karena wajahnya yang buruk rupa. Akhirnya Penelope bertemu dengan Max, pria yang meminta nya agar tak mengurung diri dan berani melihat dunia luar. Sayangnya Max bukan pria keturunan bangsawan yang kaya hingga menolak menikahi Penelope. Akankah Penelope bisa menghapuskan kutukannya dan meyakinkan Max bahwa mereka memang berjodoh? 


Para pemain :

Christina Ricci sebagai Penelope Wilhern
Andi Marie-Townsend sebagai Penelope Wilhern kecil
James McAvoy sebagai Johnny Martin / "Max Campion"
Nick Frost sebagai Max Campion yang sebenarnya
Catherine O'Hara sebagai Jessica Wilhern
Richard E. Grant sebagai Franklin Wilhern
Ronni Ancona sebagai Wanda
Peter Dinklage sebagai Lemon
Simon Woods sebagai Edward Humphrey Vanderman III
Nigel Havers sebagai Edward Vanderman II
Reese Witherspoon sebagai Annie
Burn Gorman sebagai Larry
Russell Brand sebagai Sam
John Voce sebagai polisi
Lenny Henry sebagai Krull
Richard Leaf sebagai Jack, Bartender
Michael Feast sebagai Jake, penyihir

Sinopsis lengkap :

Kedua orang tua Penelope lahir dengan kehidupan yang baik. Warisan, berdarah biru dan lingkungan yang menyenangkan. Setelah diangkat menjadi raja dan ratu dengan segala kekuasaannya maka mereka terbiasa dengan sorotan media. Bahkan saat ibunya akan melahirkan dirinya, banyak media yang menunggu di rumah sakit agar bisa mengetahui kabar terbaru tentang anak yang akan dilahirnya oleh ratu mereka.

Tapi legenda setempat menceritakan bahwa ada kutukan yang menimpa keluarga Wilhern. Salah satu kakek buyut Penelope yang bernama Ralph melakukan perbuatan tak senonoh dengan pelayan yang bernama Clara hingga membuatnya hamil. Keluarga Ralph tak mau bertanggungjawab dan Ralph menikah dengan wanita yang sederajat dengannya. 

Clara yang patah hati akhirnya memilih bunuh diri. Ibunya Clara yang seorang penyihir marah dan mengutuk keluarga Wilhern. Kelak anak perempuan yang lahir dari keluarga Wilhern akan memiliki wajah seperti babi tapi kutukan itu hanya berlaku untuk satu anak perempuan saja dan setelah itu kutukannya akan menghilang.

Waktu terus berlalu dan selama beberapa generasi keluarga Wilhern selalu beruntung karena memiliki keturunan laki-laki. Sampai akhirnya lahirlah anak perempuan dari pasangan Ella dan Leonard Hugh Wilhern. Kekhawatiran selama seabad itu ternyata tak terbukti. Anak Ella terlahir normal, itu karena Ella telah berselingkuh dengan keturunan Jones makanya anaknya normal karena bukan keturunan Wilhern.

Itu artinya bahwa anak perempuan pertama dari keturunan Wilhern adalah dirinya, Penelope. Ibunya sangat histeris ketika dokter memperlihatkan bayi mungil yang sehat tapi memiliki telinga dan hidung seperti babi.

Hari berganti dengan cepat dan kini Penelope telah tumbuh menjadi gadis yang cantik kecuali telinga dan hidungnya yang masih seperti babi. Ibunya berusaha keras mencari jodoh yang tepat bagi dirinya agar bisa menerima dan mencintai Penelope apa adanya sehingga kutukannya bisa sirna. Sayangnya usaha itu sangat sulit, para pria selalu histeris dan kabur setelah mengetahui wajah Penelope yang sebenarnya. Seperti yang terjadi hari itu. Semula si pria yang bernama Edward merayu Penelope dengan kata-kata puitis. 

Wanda, Jake dan ibunya Penelope memantau tingkah Edward dari ruangan terpisah melalui layar tv. Wanda yakin bila Edward mungkin pria yang cocok untuk Penelope tapi mereka harus kecewa karena Edward langsung shock setelah melihat wajah Penelope. Edward lari terbirit-birit seolah sudah melihat monster. Jake berlari mengejarnya tapi pria muda itu lebih kesit dan berhasil kabur.

Ibu tak suka bila Penelope menunjukkan wajahnya pada pertemuan pertamanya, ibu ingin Penelope menunggu waktu yang tepat seperti saat dulu dirinya bersama ayah Penelope. Ibu butuh waktu lama untuk menunjukkan tahi lalatnya pada ayah. Penelope beralasan dia tak melakukan hal yang salah karena dia hanya menunjukkan wajah aslinya.

Ibu menangis memikirkan kutukan yang menimpa putrinya. Penelope tak tega dan menghampiri ibunya. Ibu mencoba menghiburnya dengan mengatakan bahwa sebenarnya pria itu menyukai Penelope tapi Penelope menyangkal. Ibu bersikeras bahwa yang tak disukai pria itu hanyalah telinga dan hidung babinya saja. Ibu sedih dan menyalahkan hidung babi warisan buyutnya. Penelope menenangkan ibunya dengan cara memeluknya.

Penelope ingat bahwa sejak kecil selalu diingatkan bahwa dirinya hanya korban kutukan. Pada awal kelahirannya, barulah ketahuan kalau Bibi Ella telah berselingkuh tapi tak ada yang lebih menderita selain ibunya. Ibunya masih shock setelah mengetahui bahwa putrinyalah yang mendapat kutukan itu.

Ayah mencoba menghibur ibunya tapi ibunya masih sedih. Saat dokter masuk, mereka bertanya tentang kemungkinan operasi untuk menghilangkan telinga dan hidung babi itu tapi dokter tak bisa melakukannya. Ibu tak mengerti dengan penjelasan dokter dan minta bantuan suaminya. Ayah mengatakan kalau mustahil mengoperasi Penelope karena putrinya akan meninggal. Ibu kian stress, marah dan sedih.

Ibu berusaha melakukan apapun demi melindungi si bayi Penelope termasuk dari kejaran wartawan yang bernama Lemon. Lemon sengaja bersembunyi di dapur untuk mendapatkan foto si bayi Penelope. Ibu langsung kalap dan memukuli Lemon karena telah berani masuk ke dalam rumahnya. Akibat pukulan ibu, Lemon harus rela kehilangan sebelah matanya.

Akhirnya ibu melakukan apa yang dianggap cara yang paling aman yaitu memalsukan kematian Penelope agar wartawan dan masyarakat tak lagi penasaran tentang Penelope. Ibu berhasil mengelabuhi masyarakat dan menyembunyikan Penelope agar tak ada yang tahu tentang kondisi Penelope yang sebenarnya. 

Masalah lain yang harus dihadapi ibu adalah mengubah menu sarapan ayah agar tak menyinggung perasaan si balita Penelope. Sebenarnya ayah sangat suka sarapan dengan babi asap tapi ibu menggantinya dengan sereal. Ayah protes tapi ibu beralasan bahwa itu demi kesehatan ayah. Masalah lainnya adalah ketidakpekaan pembantu mereka yang bernama Jake. Jake selalu bercanda dengan Penelope dengan mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan babi. Ibu kesal dan mengambil Penelope dari tangan Jake.

Ibu bahkan melindungi Penelope dari dirinya sendiri. Penelope kecil sangat penasaran dan berniat bermain di halaman. Ada beberapa anak kecil yang bermain di luar pagar rumah, mereka penasaran melihat Penelope tapi ibu yang berlari dengan gesit berhasil meraih Penelope kecil dan membawanya masuk rumah.

Sejak saat itu Penelope seakan "dikurung" di dalam rumah. Penelope kecil menghabiskan waktu dengan bermain sendiri di kamarnya yang penuh dengan berbagai macam mainan, belajar menciptakan teman-teman khayalan dan berusaha menghibur dirinya sendiri. Sementara ibunya menghabiskan waktu untuk mempersiapkan dirinya agar menjadi pengantin yang layak bagi pria yang akan mengakhiri kutukan itu.

Saat Penelope berusia 18 tahun, ibu menyewa Wanda yang memiliki agen perjodohan agar membantu mencarikan jodoh dari keturunan yang baik dan berdarah biru. Dengan harapan bisa menemukan satu yang cocok untuk Penelope, yang akan mengakhiri kutukan dengan menerima Penelope apa adanya. 

Tapi yang terjadi adalah setiap pria yang datang pasti akan kabur melalui jendela setelah melihat Penelope. Mereka yang kabur akan dibawa masuk kembali oleh Jake ke dalam rumah dan harus menandatangani perjanjian rahasia. Hal itu terus terjadi hingga akhirnya ibu mengetahui apa yang harus dilakukan, yaitu mengganti kaca jendela dengan kaca anti pecah dan memberi Jake sepatu kets agar mudah mengejar pria yang kabur.

Keberuntungan tak selalu berpihak keluarga Wilhern. Edward (seperti yang diceritakan di awal) berhasil kabur dan Jake tak mampu mengejarnya. Jake melapor pada ibu dan ibu menjadi kesal. Sejak awal ibu ingin setiap pria yang datang harus menandatangani perjanjian rahasia sebelum bertemu Penelope bukannya setelah bertemu. Wanda memastikan mereka akan menemukan pria itu.

Edward berhasil kabur dan pergi ke kantor polisi. Dia melaporkan kejadian yang menimpanya tapi tak ada seorangpun yang percaya. Polisi malah memenjarakan Edward semalaman dengan tuduhan menyebarkan berita bohong. Edward tak terima dan berteriak. Seorang wartawan yang bernama Larry muncul dan bertanya pada polisi apakah itu Edward dan polisi mengiyakan. 

Sementara itu di seberang rumah Edward, ibu Penelope kesal karena Edward tak kunjung pulang dari kantor polisi padahal sudah malam. Akhirnya ibu dan Wanda yang capek menunggu malah tertidur. Paginya, Edward pulang dengan langkah gontai dan dia kesal karena tukang koran tak sengaja melemparinya dengan koran. Edward ingin marah tapi dia kian marah setelah membaca isi koran yang membahas tentang dirinya.

Ibu terbangun saat mendengar Edward marah-marah sambil memegang koran. Ibu segera pulang dan membangunkan Penelope. Ibu ingin mereka segera pindah. Ibu memanggil suaminya sambil menunjukkan berita di koran. Sementara itu Edward pergi ke kantor penerbit dan berniat mencari Larry. Larry tak ingin bertemu Edward dan memanggil satpam.

Ayah membaca berita di koran dan merasa prihatin pada Edward. Ibu kesal karena suaminya tak peka sama sekali. Ibu tak memikirkan tentang Edward, ibu justru pusing karena Edward mengatakan kalau dirinya sempat melihat gadis berwajah babi. Ayah tetap tak mengerti padahal ibu sedang membahas Penelope. Penelope hanya melirik kedua orangtuanya yang terus meributkan dirinya.

Edward protes dengan artikel yang ditulis Larry tentang dirinya. Edward merasa artikel itu sangat merugikan dirinya tapi Larry tak perduli. Edward kesal dan tidak terima bila dirinya dianggap berhalusinasi. Dia ingin agar Larry membuat berita tentang pencabutan artikel itu. Larry tak gentar dengan ancaman Edward. Dia memanggil satpam agar membawa Edward keluar dari kantornya.

Ibu mengeluh bahwa setelah hidup tenang selama 25 tahun kini wartawan akan datang lagi dan mengincar Penelope. Ibu berkemas dan terus mengeluh tapi ayah tetap tenang. Penelope mengusulkan agar mereka pindah ke pantai, ayah setuju. Ayah tak keberatan bila Penelope ingin pindah ke Perancis karena Penelope bisa melatih kemampauannya berbahasa Perancis.

Ibu yang sedang membawa setumpuk baju langsung terdiam sambil membayangkan Penelope yang sedang berjalan santai sambil menyapa para turis yang sedang makan. Mereka langsung berteriak histeris dan kabur setelah melihat Penelope. Ibu tak berani membayangkan hal itu bila menjadi kenyataan. Ibu membuang semua bajunya dan menyerah, dia tak berniat pindah lagi. Ibu pergi sambil memanggil Wanda.

Edward dibawa paksa oleh satpam, dia tak terima dan terus mengomel. Edward mencoba meyakinkan bahwa apa yang dilihatnya memang benar adanya, bahwa ada gadis berwajah babi di kediaman keluarga Wilhern. Teriakan Edward tak sengaja didengar oleh Lemon. Lemon tertarik mendengar teriakan Edward tentang gadis berwajah babi di rumah keluarga Wilhern. Edward mengeluh karena tak ada yang mau mendengarkannya. Lemon menghentikan Victor, satpam yang membawa Edward dan mengatakan bahwa dia percaya pada Edward. Edward terharu karena pada akhirnya ada yang mempercayainya. 

Ibu dan Wanda bekerja keras mengumpulkan data para pria kaya dan berdarah biru yang cocok untuk Penelope. Wanda memastikan ada 12 kandidat yang layak. Penelope muncul dan merasa keberatan karena ibunya ingin maskawin yang ganda. Menurutnya hal itu tak perlu karena dia yakin para pria akan langsung kabur setelah melihatnya. Ibu tak perduli dan tetap berdiskusi dengan Wanda.

Penelope akan masuk kamarnya dan dia menatap wajahnya di cermin. Dia mencoba menutupi hidungnya dan ibu tak sengaja melihatnya. Penelope mengulangi apa yang selalu dikatakan ibunya bahwa ini bukan wajahnya tapi wajah kakek buyutnya. Ibu tersenyum dan meminta Penelope untuk tak pernah melupakannya agar Penelope tak sedih dan menyalahkan dirinya sendiri. Penelope hanya menghela nafas dan masuk kamarnya.

Di sebuah mobil van di tepi danau, Edward dan Lemon berdiskusi tentang Penelope. Lemon kesal sambil menunjukkan sebelah matanya yang kini buta karena cerita itu. Pria itu masih trauma dengan ibunya Penelope yang memukulinya dengan kalap saat ketahuan akan memotret putrinya. Edward bersyukur karena ada yang mempercayai ceritanya. Lemon mengeluh bahwa kepercayaan saja tak cukup, mereka butuh seseorang yang bisa membantu "membersihkan" nama mereka.

Lemon bertanya apakah Edward mau kembali ke rumah itu? Edward galau tapi dia langsung ketakutan ketika membayangkan Penelope muncul dengan wajah yang mengerikan di samping jendela tempat duduk Lemon sambil memperlihatkan deretan giginya yang tajam. Lemon tak mengerti mengapa Edward tiba-tiba ketakutan, dia menoleh ke arah luar jendela tapi tak ada apa-apa. Edward menolak dengan tegas ketika Lemon merayunya agar kembali dan mengambil satu foto saja sebagai bukti.

Lemon tak memaksa dan mengusulkan agar mencari seseorang yang bisa membantu mereka. Lemon meminta Edward mencari seseorang dari agen yang mengirimnya. Edward mengatakan bahwa mereka hanya melihat dari warisan, darah biru dan hal yang berhubungan dengan kutukan itu. Edward memastikan bahwa mereka tak bisa mencari orang yang seperti itu karena mereka tak butuh uang. Lemon balik meralat, kecuali pria berdarah biru itu miskin.

Lemon pergi ke tempat perjudian, dia bertanya pada penjaga tentang seorang pria bernama Maxwell Campion. Pria tua itu menunjukkan seorang pria yang duduk di meja no 5. Lemon hanya melihat pria kurus berambut shaggy di meja no 5. Pria yang bernama Max itu sepertinya kalah berjudi dan berniat pergi. Lemon menunggu di pintu keluar dan memanggilnya saat Max ingin keluar. Max merasa tak mengenal Lemon tapi dia langsung tertarik saat Lemon menawarkan uang padanya.

Wanda sedang sibuk memberi pengarahan pada para kandidat agar menandatangai surat perjanjian sebelum masuk. Seorang pria sangat penasaran dengan wajah Penelope dan ibu memberi aba-aba agar mereka segera naik dan masuk ke perpustakaan. Sementara itu tak jauh dari rumah keluarga Wilhern, Edward dan Lemon gelisah menunggu kedatangan Max.

Edward senang melihat Max dan Lemon langsung memberinya jaket yang sudah berisi peralatan kamera tersembunyi. Max hanya perlu mengangkat tangannya untuk memotret. Max langsung mengangkat tangannya dan Lemon menyindirnya bahwa hal itu bisa dilakukan nanti bukan di sini. Max minta maaf dan langsung pergi ke rumah keluarga Wilhern.

Max masuk dan dia melihat Wanda yang sibuk dengan catatannya, Wanda kaget dan menjatuhkan catatannya. Max membantu sambil memperkenalkan diri tapi dia langsung mengumpat saat mengangkat tangan kanannya. Wanda mengira Max mengumpat padanya tapi Max hanya tersenyum cuek sambil menyerahkan catatan milik Wanda dengan tangan kirinya.

Max masuk ke perpustakaan yang sudah dipenuhi oleh kandidat lainnya. Mereka terkejut karena Max menutup pintu dengan agak keras tapi mereka langsung cuek melihat penampilan Max yang sederhana. Max tampaknya kesulitan mengenakan jaket yang diberikan oleh si wartawan. Max bersembunyi di balik sofa dan berusaha merapikan peralatan kamera itu agar lebih nyaman digunakan.

Ibu menemui Penelope, ibu sudah melakukan apa yang diminta oleh putrinya. Penelope ingin semua kandidat berkumpul dalam satu ruangan yaitu perpustakaan. Penelope ingin memastikan apakah semuanya sudah masuk dan ibu mengiyakan. Ibu penasaran mengapa Penelope tak bicara dengan mereka satu per satu? Penelope meyakinkan bahwa ini cara yang paling cepat untuk melihat siapa yang tidak suka.

Ibu pergi untuk memantau dari ruangan lain dan Penelope langsung masuk ke perpustakaan untuk memperkenalkan diri. Para pria itu kaget dan langsung berebut untuk keluar, mereka lari terbirit-birit. Terdengar suara ibu yang berteriak memanggil Jake. Edward dan Lemon yang memantau dari dalam van kebingungan karena tak melihat Max yang ikut keluar bersama para kandidat. Mereka tak tahu Max bersembuyi dimana. 

Max yang merasa jaketnya sudah lebih nyaman berdiri dan keheranan karena kini ruangan itu telah sepi. Sedangkan Penelope yang merasa tugasnya sudah selesai langsung pergi ke dapur untuk mengambil snack dan minuman. Ibu muncul dan memarahi putrinya tapi Penelope berdalih bahwa itu cara yang lebih cepat. Ibu membuang snack itu dan Penelope menjadi marah, dia ingin minta uang dan pergi membeli makanan kesukaannya. Penelope mencoba mengambil tas ibunya tapi ibu berusaha menghalangi.

Ibu dan anak itu bertengkar sambil berebut tas. Ibu mengalah dan berniat menyuruh Jake tapi Penelope ingin pergi membelinya sendiri. Wanda muncul dan minta dibelikan rokok. Pertengkaran mereka terhenti dan ibu mencoba membujuk dengan mengatakan hanya tersisa satu pria saja. Penelope meyakinkan bahwa pria itu pasti akan kabur juga. Penelope sudah lelah mencoba dan selama 7 tahun dia selalu mendapat penolakan, dia ingin ibunya bisa mengerti dirinya.

Ibu minta maaf tapi mereka tak bisa berhenti mencoba. Penelope menjelaskan bahwa bukan seberapa besar dia harus percaya tapi dia tak yakin pria itu tak akan kabur. Penelope tak kuasa menahan rasa penasarannya ketika melihat di layar tv, dia melihat Max duduk santai di paviliyun. Ibu dan Wanda juga tertarik melihatnya, keduanya tampak antusias karena Max tak kabur. Penelope penasaran tapi ibu tak perduli siapa dan ibu meminta Penelope segera pergi melihat Max.

Penelope ingin membantah tapi kali ini baik ibu dan Wanda langsung berteriak meminta Penelope untuk pergi. Penelope terpaksa menuruti keinginan mereka karena dia sendiri juga sangat penasaran. Penelope kembali ke kamarnya dan melihat Max dari cermin. Max sedang mengambil sebuah buku dan dia kaget saat mendengar suara Penelope, Max langsung menyembunyikan buku itu dalam bajunya. Max berbalik tapi tak melihat siapapun, hanya mendengar suara saja. 

Penelope heran karena Max masih ada di sana. Dia bertanya apakah Max melihatnya? Max tak mengerti dan tak melihat apapun. Max bisa merasakan kalau sepertinya Penelope tak menyukai kehadirannya karena terus bertanya. Max balik bertanya apakah seharusnya dia pergi dari sini? Ibu dan Wanda menonton mereka seolah sedang melihat sebuah drama, mereka kompak menjawab tidak saat Penelope hanya diam saja.

Penelope mengalihkan pembicaraan dengan membahas buku yang sedang diambil oleh Max. Max merasa malu karena Penelope melihatnya. Max tak keberatan saat Penelope menyebutnya mencuri buku, Max juga mengaku kalau dirinya sangat suka dengan uang walaupun tak ada pengaruhnya bagi dirinya. Penelope menebak kalau Max dan uang memang ditakdirkan untuk bersama tapi Max tak sependapat.

Penelope sengaja menjelaskan bahwa di ruangan itu ada banyak buku yang mahal dan salah satunya adalah Moby Dick. Penelope mungkin agak tersinggung karena Max rupanya lebih tertarik dengan uang. Penelope sengaja pergi agar Max bisa mengambil buku itu, dia pura-pura membuka pintu dan menutupnya agar lebih meyakinkan. Max agak bingung karena mendadak sepi dia mencoba mengetuk cermin tapi tetap sepi.

Penelope berjalan berjingkat dan kembali duduk sambil mengamati Max yang kebingungan. Max mengambil buku Moby Dick dan menyelipkan dalam bajunya lalu bergegas pergi tapi beberapa saat kemudian Max kembali sambil berteriak dengan tujuan mengagetkan Penelope tapi ternyata tetap senyap. Max menjadi salah tingkah sendiri.

Max mendekati cermin besar sambil memanggil Penelope. Semula Penelope merasa aman tapi dia menjadi salah tingkah dan menunduk saat Max mendekatkan wajahnya ke cermin, Penelope merasa Max benar-benar melihatnya. Max merasa sendiri, dia meletakkan buku itu dan berniat pergi. Penelope bertanya apakah besok Max akan kembali? Max berbalik dan tersenyum, dia tahu Penelope masih ada. Penelope tersipu saat Max melangkah pergi tapi berjanji besok akan kembali.

Ibu dan Wanda terharu karena besok Max bersedia kembali sementara ayah hanya diam saja. Max kembali ke van sambil mengetok agar Lemon dan Edward membuka pintu belakang vannya. Max mengembalikan jaketnya dan mengatakan kalau dirinya tak bisa mengambil foto Penelope. Edward agak kesal tapi Max mengatakan kalau besok dirinya akan kembali. Edward lega dan mengembalikan jaket milik Max.

Penelope ke perpustakaan dan mengambil buku yang sempat diambil Max, dia tampak kecewa. Ayah muncul dan mencoba menghibur putri kesayangannya itu. Malamnya Max kembali ke tempat judi dan paginya langsung menuju van sebelum ke rumah Penelope. Si wartawan menawari sisir dan Max menerimanya tapi dia langsung pergi saat si wartawan ingin menyodorkan botol penyegar.

Max menunggu di sofa sambil menahan kantuk. Penelope mengamati Max dari kamarnya. Max mencoba melawan kantuknya dengan berdiri sambil menepuk-nepuk kedua pipinya. Dia berjalan berkeliling dan berhenti untuk mengambil mainan kodok. Max spontan meniupnya dan berbunyi, Max tertawa dan memainkannya lagi. 

Penelope penasaran dan bertanya apakah Max bisa bermain musik? Max kaget dan meminta Penelope berhenti mengagetkannya. Penelope tak perduli dan kembali bertanya. Max menjawab kalau dia tak bisa walaupun dia punya keinginan untuk memainkannya sambil meletakkan mainan kodok itu di atas meja. Penelope masih penasaran tapi Max meminta Penelope untuk menebaknya sendiri. 

Max mengundang beberapa teman dan membawa bermacam alat musik. Ibu bertanya pada ayah apakah semua alat musik itu diperlukan dan ayah meminta ibu untuk membiarkannya saja. Max dan teman-teman memainkan lagu "You are my sunshine". Max mencoba semua alat musik yang ada tak rupanya tak ada yang cocok dengan Max. Penelope meminta semuanya berhenti dan Max berhenti setelah menyelesaikan lagunya. Penelope mengeluh bahwa semuanya mengerikan. Max meminta agar semua temannya melambaikan tangan dan memberi hormat pada Penelope.

Max ingin pamit bersama teman-temannya tapi Penelope tak ingin Max pergi karena masih penasaran dan akhirnya mereka malah bermain catur. Penelope bercerita kalau dirinya ingin menjadi ahli kebun tapi Max malah merasa kalau Penelope lebih cocok menjadi polisi. Alasannya karena Penelope melakukan segalanya seperti sedang melakukan interogasi.

Mereka bermain catur dan Max mencoba mempengaruhi Penelope agar bersedia keluar bersamanya, dia memancing dengan mengatakan bahwa Penelope pasti tak pernah melihat bir. Penelope berdalih bahwa dia punya bir tapi Max memastikan bahwa bir itu bukan yang keluar dari kran. Penelope menolak dengan halus.

Max mulai kesal dan mengetok kaca tebal yang ada di depannya dengan gemas seolah ingin melepaskan rasa frustrasinya. Max memaksa Penelope agar mau keluar karena dia yakin Penelope akan mendapatkan sesuatu yang baru. Max tak mengerti mengapa Penelope begitu lama menyembunyikan diri seperti ini. Beberapa saat kemudian Max merasa bersalah karena Penelope hanya diam. Max merendahkan suaranya dan menjamin bahwa Penelope tak akan merasa rugi bila melihat dunia luar.

Penelope sebenarnya sangat tertarik tapi masih takut. Max terus memprovokasinya dengan mengatakan bahwa ada taman yang indah dan dirinya biasa duduk di bangku sambil menulis lagu cinta yang cengeng. Penelope penasaran apakah sekarang Max tak menulis lagu lagi dan Max mengiyakan. Penelope masih penasaran tapi Max tak mau menjawab dan mengalihkan pembicaraan pada permainan catur mereka.

Max lagi-lagi kalah bermain judi sedangkan Lemon mengeluh karena Max menghabiskan filmnya untuk memotret hal yang tidak jelas. Max muncul dan mengatakan kalau dirinya ingin berhenti menjadi mata-mata. Edward heran mengapa Penelope tak kunjung memperlihatkan wajahnya pada Max padahal dulu Penelope langsung muncul padanya. Max menjawab dengan singkat bahwa mungkin saja Penelope sangat menyukai Edward sehingga langsung menunjukkan wajah padanya.

Edward kesal karena Max menyerah padahal dia bisa mendapat uang lebih banyak, Edward mulai menjelekkan Penelope dan Max ikutan kesal. Max menutup mulut Edward dengan marah tapi dia langsung melepaskannya dengan jijik karena Edward malah menjilatnya. Lemon menegurnya. Max bersikeras tak mau kerjasama tapi dia langsung menyerah ketika Edward memintanya untuk mengembalikan uang yang sudah diberikan sebagai modal berjudi.

Ibu, ayah dan Wanda bersiap dengan membawa banyak makanan dan minuman sebagai teman untuk melihat perkembangan hubungan Max dan Penelope. Ibu heran karena setiap hari Max selalu mengenakan jaket yang sama tapi ayah dan Wanda tak berkomentar, mereka asyik makan sambil nonton.

Penelope menebak bahwa Max bisa bermain piano, dia mengaku mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk bisa menebak. Max tersenyum dan mengingatkan agar Penelope tak melakukan itu. Max berjalan menuju piano yang ada di pojok dan mulai bermain tapi apa yang dinyanyikan tak sesuai dengan suara pianonya. Penelope mencoba mengajarinya tapi Max tetap kesulitan karena dia memang tak bisa bermain piano.

Saat Max sedang konsentrasi bermain piano, tiba-tiba Penelope muncul dan mengajari Max secara langsung. Jari-jari Penelope menuntut Max agar bermain dengan benar. Max tersenyum senang tapi dia langsung kaget saat menoleh dan melihat wajah Penelope. Max sontak mundur hingga tubuhnya menabrak lemari.

Max shock dan hanya diam sambil memandangi Penelope yang berdiri tak jauh darinya. Penelope tak bisa menyembunyikan rasa rendah dirinya karena Max memandangnya dengan sorot takut. Max memberanikan diri untuk mendekati Penelope, tangan kanannya terulur seolah ingin memastikan dengan memegang wajah Penelope. Tapi yang terjadi justru Max mengumpat saat terdengar bunyi kamera yang bekerja. Penelope malu dan mengatakan dirinya sebagai monster sambil berlari. Max mencoba memanggil tapi dia lebih kesal dengan jaketnya.

Penelope berlari menuruni tangga, dia bertemu dengan ibu dan Wanda. Ibu meminta Wanda menjaga Max tapi Wanda malah mengikuti langkah ibu dan anak itu. Ibu mencoba menenangkan putrinya tapi Penelope yang sedih malah mengatakan kalau semua pria sama saja, pasti lari setelah melihatnya. Ibu mengingatkan bahwa Penelope yang lari bukan Max. Penelope beralasan bahwa dia mendengar Max mengumpat. Wanda menambahkan bahwa Max pernah mengumpat padanya sebanyak 2x.

Penelope tak biasa mendapat perlakuan aneh seperti yang dilakukan Max. Max hanya diam sambil memandanginya. Ibu kembali merayu putrinya agar bisa memahami Max yang pastinya shock karena pertama kali melihatnya. Ibu heran melihat Wanda yang berdiri disampingnya padahal ibu minta Wanda untuk mengawasi Max. Wanda minta maaf karena tak dengar dan mereka berdua berlari mengejar Max yang pergi.

Max berjalan menuju van Lemon yang sudah menunggu. Lemon bertanya apakah Max berhasil mendapatkan gambarnya? Max mengiyakan dan Lemon tak sabar ingin melihatnya tapi Max yang kesal dan marah malah melemparkan kamera itu hingga rusak. Lemon marah dan Max balik memarahi Lemon dengan mengatakan bahwa Penelope tak seperti yang dikatakan Edward, Max ingin mereka membiarkan Penelope sendiri.

Ibu dan Wanda yang mengejar Max menjadi kaget saat melihat Max ngobrol dengan Lemon. Max merasa tak enak dan berusaha menjelaskan tapi ibu malah berteriak dan minta Wanda agar menutup pintu. Max mengejar mereka dengan melompati pagar, ibu berteriak panik dan Wanda berusaha menangkap Max. 

Max masuk rumah dan berteriak memanggil Penelope karena ingin mengatakan sesuatu. Penelope keluar tapi ibu melarang putrinya untuk percaya karena Max itu mata-mata yang bekerjasama dengan Lemon, wartawan yang "memaksa" ibu untuk memalsukan kematian Penelope. Ibu mengomeli Max tapi Wanda masih berharap mungkin Max bisa menghapuskan kutukan itu.

Penelope meminta agar Max bersedia menikahinya dengan harapan agar kutukan itu bisa hilang. Max pesimis dan bertanya bagaimana bila kutukan itu tetap ada walau mereka sudah menikah? Penelope yang putus asa berjanji bahwa dirinya akan bunuh diri bila kutukan itu tetap ada. Max galau dan dia memutuskan untuk menolak menikahi Penelope. Penelope sedih dan meminta Max untuk pergi.

Ibu dan Wanda menarik Max agar keluar sementara Penelope hanya bisa menangis. Kali ini Penelope benar-benar patah hati. Walaupun ibu dan Wanda masih bersikeras untuk mencari jodoh yang tepat tapi Penelope tak antusias seperti saat bersama Max. Kejadian lama terulang kembali, beberapa pria langsung melompat dari jendela setelah melihat wajah Penelope.

Di tempat lain, Max juga tampak galau. Ternyata dugaan Penelope benar, Max pandai bermain piano tapi dia tak bisa konsentrasi. Max memutuskan mengambil semua uang tabungannya dan pergi.    

Malam itu Penelope menuruni tangga dengan hati-hati agar tak ada yang mendengar langkahnya. Penelope mengintip dan mendengar ayah ibunya yang serius berdiskusi tentang dirinya. Ayah sudah capek dengan semuanya tapi ibu tak ingin menyerah. Ayah ingin berhenti mencari jodoh dan berniat memberikan anak anjing untuk Penelope. Ibu mendengar suara dan bertanya apakah itu Penelope? Penelope mengiyakan dengan alasan ingin membuat coklat hangat.

Ayah minta maaf karena melibatkan ibu dalam masalah kutukan keluarganya. Ayah merasa dirinya yang menyebabkan semua terjadi, dirinya biang masalah karena keturunan Wilhern. Ayah berteriak kesal dan ibu memanggil putrinya dengan alasan agar Penelope membuatkan coklat untuk ayahnya juga. Penelope mengiyakan tapi dia berjingkat menuju pintu dan kabur.

Ibu merasa curiga dan memanggil putrinya. Ibu berteriak tapi tak ada jawaban. Ibu membuka pintu dan kembali berteriak memanggil putrinya. Penelope terus berlari karena dia sangat penasaran dan ingin melihat dunia luar. Penelope yang kini menutup hidungnya dengan selendang segera membuka pintu gerbang dan dia sangat terpesona dengan apa yang dilihatnya.

Lemon dan Edward yang terus memantau keadaan rumah Wilhern ikutan heboh saat melihat dari layar monitor bahwa ibu berteriak panik saat mengetahui Penelope kabur. Lemon bergegas ingin mengejar Penelope tapi Edward masih trauma dan takut bila Penelope akan menyerangnya. Lemon meminta Edward tenang dan mengontrol dirinya.

Penelope berjalan-jalan sambil melihat orang yang berlalu lalang. Mereka tak memperdulikan dirinya karena kini Penelope menutupi hidungnya sehingga tak ada seorangpun yang curiga. Ayah mencoba menelepon untuk minta bantuan tapi ibu malah marah dan mencabut kabel telepon agar ayah tak menghubungi siapapun. Ibu tak ingin orang lain yang menemukan Penelope karena tak ingin orang lain tahu tentang kutukan itu.

Penelope terus berjalan dan tiba di sebuah taman bermain. Dia kembali terpesona melihat orang-orang yang bergembira dengan berbagai cara, ada yang bermain musik, ikut permainan atau membeli makanan ringan. Penelope melihat semuanya, hal yang belum pernah dia lihat atau rasakan sebelumnya.

Sementara itu ayah dan ibu duduk bersama dan diatas meja terdapat beberapa telepon rumah yang berhasil disita oleh ibu. Tapi kini ibu sudah tidak tahan dan ingin ke toilet, ibu ingin mengajak ayah agar ayah tak mengambil kesempatan untuk menelepon lagi. Ayah menolak dan saat itu terdengar suara dering telepon, ibu agak bingung memilih telepon mana yang masih hidup.

Ayah menunjukkan teleponnya dan ibu langsung menjawabnya. Ibu histeris saat mengetahui Penelope yang menghubunginya. Ibu marah dan bertanya apakah ada yang melihatnya. Penelope menjawab kalau semuanya aman tapi dia tak ingin pulang saat ibu ingin menjemputnya. Penelope hanya mengatakan kalau dia mencintai mereka dan menutup teleponnya. Ibu langsung lemas. Ayah sedikit lega karena tahu bahwa putrinya baik-baik saja.

Penelope membuat burung kertas dan menerbangkannya. Kini dia berjalan dan masuk ke dalam sebuah hotel untuk menginap. Penelope berdiri dengan ragu dan resepsionis menyapanya dengan ramah. Penelope yang tak pernah masuk dan menginap di hotel tak tahu cara memesan kamar, dia langsung pergi setelah resepsionis mengatakan ada kamar kosong. Resepsionis itu memanggilnya dan membantu Penelope. Penelope membayar biaya kamar dengan menggunakan kartu kredit milik ibunya.


Pelayan mengantarkan Penelope menuju kamarnya. Penelope langsung menutup pintu dan membuka tirai jendela. Penelope kembali terpesona dengan pemandangan malam yang indah penuh lampu gemerlap. Penelope melepaskan selendangnya dan menikmati keindahan malam sambil duduk berselimut di kursi yang menghadap ke arah jendela. Sementara itu Max kembali sibuk di meja judi.


Edward sibuk memberi pengarahan pada tukang gambar, dia dan Lemon ingin mempublikasikan wajah Penelope yang mengerikan. Lemon menunggu dengan tidak sabar dan ingin segera mencetak gambar itu di koran tempat Lemon bekerja. Pagi itu, seperti biasa Jake mengantarkan koran untuk ibu dan ibu langsung pingsan setelah melihat artikel dan gambar putrinya.


Edward bertemu ayahnya dan ayah malah memarahinya karena membuat artikel tentang Penelope. Edward mengingatkan ayahnya bahwa ayah pernah meminta untuk membuktikan apa yang pernah dikatakannya. Edward menambahkan bahwa dia adalah anak ayahnya. Ayah marah dan menyindir bahwa kenyataan itulah yang ingin dilupakan ayah karena ayah merasa malu dengan apa yang telah dilakukan putranya. Ayah mengembalikan koran yang dibawa Edward dan melangkah pergi.


Penelope keluar kamar dan berniat jalan-jalan tapi dia tertarik melihat deretan majalah. Dia kaget saat melihat artikel koran tentang dirinya. Penelope mengedarkan pandangan dan menyobek artikel itu. Di tempat judi, Max mendadak kehilangan minat setelah mendengar cerita rekannya tentang rutinitas keluarganya. Penelope berjalan dan dia tertarik menjadi manekin di sebuah butik.


Ayah dan ibu sedang ngobrol dengan seorang detektif agar membantu mencari Penelope tapi detektif malah bingung sendiri. Mereka melaporkan putrinya yang hilang tapi mereka tak punya foto dan tak mau memberikan ciri fisik yang detail. Ayah ingin memberi petunjuk tapi ibu melarangnya. Ibu tak ingin memberi ciri khusus dan hanya meminta detektif untuk segera mencari Penelope karena ibu yakin putrinya menderita di luar sana. Yang terjadi sebenarnya justru Penelope sedang menikmati harinya.


Detektif itu tak tahu harus mulai dari mana karena baik ayah dan ibu tak memberi petunjuk apapun tentang Penelope. Ayah tak tahan lagi dan menunjukkan gambar yang ada di koran sambil mengatakan putrinya tak punya taring. Detektif itu mencoba membayangkan tapi kesulitan. Ibu kesal dan minta Jake untuk membawakan tasnya. Ibu ingin menyuap detektif agar tak bicara lagi tapi ibu histeris karena ada yang mengambil dompetnya.


Penelope sedang berjalan sambil menenteng tas, dia was-was karena dibelakangnya ada 2 orang pria yang sepertinya sedang berlari mengejarnya. Penelope ketakutan dan berlari tapi akhirnya dia memilih berjongkok sambil menutupi wajahnya. Ternyata ketakutan Penelope tak beralasan, kedua pria itu tak mengejarnya. Mereka berdua kebetulan sedang berlari bersama. Penelope mendesah lega.


Ayah ibu dan juga detektif itu datang ke hotel tempat Penelope menginap, mereka berhasil melacak keberadaan Penelope dari kartu kredit yang digunakan Penelope untuk membayar biaya hotel. Ayah ibu berusaha membujuk resepsionis agar memperbolehkan masuk kamar Penelope. Penelope yang masuk hotel dan tak sengaja melihat mereka langsung berlari menuju kamarnya setelah mendengar ibunya membentak resepsionis untuk minta kunci kamarnya.


Detektif yang mengetahui gerak-gerik Penelope yang mencurigakan langsung memberi kode pada ayah dan mereka mengejar Penelope. Detektif berinisiatif menunggu di luar sedangkan ayah ibu yang masuk kamar. Penelope bergerak cepat dan kabur, ayah ibu tak menemukannya tapi ibu sedikit lega karena Penelope tak kelaparan setelah melihat bekas makanannya.


Penelope berhenti di bawah pohon besar sambil mengatur nafas. Dia teringat sesuatu dan mengambil artikel koran dari dalam saku jaketnya. Dia tertarik dan berniat menjual fotonya dengan harga 5 ribu dollar seperti yang tertera di artikel koran itu. Penelope berpikir uang itu akan cukup sebagai biaya hidup karena kini dia sudah tak punya apa-apa.


Sementara itu Edward dan Lemon sedang kewalahan menerima telepon iseng yang menanggapi artikel itu. Telepon kembali berdering dan Edward yang menjawabnya tapi dia langsung menutupnya karena dia mengenali itu suara Penelope. Lemon menegur Edward tapi rupanya Edward masih trauma dengan Penelope. Lemon penasaran saat mendengar Penelope ingin menjual fotonya.

Penelope penasaran dan kembali menelepon, kali ini Lemon yang menerimanya. Mereka sepakat membuat perjanjian bahwa Penelope memberi foto dan Lemon memberinya uang. Setelah disetujui, Penelope menuju photo box dan memotret dirinya sendiri beberapa kali. Di luar photo box, seorang anak kecil yang menunggu bersama neneknya kaget melihat hasil foto Penelope. Penelope langsung mengambil foto itu dan pergi.


Lemon menunggu di bawah jembatan dan dia agak kaget saat ada sebuah amplop terulur padanya. Lemon menengadah dan melihat Penelope, Lemon mengambil foto dari dalam amplop dan menukarnya dengan uang. Lemon sibuk memperhatikan foto itu dan saat menengadah, ternyata Penelope sudah pergi.


Lemon kesal karena merasa dibohongi oleh Edward sambil menunjukkan foto Penelope, ternyata Penelope tak seburuk yang diduga Edward. Penelope tak punya taring atau gigi yang mengerikan. Edward tak perduli, foto itu sudah cukup membuktikan bahwa dirinya tidak gila. Lemon tak bisa berbuat banyak karena semua biaya ditanggung Edward. 


Berita tentang Penelope langsung menjadi berita besar, semua media memberitakannya. Ibu histeris dan jatuh pingsan setelah melihat berita di koran. Ayah dan detektif penasaran dengan apa yang dilihat ibu, begitu pula dengan Jake.


Penelope pergi ke bar yang pernah diceritakan oleh Max padanya. Bartender yang bernama Jack menyapanya dengan ramah. Penelope memesan bir yang dari kran dan Jack segera menyiapkan. Jack mengisi gelas dengan penuh dan mendorongnya ke arah Penelope tapi gelas itu jatuh dan pecah. Penelope kaget tapi Jack menegur dengan halus bahwa Penelope harus menangkap gelasnya. Penelope minta maaf dan Jack hanya tersenyum. 


Penelope menangkap gelas kedua dengan sukses tapi dia kesulitan meminumnya dan minta sedotan pada Jack. Jack tak banyak berkata dan hanya tersenyum melihat tingkah Penelope yang lucu. Penelope menarik sedikit penutup hidungnya agar bisa menikmati birnya dengan santai.


Max melemparkan koran pada Lemon yang tengah asyik menulis. Max marah dan memberikan sebagian uang yang pernah dipinjamnya dan berjanji akan melunasinya. Lemon ingin mengajak Max bicara tapi Max menolak. Lemon mengaku kalau Penelope yang menjual fotonya sendiri. Lemon menjelaskan kalau kini Penelope ada di luar sana untuk menunjukkan kebebasannya. Max tak berkomentar dan langsung pergi. Lemon menyingkirkan uang pemberian Max. Di dalam lift, Max hanya bisa tersenyum menyadari keberanian Penelope.


Penelope masih menikmati birnya yang tinggal sedikit. Seorang wanita bernama Annie muncul memberikan beberapa paket untuk Jack. Dia mengeluh tentang beberapa hal dan itu membuat Penelope tertarik. Annie sepertinya juga tertarik dengan Penelope yang menutupi hidungnya, mereka langsung akrab dan Annie tak segan mentraktirnya minum. Penelope penasaran dengan vespa dan akhirnya Annie mengajaknya jalan-jalan dengan vespa miliknya.


Max menunggu dan beberapa saat kemudian muncullah Sam, teman Max. Max ingin mereka bermain musik lagi tapi Sam pesimis. Max mengaku kalau dulu dirinya hanya main-main dan tak menghargai apa yang sudah dimilikinya tapi kini dia ingin berubah. Max berlatih piano sementara Annie mengajak Penelope jalan-jalan dengan menggunakan vespa miliknya.


Penelope sangat senang melihat semua hal baru dan untungnya Annie adalah teman yang baik. Dia sempat curiga bahwa Penelope tak pernah keluar rumah karena selalu tertarik melihat hal baru jelas Penelope menyangkalnya tapi akhirnya mengaku. Annie kaget dan berniat mengajak Penelope bicara serius. Sam memberi Max alat pel dan Max mulai membersihkan tempat itu.


Hari terus berganti dan ibu masih kesal saat ayah menunjukkan kartu pos yang dikirim oleh Penelope. Ibu tak habis pikir, sudah sekian lama Penelope pergi tapi mengapa mereka tak bisa menemukannya, mengapa tak ada orang yang melihat atau melaporkannya? Ibu marah karena selama ini Penelope hanya memberi kabar lewat kartu pos.


Ayah dan ibu mencoba melacak keberadaan Penelope berdasarkan kartu pos yang pernah dikirimkannya. Ayah tak sengaja melihat Penelope dan Penelope langsung kabur saat ibu berteriak memanggilnya. Ayah dan ibu mengejarnya. Penelope tiba di bar dengan nafas terengah, Annie senang dan minta ditraktir bir tapi langsung menarik permintaannya saat Penelope jatuh pingsan.


Annie dan Jack tampak khawatir sambil mendekati Penelope yang pingsan. Annie berinisiatif membuka penutup hidung Penelope karena dia tahu Penelope kesulitan bernafas. Ibu berteriak melarang tapi sudah terlambat, Annie sudah membuka selendangnya dan mereka semua terkejut. Ternyata gadis yang mengenakan penutup hidung itu adalah Penelope, gadis yang menurut koran adalah siluman babi.


Penelope terbangun di rumah sakit, dia heran karena semua tirai tertutup. Penelope berjalan dan membuka tirainya dan dia melihat bahwa di balik jendela, ayah sedang mencoba menghalau wartawan yang penasaran dan terus memotret dirinya. Penelope heran karena mereka tak lari seperti para pria yang datang ke rumahnya, mereka kabur setelah melihatnya. Ibu yang tertidur langsung terbangun dan menghalangi putrinya agar tak penasaran dengan media sibuk memotretnya. Ibu menutup kembali semua tirai. 


Penelope akhirnya pulang bersama kedua orangtuanya. Banyak media yang sudah menunggu dan mencercanya dengan berbagai pertanyaan tapi mereka hanya diam sambil berjalan menuju mobil. Penelope melihat Annie dan berniat minta uang pada ibunya karena ingin bersama Annie tapi ibu menolak. Penelope mengingatkan ada banyak wartawan yang masih penasaran. Ayah mengalah dan memberi uang pada putrinya.


Penelope berlari menuju Annie yang sudah menunggu. Ada seorang wartawan yang bertanya apakah ada yang ingin disampaikan Penelope pada semua orang? Penelope terdiam dan mengucapkan "Hai" kemudian pergi bersama Annie. Sejak saat itu Penelope menjadi terkenal dan bertemu dengan banyak oarng ternama.


Edward dan ayahnya serta beberapa kolega yang baru turun tangga langsung diserbu oleh wartawan yang bertanya apakah Edward akan menuntut Penelope dengan tuduhan penyerangan dan Edward menegaskan bahwa dia sudah melaporkan hal itu pada polisi. Ayah langsung menarik Edward agar menjauh dari wartawan karena merasa putranya sudah keterlaluan. Ayah memarahi Edward dan memaksa Edward harus memperbaiki kesalahannya pada Penelope.


Kini Penelope bisa menikmati kehidupannya dengan tenang dan tak perlu takut karena semua orang bisa menerima kekurangannya. Penelope tak sengaja bertemu Max di bar. Max kaget tapi dia senang melihat Penelope mengikuti sarannya, keluar dan menikmati kebebasannya. Rupanya Penelope masih sakit hati dengan penolakan Max sehingga dia bersikap dingin dan buru-buru pamit. Ibu dan Jake sudah menjemputnya di luar bar, ibu mengatakan ada hal penting dan mengajaknya pulang segera.


Penelope kaget saat melihat Edward di rumahnya. Edward minta maaf dan berniat menikahi Penelope. Penelope tak mengerti tapi ibu memastikan bahwa Edward bisa mengakhiri kutukan itu. Penelope enggan karena kini dia sudah memiliki banyak teman tapi ibu membantah dengan mengatakan bahwa mereka bukan teman, mereka hanya memanfaatkan Penelope saja. Ibu tak ingin Penelope menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk menghilangkan kutukan itu. Edward melamar Penelope tapi wajahnya tetap menunjukkan rasa ngeri.


Lemon membaca berita tentang rencana pernikahan Edward dan Penelope tapi kemudian menghempaskan koran itu lalu melanjutkan mengetik. Larry muncul dan minta bantuan Lemon untuk menyelesaikan cerita tentang Max Campion. Lemon ingin tahu detailnya dan Larry menjelaskan bahwa Max bisa kaya karena melakukan perampokan bersenjata. Lemon tak percaya tapi Larry meyakinkan bahwa dia sudah mendapatkan laporan tentang pengakuan Max sendiri. Lemon kaget.


Lemon pergi ke penjara dan dia heran karena bertemu dengan pria gendut berkacamata padahal Max yang diingatnya adalah tampan dan berambut shaggy juga langsing. Max meyakinkan bahwa dirinya adalah Max dengan nada marah. Kini Lemon mulai paham bahwa dirinyalah yang salah menemukan orang. Lemon penasaran dan bertanya tentang pria kurus yang bermain bersama Max. Max mengatakan kalau dia adalah Johnny Martin, pria miskin dan payah. Lemon mencatat apa yang dibutuhkan dan langsung pergi.


Penelope dan Edward berserta ayah ibu mereka pergi nonton bioskop. Ibu ingin pergi lebih lama tapi ayah mengajak pulang dengan alasan mereka memiliki putri yang jelek. Edward kaget saat mengetahui Max yang membantunya mengenakan jaket. Dia mengajak Penelope pergi tapi Penelope protes karena belum mengenakan jaketnya.


Max terus mengejar mereka sambil menyindir Edward dan Penelope penasaran saat Max mengakui mengenal Edward. Edward tak tahan dan mengajak Max pergi. Penelope ingin mengejar tapi ibu mengajaknya pergi. Edward merasa menang dan mengatakan bahwa dirinyalah yang akan membuat kutukan itu hilang dan dia mengundang Max datang ke pernikahannya. Max merasa kalah dan tak mengatakan apapun saat melihat Penelope pergi bersama mereka.


Max sedang bersih-bersih saat Lemon muncul dan memanggilnya Johnny. Max menyindir Lemon yang butuh waktu lama untuk mengetahui identitas aslinya. Lemon menunjukkan koran tentang rencana pernikahan Penelope dan Max menyahut bahwa mereka pasangan yang manis. Lemon menyindir dengan mengatakan Penelope dan si buruk rupa. Max menambahkan bahwa setidaknya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. 


Lemon menjawab dengan miris bahwa dia tahu apa yang akan didapatkan Edward tapi dia tak tahu apa yang akan diperoleh Penelope. Max menjawab setidaknya Penelope akan menikmati hari-hari yang sudah lama ditunggunya, terbebas dari kutukan. Lemon tertawa dan tak mengira Max mempercayai kutukan itu. Max balik bertanya dan Lemon tak percaya dengan kutukan. Max menyindir kalau Lemon tak percaya mengapa terus mengejar kabar itu? Lemon tak tahu, dia menduga karena ego yang terluka akibat kehilangan matanya.


Lemon mengalihkan pembicaraan dan dia tak percaya dengan kutukan tapi Max menjawab bahwa dirinya menghabiskan banyak waktu di meja judi dan dia percaya apapun bisa terjadi. Lemon mencoba meyakinkan bahwa belum terlambat untuk menghentikan pernikahan itu tapi Max tetap pesimis karena dia sadar bukan orang kaya dan berdarah biru walaupun dia mencintai Penelope.


Para tamu mulai berdatangan di rumah Penelope. Tampak Lemon sedang berbicara dengan Wanda. Mungkin Lemon merasa prihatin melihat Max makanya dia berniat membantu. Lemon tak konsekuensinya, dia akan bertemu ibunya Penelope yang judes tapi dia bertekad ingin membantu karena kini dia lebih berpihak pada Max bukan Edward.


Annie berteriak memanggil Jack. Annie senang melihat Penelope akan menikah begitu pula dengan Jack. Annie merasa Edward bahagia karena selalu tersenyum padahal Edward mengeluh pada ibunya kalau dirinya sudah tak tahan tapi ibu membujuknya dengan mengatakan tunggu saja sampai kutukannya hilang. Edward tak percaya pada kutukan dan dia merasa dirinyalah yang sedang dikutuk.


Wanda memanggil ibu karena ada seseorang yang ingin bertemu. Ibu kesal karena yang menunggunya adalah Lemon. Lemon ingin bicara tapi ibu tak mau disalahkan soal cacat yang dialami Lemon. Lemon hanya ingin minta maaf tapi ibu tak mau terima. Lemon mencoba bersabar tapi ibu marah karena ada pernikahan yang harus dilakukan. Lemon kesal dan melemparkan dokumen yang dibawanya, dia ingin ibu menemui Johnny Martin.


Wanda menegur ibu karena terburu-buru tapi ibu tak mau dengar, dia merasa Johnny tak akan membantunya karena dia hanya percaya pada Edward. Wanda tak setuju setidaknya mereka harus mengatakan semuanya pada Penelope. Ibu tak setuju dan mengancam agar Wanda tak mengatakan apapun pada putrinya.


Ibu melihat Penelope yang sudah dirias dan menunggu di kamarnya. Penelope merasa tak ingin melakukannya dan merasa bodoh tapi ibu meyakinkan bahwa semuanya akan kembali normal setelah menikah dengan Edward. Sementara itu, Max sedang melamun. Dia ingin menghentikan pernikahan itu tapi dia tak berdaya.


Tiba saatnya mengucapkan janji pernikahan, wajah Edward tampak tegang dan cemas, dia melirik ibunya dan menyatakan "bersedia" dengan nada suara yang lemah dan berat. Penelope memandangi wajah Edward yang sepertinya masih jijik dan takut padanya. Penelope melirik ibunya dan semua orang yang dikenalnya. Penelope kembali menatap Edward yang lebih banyak menunduk atau melihat ke arah lain.  


Penelope kembali menoleh ke arah ibunya, dia bimbang. Ibunya memberi kode agar Penelope mengatakan "bersedia" tapi yang terjadi justru Penelope "menolak" dan langsung kabur. Ada gurat lega di wajah Edward dan ibu langsung berlari mengejar Penelope. Sebelum pergi, ibu berpesan pada semua tamunya agar tetap duduk karena acaranya akan segera dilanjutkan.


Penelope bersembuyi di kamarnya dan ibu berusaha membujuk agar Penelope mau keluar dan menyelesaikan pernikahannya. Penelope tidak mau dan mengatakan bahwa "dia menyukai dirinya apa adanya". Tiba-tiba muncul keajaiban, angin datang menerpa Penelope dan Penelope seolah merasakan jam kehidupannya bergerak mundur hingga saat dimana penyihir itu mengucapkan kutukannya. Penelope jatuh terlentang dan kini hidung babi itu telah lenyap.


Ibu masuk ke dalam kamar Penelope dan ibu terkejut dan terharu melihat putrinya kini telah normal. Penelope bangun dan merasa aneh, dia meraba hidungnya yang kini telah normal. Ibu masih shock tapi tak bisa menutupi rasa bahagianya. Media kembali heboh karena Penelope menolak pernikahannya dan kini menghilang, tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaannya.


Penelope sedang bercermin sambil memperhatikan hidungnya saat ibu masuk ke kamarnya. Ibu menyindir bahwa dirinya kangen dengan hidung babinya tapi sayangnya tak akan kembali lagi dan Penelope mengiyakan. Ibu merasa bersalah karena mengira kutukan itu akan hilang bila Penelope menikah dengan pria kaya dan keturunan bangsawan. Ibu merasa malu karena membuang banyak waktu, seharusnya kutukan itu bisa hilang secepatnya bila dia  bisa menjadi ibu yang baik dengan menerima dan mencintai Penelope apa adanya. Penelope berusaha menghibur ibunya. 


Ayah muncul dan memeluk keduanya dengan erat. Ayah mencium Penelope dengan sayang. Ibu tersenyum senang sambil melihat putrinya. Moment bahagia itu langsung rusak saat ibu mengatakan bahwa dengan sedikit riasan hidung babinya akan kelihatan. Penelope kesal dan pergi. Ayah tak mengatakan apapun dan hanya melotot ke arah ibu kemudian pergi juga. Ibu marah karena tak dianggap.


Saat itu dia masih sedih dengan ibunya karena ibu mengharapkan semua perubahan terjadi dalam sekejap. Penelope memutuskan untuk pergi dan berusaha hidup mandiri setelah selama 25 tahun hidup dalam sangkar.


Ibu kesal karena Jake memutuskan untuk pergi juga. Jake terus berjalan sambil membawa kopernya ketika ibu berteriak memanggilnya untuk kembali. Jake berhenti dan seolah sedang mengucapkan mantera sambil memutar kepalanya ke samping, tiba-tiba ibu menjadi bisu dan tak bisa berteriak lagi. Jake tersenyum kecil dan kembali melangkah. 


Ibu panik dan ayah berusaha menghibur dengan cara memeluknya. Ibu hanya bisa menangis dalam pelukan ayah. Ayah melirik ke arah Jake sambil tersenyum seolah ingin mengucapkan terima kasih karena kini ibu tak bisa berteriak sesuka hatinya lagi. Ayah mungkin senang karena kini rumahnya akan terasa lebih tenang dan damai tanpa suara ibu.


Ketika Jake sudah berada di jalan, Jake berubah wujud menjadi wanita tua penyihir (ibunya Clara, yang sudah mengutuk keturunan Wilhern). Tak ada sorot dendam atau benci di wajah wanita tua itu, yang ada hanya tatapan lega karena keluarga Wilhern berhasil menghapus kutukan itu walaupun membutuhkan waktu 25 tahun. Jake pergi dengan tetap mengenakan sepatu kets merah pemberian ibu.


Penelope punya cara untuk mengubah jalan hidupnya. Saat dirinya merindukan wajah lamanya yang sudah memberinya banyak masalah maka waktu terus berjalan. Penelope memutuskan untuk menemukan apa yang menjadi impiannya dengan mengikuti kata hatinya yaitu menjadi guru bagi anak-anak.


Penelope juga mengirim kabar pada Edward. Penelope ingat bahwa Edward pernah mengatakan bahwa dirinya juga merasa terpenjara dalam hidupnya. Penelope yakin bahwa apa yang dikatakan Edward adalah hal yang sebenarnya. Seandainya saat itu mereka bisa bersikap lebih dewasa mungkin mereka bisa saling membantu menyelesaikan masalah bersama-sama. 


Penelope mengembalikan cincin pernikahannya pada Edward. Penelope berharap Edward bisa menjadi lebih baik. Edward mengamati cincin pemberiannya, seolah ada rasa sesal di hati Edward karena kini Penelope telah menikmati kebebasannya tanpa rasa takut atau malu. Sedangkan dirinya masih terpenjara dalam hidupnya dan kini dia lebih sering mengurung diri.


Tiba waktunya perayaan Halloween. Penelope meminta semua muridnya untuk bersiap. Ada beberapa anak yang bertengkar dan berebut topeng babi karena mereka ingin menjadi seperti Penelope. Penelope berusaha menghibur seorang anak yang tak kebagian topeng babi.


Ayah membuka pintu sambil membawa permen untuk keempat anak yang mengenakan topeng babi. Keempat anak itu mengambil permen dan ayah tersenyum sambil memanggil ibu dengan alasan ibu pasti ingin melihatnya. Ibu muncul dan langsung mengomel tapi tetap saja tak ada suara yang keluar dari mulut ibu. Ibu kesal dan masuk rumah.


Wanda yang tak bisa menyimpan rahasia lebih lama, mengirimkan semua berkas tentang identitas Max yang sebenarnya. Penelope tersenyum samar seolah sedang merencanakan sesuatu.


Penelope dan Annie pergi ke pesta Halloween. Annie mengenakan kostum lebah dan Penelope mengenakan kostum biasa. Saat masuk di tempat pesta, Annie heran karena hampir semua orang mengenakan topeng babi. Penelope tak menanggapi gurauan Annie, dia mungkin berdebar karena akan bertemu Max. Annie tertawa saat melihat Penelope mengenakan topeng babi karena dia ingat wajah Penelope yang dulu. Penelope agak kesal karena Annie terus menggodanya.


Mereka tiba di kamar 357 dan mengetuk pintu. Max membuka pintu tapi Penelope malah grogi. Annie berinisiatif bahwa temannya butuh toilet dan dia pamit untuk mengambil minum. Penelope panik. Max tak keberatan dan membuka pintu dengan lebar agar Penelope bisa masuk.


Max meneruskan kembali mengemasi pakaiannya dan Penelope pura-pura masuk toilet. Penelope mengajak Max ngobrol tapi dari cara bicaranya seolah Penelope mengenal Max, hal itu membuat Max agak gusar. Max merasa seperti sedang ngobrol dengan Penelope, dia meminta Penelope untuk membuka topengnya agar dirinya bisa yakin. Penelope kaget dan Max menyadari kesalahannya lalu minta maaf. 


Max mengaku bahwa setiap Halloween dirinya selalu menghindari seseorang yang mengenakan topeng babi karena hal itu mengingatkannya pada seseorang. Max kembali minta maaf dan melanjutkan berkemas. Penelope penasaran dan bertanya apakah orang itu sangat berarti bagi Max? Max mengiyakan. Penelope kembali penasaran dan bertanya apa yang terjadi? Max mengaku bahwa dia tak bisa memberikan apa yang diminta. 


Penelope bertanya apa yang diinginkannya? Max menjawab bahwa dia tak bisa memberikan kebebasan padanya. Tiba-tiba Penelope mengumpat, dulu dia menebak kalau Max bisa bermain piano tapi Max berbohong sambil menunjuk ke arah piano. Max mengejar Penelope dan menciumnya. Max minta maaf tapi Penelope tak keberatan. Max minta maaf karena tak punya kekuatan untuk menghancurkan kutukan itu karena dia miskin dan bukan berdarah biru.


Penelope membuka topengnya dan Max agak kaget. Penelope mengatakan bahwa kini wajahnya telah berubah tapi dia tetap Penelope yang sama seperti dulu. Max meralat bahwa namanya adalah Johnny dan Penelope sudah tahu semuanya. Max terharu dan membelai wajah Penelope lalu menciumnya dengan mesra. Akhirnya Max dan Penelope ikut bergabung dalam pesta.


Penelope dan Max kini sedang bersama anak-anak. Mereka sangat antusias mendengar kisah hidup Penelope yang seperti kisah dongeng. Penelope mengaku kalau kini dirinya bahagia. Seorang anak berkomentar bahwa orang kaya itu menyebalkan dan seorang anak perempuan menyahut bahwa semuanya salah ibu. Para anak saling melemparkan komentar dan bantahan. Max dan Penelope hanya bertukar senyum melihat tingkah anak-anak itu.


Penelope mengakhiri ceritanya dan meminta anak-anak kembali untuk makan. Anak-anak berlari dengan riang. Penelope dan Max berjalan di bawah pohon. Penelope bermain ayunan dan Max yang mendorongnya. Mereka kini benar-benar bahagia dan selalu tertawa bersama.


Tak jauh dari mereka, tepatnya di sebuah sungai kecil yang berair jernih, Lemon yang mendayung perahu melihat ke arah Max dan Penelope yang sedang bahagia. Lemon mengambil kamera dan ingin memotret mereka, Lemon yakin bahwa fotonya akan terjual mahal tapi Lemon tak jadi memotret mereka. lemon ingin menebus kesalahannya di masa lalu, dia puas melihat kebahagian pasangan muda itu. Lemon memilih pergi dari tempat itu.

Adegan Favoritku :

Aku paling suka ketika Jake menyihir ibu yang sangat bawel menjadi bisu sehingga tak berisik lagi. Pasti berat bagi Jake menyembunyikan kemampuan sihirnya saat menyamar menjadi pembantu di keluarga Wilhern, Jake harus selalu sabar mendengarkan omelan ibu setiap saat.

Ketika akhirnya Penelope berhasil menghapus kutukannya maka Jake merasa bahwa tugasnya telah selesai dan berniat pergi tapi ibu malah marah. Ibu menuduh bahwa Jake tak sopan dan tak tahu terima kasih karena pergi begitu saja. Jake kesal dan dengan sedikit lirikan maka ibu kini menjadi bisu. Jake melanjutkan langkahnya sambil tersenyum puas dan ketika telah berada di luar rumah maka Jake kembali ke wujud aslinya yaitu wanita tua yang menyeramkan.

Aku tak bisa menahan senyum ketika melihat ekspresi ayah yang tampak prihatin tapi sekaligus tersenyum samar melihat istrinya yang kebingungan karena menjadi bisu. Ayah memeluk ibu yang menangis sambil berusaha menenangkannya tapi terlihat jelas sorot lega di wajah ayah. Mungkin ayah berpikir bahwa mulai sekarang rumah mereka akan terasa tenang dan damai.

Kurasa Jake tak terlalu membenci ibu yang selama ini selalu bawel. Buktinya walaupun telah berubah wujud tapi Jake masih mengenakan sepatu kets merah pemberian ibu. Mungkin Jake menganggapnya sebagai kenang-kenangan karena walau bagaimanapun juga mereka sebenarnya sama-sama wanita. 

Mereka berdua sama-sama berusaha memberikan yang terbaik bagi putri mereka. Ibu melindungi Penelope karena tak ingin putrinya dihina atau diejek karena kutukan itu. Sedangkan Jake mengutuk karena ingin membalas dendam, kakek buyut Penelope telah menyakiti hati putrinya (menghamili Clara tapi tak mau bertanggungjawab hingga Clara patah hati dan bunuh diri).

Hikmah yang bisa diambil dari film ini :

Adalah wajar bila orangtua terutama ibu bersikap protektif terhadap anaknya yang memiliki kekurangan tapi bila terlalu protektif maka hal itu tidak bagus bagi perkembangan anak itu sendiri. Hal itulah yang dilakukan oleh ibu terhadap Penelope yang memiliki keanehan akibat kutukan (telinga dan hidungnya seperti babi). Ibu seolah tahu apa yang terbaik bagi putrinya tanpa bertanya apakah putrinya suka atau tidak.

Sejak Penelope masih bayi, ibu selalu melindunginya dari apapun. Ibu bahkan tak segan melukai seorang wartawan yang ingin mengambil gambar putrinya, memalsukan kematian Penelope agar masyarakat tak penasaran terus, memaksa ayah sarapan sereal dan tidak boleh makan daging babi lagi dengan alasan demi menghormati putri mereka, langsung marah saat mendengar pembantunya yang dengan nada bercanda mengolok putrinya.

Ibu seolah ingin mengingkari kenyataan bahwa putrinya memang berbeda. Ketika Penelope kecil sangat penasaran dan berlari keluar rumah karena mendengar suara anak-anak yang bermain maka ibu tanpa rasa kasihan langsung menarik putrinya agar tak ada yang tahu tentang Penelope. Sejak saat itu Penelope seakan "dikurung" dalam kamarnya, ibu memberi banyak mainan tapi ibu lupa bahwa Penelope juga butuh teman sebaya yang bisa diajak ngobrol.

Ibu mengira kutukan putrinya akan sirna bila Penelope menikah dengan pria bangsawan berdarah biru dan kaya. Ibu menganggap putrinya seperti barang dagangan, membekali Penelope dengan segala ketrampilan agar lebih mudah menarik minat calon pria yang akan menikahinya. Namun usaha ibu selama 7 tahun selalu gagal, para pria itu langsung histeris, menjerit ketakutan dan kabur setelah melihat Penelope.

Penelope sudah menyerah tapi ibu tak mau berhenti berusaha dan hal itu membuat Penelope kabur dari rumah. Ibu tetap keras kepala dan meminta Penelope menikah dengan pria pilihan ibu tapi Penelope tak bisa membohongi hatinya bahwa dia memiliki pujaan hati sendiri. Penelope tak mau lagi dipaksa dan mengatakan bahwa dia menyukai dirinya apa adanya. Keajaiban terjadi dan Penelope berubah menjadi gadis yang cantik (Penelope memang cantik hanya saja memiliki telinga dan hidung seperti babi).

Kurasa benar juga pendapat anak perempuan yang ikut mendengarkan cerita Penelope, anak itu mengatakan bahwa apa yang dialami oleh Penelope adalah sepenuhnya kesalahan ibu. Sejak awal, ibu sudah menangis histeris karena melahirkan anak yang dikutuk. Ibu bahkan meminta dokter melakukan segala cara agar bayinya bisa normal tapi sayangnya dokter tak mampu. Sedangkan ayah berusaha menerima kekurangan putrinya.

Selama hampir 25 tahun ibu berusaha menghapus kutukan itu dengan segala cara tapi usaha itu gagal karena ibu tidak jujur dan egois padahal cara untuk menghapus kutukan itu sebenarnya cukup mudah dan sederhana yaitu dengan menerima kondisi Penelope apa adanya

Mungkin bila sejak awal ibu mampu menekan egonya dan menerima bayinya dengan lapang dada seperti yang dilakukan ayah pasti Penelope tak akan menderita dan terkurung dalam rumahnya sendiri. Penyesalan memang selalu datang terlambat, ibu baru menyadari kesalahannya dan meminta maaf saat Penelope telah terbebas dari kutukannya.

Komentarku :

Film ini memiliki pesan moral yang mendalam bahwa kebahagiaan seseorang itu ditentukan oleh kemampuannya dalam mencintai dirinya sendiri, artinya mensyukuri segala kelebihannya dan menerima semua kekurangannya. Segala kemewahan, materi dan status tak bisa selamanya memberi kebahagiaan bagi pemiliknya.

Sayangnya tak banyak orang yang bisa mencintai dirinya sendiri, biasanya mereka malu dan berusaha menutupi kekurangan yang dimilikinya agar tak ada yang tahu. Dalam film ini ditunjukkan bahwa sebuah aib atau kekurangan yang ditutupi pasti kelak akan terbuka dengan sendirinya. Kadang dampaknya malah lebih memalukan karena terbuka di tempat umum dan disaksikan oleh banyak orang.

Penelope yang kabur dari rumah, langsung lari terbirit-birit saat melihat ayah ibu mencarinya. Penelope yang menutupi sebagian wajahnya dengan selendang menjadi lemas dan pingsan karena kehabisan nafas di dalam sebuah bar. Annie, sahabat Penelope berusaha menolong dengan cara membuka selendang itu. Ibu berteriak ingin mencegah tapi ibu terlambat, Annie terlanjur membukanya. Mereka semua sangat kaget melihat wajah Penelope dan ibu hanya bisa mendesah lemas karena aib putrinya terkuak tanpa sengaja.

Sebenarnya ketakutan ibu tak perlu, ibu harus sadar bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan itu wajar karena manusia tak ada yang sempurna. Ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak seharusnya membantu si anak untuk menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Mengajarinya untuk percaya diri dan tidak takut bila bertemu dengan orang lain juga tidak mempelakukan si anak dengan berlebihan agar anak bisa belajar mandiri.

Ada beberapa karakter yang aku suka dalam film ini diantaranya Lemon, wartawan cebol yang baik hati. Awalnya, kukira Lemon ini sangat ambisius. Buktinya, dia rela bersembunyi dalam dapur agar bisa mencuri gambar Penelope saat masih bayi. Ketika bertemu dengan Edward dan bekerjasama untuk mendapatkan gambar Penelope, aku semakin yakin kalau Lemon itu jahat tapi ternyata dugaanku salah.

Lemon mengaku pada Max bahwa semula dia hanya penasaran dengan cerita bayi yang dikutuk karena dia tak percaya dengan takhayul dan akhirnya Lemon sedikit dendam karena ibu telah membuatnya cacat makanya dia setuju bekerjasama dengan Edward. 

Semuanya berubah ketika Lemon melihat gambar Penelope, dia tak melihat monster seperti yang diceritakan oleh Edward. Lemon hanya melihat gadis yang polos dengan tatapan putus asa. Sejak saat itu Lemon berusaha membantu Max dan Penelope. Pada scene terakhir, Lemon tak sengaja melihat Max dan Penelope yang kini cantik bermain ayunan dengan penuh tawa. Lemon ingin mengambil gambar mereka tapi niat itu diurungkan dan memilih pergi demi menghormati privasi mereka.

Karakter lain yang aku suka adalah Annie. Annie adalah tipe sahabat yang cerewet tapi baik hati dan tulus. Dia sempat kesal dan mengomel saat mengetahui bahwa Penelope selalu tertarik melihat hal baru seolah tak pernah keluar rumah tapi Annie tak meninggalkan Penelope sendiri, dia justru menunjukkan apapun yang ingin Penelope ketahui. Annie juga tidak menjauh saat mengetahui wajah Penelope yang sebenarnya. Memang awalnya pasti shock dan kaget tapi Annie tetap ada untuk mendukungnya. Buktinya, Annie datang dan menjemputnya saat Penelope keluar dari rumah sakit. Annie juga membantu Penelope untuk bertemu kembali dengan Max.

Senang rasanya karena film ini berakhir hepi ending cuman aku agak kasihan melihat ibu yang akhirnya menjadi bisu dan hanya bisa membuka mulut tanpa mengeluarkan suara apapun. Hehehe...

Note :

Aku baru nyadar kalau pemeran Penelope itu adalah pemeran Kat di film Casper tahun 1995, nama aktrisnya adalah Christina Ricci. 

Saat Penelope masih berhidung babi, aku belum nyambung tapi setelah Penelope berubah menjadi cantik alias hidung babinya menghilang, aku baru ngeh. Aku seperti pernah melihat wajah cantik Christina Ricci dan ternyata saat masih ABG, dia pernah main di film Casper.












  

















































































































  



































































































Review Film Menarik Lainnya

0 comments:

Post a Comment