Thursday, December 20, 2018

Fabulous 30 ~Film Thailand~

Fabulous 30 adalah film komedi romantis Thailand yang dirilis tahun 2011. Film ini menceritakan tentang cinta beda usia yang cukup signifikan. Adalah Ja , gadis berusia 31 tahun yang mempunyai pengalaman buruk soal cinta. Berpacaran selama 7 tahun dengan seorang pilot bernama Nop tapi akhirnya hubungan mereka kandas karena Nop tidak siap untuk menikah. Padahal umur Ja sudah dibilang cukup. Ja menjadi kurang percaya diri untuk membuka diri lagi pada cinta yang lain. Sampai suatu saat Ja bertemu dengan Porasit, pria yang usianya 7 tahun di bawah Ja.


Para pemain :

Pacharapa Chaichue sebagai Ja
Phuphom Phongpanu sebagai Por
Peter Corp Dyrendal sebagai Nop 
Nithit Warayanon sebagai Zen
Warinda Dumrongpol sebagai Yai
Aornarnitch Peerachakachonpat sebagai Ba Ouan
Sasipint Siriwanij sebagai Yui
Benjawan Peantumdee sebagai Zee
Aorada Arayawuthi sebagai Gip
Nutthapong Pibolthanakred sebagai Dong

Sinopsis lengkap :

Film ini diawali dengan seorang gadis yang menangis sedih sambil memeluk kekasihnya yang untuk terakhir kalinya. Mereka masih saling menatap saat si pria sudah masuk ke dalam sebuah helikopter dan mulai terbang menjauh. Si gadis seperti tidak rela menatap kekasihnya yang kian jauh dari pandangan.

Kini pria itu sudah berganti pakaian kerja sambil menatap laut lepas. Dia membuat sebuah pesawat dari kertas dan menerbangkannya. Pesawat itu melayang sambil membawa kenangan si pria ke masa 6 bulan sebelumnya. Pesawat kertas itu mendarat dengan manis di dekat kaki seorang pria yang berdiri di depan sebuah rumah. Dan di mulailah kisah cinta seorang pria bernama Por dengan seorang gadis bernama Ja.

Por sedang menatap keramaian di sebuah rumah yang mengadakan acara ulang tahun. Dia sangat terpesona melihat seorang wanita berbaju hijau dan berbando bernama Ja, yang sedang bercanda bersama teman-temannya. Tiba-tiba seseorang memukul kepalanya. Por langsung menoleh dan mengomeli Zen, temannya yang sengaja menyapa dengan cara agak menyakitkan. 

Acara di rumah Ja kian meriah ketika lampu dipadamkan dan seseorang membawakan kue tart sambil bernyanyi. Mereka meminta Ja membuat permohonan sebelum meniup lilinya. Lampu kembali dinyalakan dan mereka tertawa sambil bertepuk tangan setelah Ja meniup lilinnya. Ja bahagia bisa merayakan ulangtahun bersama sahabat dan teman-temannya.

Tiba-tiba lonceng di atas pintu berbunyi dan muncullah Por. Ja dan para sahabatnya langsung terdiam dan kaget melihat Por yang tersenyum manis padahal mereka tidak merasa mengenal Por. Zen muncul dari balik punggung Por sambil mengucapkan selamat ulang tahun pada Ja. 

Ja pura-pura kesal karena Zen datang malah membawa kotak sumbangan. Ja kian sebal karena Zen terus meledeknya, dia mencari sesuatu dan menemukan sebilah pisau. Para sahabat melarang Ja membawa pisau dan menggantinya dengan piring datar, mereka kompak menyemangati Ja yang ingin memukul Zen. 

Zen sengaja bersembunyi di balik punggung Por hingga akhirnya Ja tidak sengaja memukul Por. Para sahabat Ja langsung berhamburan untuk melihat keadaan Por dan membantunya. Ja yang merasa bersalah segera mengobatinya tapi Por berdalih hanya benjol saja dan jauh dari jantung. Ja mengoleskan salep tapi Por malah menitikkan airmata dan Ja menyindirnya, Por berdalih kalau obatnya kena mata.

Zen tidak suka Por berlama-lama dengan Ja, dia mengajak Por untuk makan. Keempat sahabat Ja langsung menghampiri dan menanyakan keadaan Por, mereka tampaknya menyukai Por yang polos dan pemalu. Yui bertanya tentang nama Por. Por menjelaskan bahwa namanya Por nama panjangnya Rasit jadi teman-teman memanggilnya Porrasit. Ja menyelutuk kalau namanya mirip dengan parasit dan Por hanya tersenyum sedangkan yang lain tertawa.

Zen memperkenalkan Por sebagai sahabatnya dan datang ke kota ini untuk training kerja. Zen menyuruh Por untuk memperkenalkan dirinya sendiri pada mereka. Por memperkenalkan diri pada keempat sahabat Ja dengan sopan dan mereka menyambutnya dengan ramah. Por sengaja mendekatkan wajahnya sambil menatap lurus ke arah Ja sambil memperkenalkan diri, hal itu membuat Ja salah tingkah. 

Ja mengajak semuanya untuk minum bersama karena merasa canggung berdekatan dengan Por terus. Mereka semua pergi meninggalkan Yai dan Ba yang tertarik melihat Por, bahkan Ba yang sedang hamil besar mengakui kalau dirinya sedang tidak hamil, dia pasti akan menbuat Por mabuk malam ini. Yai hanya tersenyum sambil membantu Ba berdiri.

Mereka minum bergiliran sambil membuat sebuah pengakuan tentang sesuatu yang intim tapi dengan nada bercanda. Yai mengatakan kalau dirinya tidak pernah melakukannya selain dengan suaminya sendiri. Zee mengatakan kalau dirinya tidak pernah melakukannya bertiga. Yui mengatakan kalau dirinya tidak pernah kencan dengan siapapun selama 5 tahun. Dengan nada bercanda Zen mengaku kalau dirinya mabuk, bisa melakukannya dengan siapa saja.

Salah satu dari mereka bertanya sesuatu pada Por dan Por menjawab kalau dirinya belum pernah punya pacar sambil tersenyum ke arah Ja. Yai heran dan bertanya tentang umur, Por menjawab kalau umurnya 24. Ba tidak percaya cowok setampan Por dan berusia 24 tahun tapi belum punya pacar. Zen menyakinkan kalau Por tidak berbohong. Dengan nada bercanda Ba menuduh kalau Por itu homo dan mencoba menggoda tapi Por hanya tersenyum sambil terus menatap ke arah Ja.

Kini giliran Ba, wanita genit dan sedang hamil besar itu mengatakan kalau dirinya tidak pernah dicampakkan sebelumnya. Pernyataan Ba langsung membuat Ja masam dan bertanya apakah dirinya termasuk yang dicampakkan? Zee mencoba menghibur bahwa Ja tidak dicampakkan tapi hubungan mereka sedang rehat. Ba yang ceplas ceplos malah mengatakan kalau pada akhirnya hubungan yang rehat itu sama saja dengan dicampakkan. Yai sengaja melempar makanan ke arah Ba agar diam.

Ja jadi sedih dan mulai minum. Ja agak mabuk dan curhat tentang pacarnya. Mengapa tidak memutuskannya sejak awal? Mengapa setelah berpacaran 7 tahun, pacarnya malah minta rehat? Padahal umur Ja sudah 30 tahun, tidak mungkin dia mencari pacar lagi sekarang. Ja mengomel sambil minum lagi dan kali ini tidak berhenti setelah minum 2 gelas. Ja minta Zen mengisi gelas yang kosong tapi dilarang oleh yang lain.

Ja mulai mabuk dan pandangannya juga mulai kabur. Ba mencoba memanggilnya tapi Ja hanya diam saja. Ja teringat saat bersama pacarnya, dia ingin segera hamil setelah 2 bulan menikah karena dirinya sudah berumur dan tak ingin menunda kehamilannya.  Tapi pacar Ja yang seorang pilot bernama Nop malah menjawab kalau dirinya belum memikirkan soal pernikahan. Jawaban itu membuat Ja terpana dan kaget.

Ja bertanya tentang rencana membangun rumah tangga bersama. Nop beralasan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat karena mereka berdua belum siap. Ja menyindir bahwa Nop yang belum siap. Ja kembali bertanya tentang rencana menikah dan bulan madu, Nop berdalih bahwa semua itu rencana Ja bukan dirinya. Ja tampak kecewa mendengarnya. Ja ingin tahu tentang rumah yang telah mereka beli bersama dan Nop meyakinkan bahwa tak ada salahnya membeli rumah bersama karena suatu saat pasti berguna. 

Nop menyarankan agar mereka rehat tapi dia tak ingin putus agar mereka sama-sama punya waktu untuk berpikir tentang hubungan mereka. Nop tak menunggu jawaban Ja dengan alasan dirinya harus pergi karena ada penerbangan malam. Nop mencium rambut Ja dan membelainya sambil mengucapkan selamat ulang tahun dan semoga bahagia selalu. Nop meninggalkan Ja yang masih shock sambil memandangi lilin angka 30 yang mulai meleleh diatas kue tartnya.

Ba menggerakkan tangannya di wajah Ja. Tiba-tiba Ja menggebrak meja sambil mengumpat, membuat semuanya kaget. Ja mengomel dan minta diberi minuman lagi tapi saat Zen ingin menuangnya dalam gelas, para sahabat Ja melarangnya. Ja kesal dan berdiri sempoyongan sambil berdalih kalau dirinya tidak mabuk tapi Ja langsung tumbang.

Ja masih saja mengomel saat dibaringkan di tempat tidurnya. Ternyata Por yang membantu Ja. Por mencoba menghibur Ja tapi Ja malah meledek Por yang masih muda dan tak punya pengalaman. Ja menatap Por sambil bertanya apakah mereka pernah bertemu sebelumnya karena wajah Por tidak asing baginya. Por tampak senang dan bertanya apakah Ja mengingatnya tapi Ja keburu tidur.

Zen menaiki tangga dengan tertatih menuju tempat tidur Ja. Por berusaha menghalau Zen yang juga mabuk, Zen beralasan ingin memegang tangan Ja dan memberinya dukungan. Por menunjukkan sebelah kaki Ja dan mengatakan kalau Zen boleh memegangnya. Setelah itu Por mengajak Zen untuk pulang. 

Paginya, Ja sudah normal dan dia memasak tumis sayuran dan udang. Dia memberikan sebagian makanannya pada nenek yang tinggal di sebelah rumahnya. Sepertinya nenek itu tinggal sendirian dan mengisi harinya dengan berjualan bakpao. Ja menolak ketika nenek ingin memberinya bekal bakpao dengan alasan sudah makan di rumah. Sebelum pergi, Ja menyerahkan slip pembayaran uang sewa rumah pada nenek.

Ja berangkat kerja naik kereta, dia tidak sengaja melihat Por yang pura-pura asik membaca komiknya. Semula jarak diantara mereka agak jauh tapi lama-lama Por kian dekat dengannya. Ja berpikir Por sengaja mengikutinya tapi dia lega setelah mengira Por turun di Stasiun Lupaenee. Ja turun dengan tenang di Stasiun Seelom dan berjalan dengan santai tapi ternyata Por sengaja bersembunyi dan kini dia terlihat turun juga di Seelom. Por berjalan cepat mengejar Ja dan dia bahkan hampir menabrak seorang bapak, untung saja bapak itu tidak marah tapi Por kehilangan jejak.

Por berjalan sambil mengedarkan pandangan dan tiba-tiba Ja muncul dari belakang dan menegur karena mengikutinya sejak dari stasiun pertama.. Por mengelak dan beralasan kalau kantornya juga di daerah ini tapi Ja tidak mudah percaya. Por sengaja berpamitan dan pergi karena tidak ingin Ja terus mencurigainya dan mereka akhirnya berpisah. Por senang akhirnya bisa bertemu dengan Ja kembali.

Ja bertemu dengan rekan-rekannya dan mereka agak kesal karena Zen datang terlambat. Hari ini mereka akan mempresentasikan sebuah iklan dan Ja berperan sebagai model dan bernyanyi. Awalnya para juri tidak mengerti dengan tema yang dipresentasikan karena Ja mengenakan gaun pengantin sambil menyanyikan lagu patah hati. Saat presentasi berakhir, para juri bertepuk tangan tapi Ja tak tahu apa proyek iklan itu akan jatuh ke tangan mereka atau tidak.

Ja pulang bersama Zen. Zen ingin tahu mengapa Ja begitu terobsesi dan menginvestasikan segalanya untuk proyek yang baru mereka presentasikan. Ja mengaku kalau ini proyek besar makanya dia ingin mendapatkannya karena dia tak tahu kapan kesempatan ini akan datang lagi. Ja tertarik untuk membeli sebuket bunga berwarna putih. 

Zen bertanya setelah ini Ja mau kemana lagi dan Ja hanya ingin pulang. Sebaliknya Zen ingin pergi ke Seelom. Ja menyindir dan menduga Zen ingin membeli film porno. Zen tak marah justru dia berdalih bahwa itu hiburan bagi para jomblo seperti dirinya. Zen balik menyindir dan bertanya apakah Ja ingin nitip satu, tentu saja Ja menolak ide itu sambil memukul Zen dengan buket bunganya. 

Ja mengatakan kalau tadi pagi dia bertemu dengan Por. Ja bertanya apakah kantor Por memang ada di sekitar sini dan Zen membenarkannya. Zen menjelaskan kalau Por hanya sementara dan akan segera dipindahkan. Zen balik bertanya apakah Ja menyukai Por dan Ja menjawab dengan sewot bahwa dirinya tidak suka anak kecil (Usia Ja 31 dan Por 24, beda 7 tahun). 

Zen tidak enak hati melihat Ja sewot, dia mencoba merayu Ja dan meminta Ja menjadi pacarnya tapi Ja menolak, dia hanya menganggap Zen sebagai saudara dan teman minum saja. Zen pura-pura sedih karena Ja tak perduli walaupun dia adalah orang baik-baik. Ja pergi setelah mengacak-acak rambut Zen seperti adiknya sendiri. Zen hanya bisa mengeluh bahwa apapun yang dilakukannya pasti salah dimata Ja.

Ja pulang naik bis. Ibunya menelepon dan menceramahinya, Ja bosan, dia pura-pura tidak bisa mendengar karena sinyalnya buruk dengan cara meremas-remas plastik pembungkus bunga dan akhirnya menutup teleponnya. Ja tampak puas bisa mengelabuhi ibunya, dia memasukkan ponselnya dalam tas sambil tersenyum sendiri.

Por tiba-tiba muncul dan sengaja duduk di samping Ja. Por meledek Ja yang pura-pura tidak mendengar suara ibunya dan menutup telepon padahal dirinya saja bisa mendengar suara ibunya Ja dengan jelas. Ja langsung mendelik tapi Por menjawab santai kalau bis ini juga akan membawanya pulang. 

Tiba-tiba Por bersin dan beralasan kalau dirinya alergi bunga. Ja mencoba bersimpati dan meminta Por duduk menjauhinya. Por ingin bertahan tapi saat hendak bersin lagi, Ja mengusirnya sambil mendelik dan Por terpaksa menurut. Setelah duduk berjauhan, baik Ja atau Por malah saling mencuri pandang. Ja hanya cemberut tapi Por malah tersenyum senang.

Ja berjalan di sebuah taman sambil membawa makanan. Dia mencari-cari dan memanggil. Muncullah seekor anjing yang menjadi minta jatah makanan pada Ja. Ja berjongkok sambil memberikan makanan pada anjing itu dengan sayang. Ketika sedang asyik memberi makan anjingnya, Por tiba-tiba jongkok di dekat Ja membuat Ja kaget, apalagi melihat Por yang menutupi hidungnya dengan tisu agar tidak alergi lagi. 

Ja mendengus dan mengatakan kalau Por gila karena mengikutinya terus. Por membantah dan mengatakan kalau dia memang akan pulang ke rumahnya. Dia sengaja berhenti karena melihat Ja bermain dengan anjing. Dengan jahil Por bertanya apakah Ja berpikir kalau dirinya sengaja mengikuti Ja agar bisa kencan dengan Ja? Ja hanya menjawab kalau angan Por terlalu tinggi. Por menimpali apakah setinggi usianya?

Por langsung menyadari kesalahannya yaitu dilarang menyebut usia di depan Ja yang sensitif. Por mengalihkan pembicaraan dengan minta bantuan Ja agar menjauhkan bunganya. Ja menuruti dan memanggil anjing itu agar mendekat lagi tapi anjing itu malah menyalak ke arah Por. Ja sengaja memukul Por agar menjauh, anjing itu kini mau mendekati Ja dan makan.

Por menyarankan agar Ja memelihara anjing itu karena Ja memberinya makan setiap hari maka anjing itu pasti menganggap Ja sebagai tuannya. Memberinya rantai dengan nama agar tidak ada yang menganggu karena cukup bahaya membiarkan anjing berkeliaran seperti itu. Ja hanya diam seolah ide itu tak pernah terbersit dalam pikirannya. 

Por mengajak Ja makan bersama karena dirinya lapar tapi Ja malah memberikan sate bakso yang dibelinya untuk anjing itu, tanpa ragu Por memegang tangan Ja dan memakan baksonya 2 biji. Ketika Por ingin menghabiskan sisa baksonya, Ja mendelik dan Por hanya tersenyum. Si anjing kembali menyalak seolah tak rela makanannya dihabiskan oleh Por dan Por malah ikutan menyalak. Ja mengalah dan memberikan sisa baksonya pada Por.

Ja pulang ke rumah dan saat sedang membuka gembok pintunya, Por lewat dengan santainya sambil bersiul. Ja kesal dan menegurnya karena dia yakin kalau Por sengaja mengikutinya sejak pagi hingga sekarang. Por kembali menegaskan kalau dirinya tidak mengikuti Ja. Nenek di sebelah rumah Ja muncul karena mendengar suara orang berdebat. Nenek senang melihat Por sudah pulang dan mengatakan kalau ada teman yang datang menunggu Por. Nenek memperkenalkan Por sebagai cucunya kepada Ja dan kemudian berpamitan.

Setelah neneknya pergi, Por sengaja menggoda Ja yang kehabisan kata-kata dengan memberi salam seolah mereka baru pertama kali bertemu. Ja hanya bisa cemberut ketika Por tersenyum menang sambil memainkan alisnya. Tiba-tiba muncul gadis cantik bernama Gip dan menyapa Por dengan akrab. 

Mereka asik ngobrol dan Ja merasa tidak enak kalau langsung masuk rumah, dia sengaja berdehem dan Por memperkenalkan mereka. Gip sengaja memberi penekanan pada kata 'Kakak' dan Ja tersenyum tipis sambil membalas dengan memberi penekanan pada kata 'Adik'. Walau baru pertama bertemu tapi seolah ada aroma persaingan diantara keduanya untuk memperebutkan Por. Setelah berbasa basi sebentar, Ja pamit masuk. Por yang senang melihat kedatangan Gip juga langsung mengajaknya masuk untuk melanjutkan obrolan mereka.

Ja masuk kamarnya dan membuang tasnya di atas ranjang, dia membandingkan bunga segar yang ada ditangannya dan bunga layu yang ada di vas. Ja mengambil cermin dan mulai bercermin, dia mendesah kesal dan meremas bunga yang telah layu itu. Ja membuangnya di tempat sampah dengan sepenuh tenaga. Ja merasa puas tapi dia juga tidak terlalu senang melihat bunga segar yang baru dibelinya. 

Ja menata bunga segar itu di vas tapi kemudian dia kembali bercermin sambil mengelus wajahnya. Ja kembali merasa kesal dan membuang bunga segar itu ke tempat sampah tapi setelah berpikir beberapa menit, akhirnya Ja kembali memunguti bunganya dan menatanya kembali di dalam vas. Ja memandangi bunga segar itu dengan setengah hati dan akhirnya Ja menyerah, dia membiarkan bunga segar itu menghiasi vasnya.

Ja bertemu para sahabatnya di butik pengantin, salah satu sahabat Ja yang bernama Yui akan menikah. Ja membantu Yui dan para sahabat yang lain langsung terpesona melihat Yui dan berebut untuk memotretnya kemudian sibuk menguploadnya ke media sosial. Yui kesal karena merasa diabaikan, dia mengajak Ja untuk berfoto bersama. Ketiga sahabat Ja akhirnya tertarik dan berebut untuk ikut wefie.

Ja meraba satu per satu gaun pengantin yang beraneka macam modelnya dengan perasaan sedih. Ada rasa iri saat melihat Yui mengenakan gaun pengantin. Ja juga ingin sekali mengenakan salah satu dari gaun itu tapi dia harus mengubur impiannya. Ja berbalik sambil menahan airmata, dia memilih duduk sambil sesekali mengedarkan pandangan ke arah gaun yang ada di ruang tunggu itu. 

Yui muncul setelah berganti pakaian dan wajahnya agak galau. Yui agak takut bila setelah pernikahan semuanya tak lagi sama, pernikahan akan membuat seseorang berubah di sisa hidupnya. Contohnya kaget saat terbangun dan melihat ada seseorang yang menemani tidurnya. Ja menyindir seolah Yui tak pernah mengalaminya tapi Yui beralasan bahwa hal itu akan terjadi selama sisa hidupnya.

Ja mencoba menghibur dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja karena Yui memiliki pasangan yang tulus mencintainya dan bersedia mengajaknya menikah. Ja menambahkan bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti Yui. Yui tersenyum malu karena seolah Ja menyindirnya dengan halus, tak puas dengan apa yang sudah dimilikinya padahal Ja ingin sekali menikah tapi Nop malah mundur. Yui berterima kasih dan mereka meninggalkan ruang ganti untuk menemui sahabat yang lain.

Ketiga sahabat Ja sedang asik dengan ponsel, ketika Ja dan Yui muncul. Ja penasaran dan bertanya, mereka sedang nonton video apa? Yai menyerahkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto. Ba mengatakan bahwa ini tentang Ja dan si anak virus, Por. Dalam foto itu Ja dan sahabatnya sedang berfoto tapi Por tertangkap kamera sedang melirik ke arah Ja. 

Ba menunjukkan betapa jelasnya saat Por tersenyum sambil melirik ke arah Ja, Zee menganggap foto itu sebagai bukti yang nyata. Yai bahkan  menganalisa kalau dilihat dari atas hingga ke bawah Ja dan Por mirip, itu artinya mereka berjodoh. Yai terus terang bilang kalau dia ingin bertemu dengan Por lagi.

Melihat Ja yang tersipu, Yai malah memanasi dan bilang ingin kencan dengan cowok seperti Por, istilahnya 'Fik' atau teman tapi mesra. Ba bahkan menyebutkan beberapa kelebihan Por dan menyarankan agar Ja mau mencoba tapi tetap saja Ja bilang tak tertarik. Ja beralasan bahwa dirinya tak suka dengan anak kecil, Ja mengingatkan soal Zen yang dulu pernah mengatakan suka tapi ditolaknya. Yui mengatakan kalau Zen dan Por jelas berbeda.

Yai kembali mengompori Ja dan mengatakan bahwa Nop selama 7 tahun selalu bepergian, siapa yang tahu kalau Nop itu setia, bisa saja Nop punya pacar dimana-mana.  Yui bertanya apakah setelah pertemuan di acara ulang tahun waktu itu, Ja pernah bertemu lagi dengan Por tapi Ja tidak berani menjawab ketika semua mata tertuju padanya. Ja tak berani mengaku bila ternyata Por itu tetangganya sendiri.

Pagi itu Ja sengaja memasak dengan suara yang cukup keras hingga membuat Por terganggu dan akhirnya dia mendatangi rumah Ja untuk minta pertanggungjawaban. Por terkejut saat melihat Ja membukakan pintu untuknya, Ja menggunakan celemek dengan hiasan telur ceplok didadanya. Por terkesima sambil menyelutuk "Wuih, matahari kembar!" Ja yang menyadarinya langsung menutup pintu dan melepaskan celemeknya dengan kesal, dia agak malu mendapat tatapan dan komentar Por. Ja sempat melirik ke arah cermin sebelum membuka pintunya kembali.

Ja pura-pura terganggu dan bertanya apa maksud Por mengetuk pintu rumahnya. Por mengeluh karena Ja telah membangunkannya dengan suara yang berisik sejak pagi. Ja pura-pura tidak menyadarinya dan Por kembali mengulang suara berisik itu. Ja minta maaf tapi Por mengatakan kalau cara minta maaf Ja tidak tulus. Sebagai gantinya, Por minta diberi makanan yang sudah dimasak oleh Ja karena dia sudah bangun tapi tak ada makanan di rumahnya. Ja mengangguk sebal dan membuatkan sarapan untuk Por.

Ja menuangkan masakan ayam kentang berkuah kuning ke dalam mangkuk dan Por mencobanya. Ja tersenyum dan menuangkan minum, dia sangat yakin Por akan memuji masakannya tapi Por malah menggodanya bahwa masakan Ja sama seperti ibunya, pas-pasan. Ja langsung cemberut mendengarnya tapi Por meralat dan bilang kalau masakan Ja lezat sambil tersenyum dan mengedipkan mata. Por berencana kalau sedang merindukan ibunya maka dia akan datang lagi tapi Ja menolak karena dia bukan ibunya.

Ja minta Por segera menghabiskan makanannya. Por bertanya apakah masakan itu sudah ada namanya dan kalau belum, dia yang akan memberi nama 'MasaManJa'. Ja sedikit terhibur dengan sikap Por yang manja dan jahil, tanpa sadar dia memukul bahu Por dengan gemas tapi Por hanya tertawa sambil mengedip-ngedipkan matanya seolah sedang kelilipan.

Seorang pemuda bernama Dong datang ke rumah Ja untuk mengantarkan pakaian. Dong ingin mengetuk pintu rumah Ja tapi dia mendengar suara yang aneh dan kemudian berusaha untuk menguping. Zen yang baru datang jadi ikut penasaran, mereka berdua sama-sama menguping tapi Zen kesal mendengar suara Por yang merajuk pada Ja. Zen langsung membuka pintu dengan paksa membuat Ja dan Por kaget melihat Zen dan Dong masuk tanpa permisi.

Ja agak kesal melihat mereka yang masuk tanpa permisi. Dong beralasan kalau dirinya datang untuk mengantarkan pakaian dan dia buru-buru pergi meninggalkan Zen yang salah tingkah. Zen tidak berani melihat Ja, dia hanya menyerahkan sebuah CD dan mengatakan kalau dirinya sudah memilihkan 2-3 lagu yang akan digunakan untuk acara yang akan datang. Zen minta Ja yang memilih sendiri lagunya.

Zen menatap Por dengan pandangan curiga, Por beralasan neneknya tidak di rumah jadi dia minta dibuatkan makanan oleh Ja. Zen tidak mengatakan apapun dan segera berpamitan pada Ja. Jelas ada tatapan iri dimata Zen karena Por dengan mudah bisa mengambil hati Ja, bahkan Ja bersedia memberinya makan dan bersikap ramah pada Por.

Setelah Zen pergi, Por kembali melanjutkan makannya dan dia tertarik dengan CD yang tergeletak di atas meja. Por mengambil CD itu tapi Ja mencoba merebutnya. Por bersikeras ingin melihat tapi Ja meledeknya bahwa Por tak tahu benda yang dipegangnya. Por hanya diam ketika Ja berhasil merebut CD itu dari tangannya.

Gip sedang menonton Por bermain dengan Zen dan yang lainnya. Gip menunggu sambil chatting dengan temannya. Gip bilang 'Por telah kembali, Por kian dewasa dan manis'. Gip menunggu jawaban sambil terus memperhatikan Por. Teman Gip membalas 'Bukannya kamu pernah bilang kalau Por lebih suka wanita dewasa'. Gip membalas 'Itu yang dikatakan Por tapi dia tak perduli, dia ingin mencobanya siapa tahu dirinya akan beruntung'. Temannya dengan cepat membalas 'Sainganmu kuat. Berhati-hatilah, kau mungkin kalah dengan macan tua itu. Rubah betina itu memiliki senjata rahasia. Menang kalah itu biasa. Kalau dia tak bisa mendapatkannya maka dia akan mencari yang lain'.

Sementara itu, di lapangan jelas terasa aroma persaingan antara Zen dan Por. Zen selalu mencari cara untuk menjegal Por, Por kesal dan marah. Mereka hampir berkelahi tapi teman yang lain berusaha melerainya. Akhirnya Zen mengajak Por menjauh karena dirinya ingin bicara serius.

Zen terang-terangan bertanya apakah Por menyukai Ja dan Por mengiyakan. Zen tidak senang dan memperingatkan tapi Por berdalih bahwa tidak ada alasan menyukai seseorang dan baginya, Ja adalah cinta pada pandangan pertamanya. Zen berusaha menahan diri dan mengingatkan Por bahwa Ja lebih menyukai pria yang seumuran. Por heran dan Zen membuka rahasia bahwa dirinya dulu pernah ditolak oleh Ja.

Por tidak perduli dan akan terus berusaha mendapatkan hati dan cinta Ja. Por langsung pergi dan tidak memperdulikan Gip yang sudah membelikannya minum. Gip tidak mengerti dan bertanya pada Zen tapi Zen malah mengomel dan pergi. Tapi Zen kembali dan mengambil minuman yang telah dibeli Gip untuk Por.

Ja memberikan paket makanan untuk nenek sebelum berangkat kerja. Nenek menerima dengan senang hati dan bertanya mengapa ada 3 bungkus, Ja menjawab kalau yang satunya untuk Por. Por yang sedang memakai sepatu sambil minum langsung tersenyum dan berusaha mengejar Ja.

Ja sedang menulis saat Por datang sambil menunjukkan bekal makanan yang dibuatkan Ja untuknya. Ja jelas kesal saat Por memilih duduk di sebelahnya. Por membuka kotak bekal dan ingin memakannya tapi Ja melarangnya karena takut penumpang bis lainnya akan terganggu dengan bau masakannya. Por bersikeras ingin memakannya Ja kesal dan merebut kotak makan itu. Ja menutup kembali dan menyimpannya. Por hanya bisa mendesah kecewa dan mengatakan kalau Ja itu orangnya keras kepala sambil merebut kembali kotak makannya.

Mereka akhirnya duduk bersama di tangga dan Por memakan bekalnya. Dia menebak kalau Ja kangen padanya sehingga membuatkan bekal untuknya. Ja beralasan kalau dirinya memasak terlalu banyak dan daripada mubazir, lebih baik diberikan pada orang lain. Por menebak kalau Ja pasti sering membuat sesuatu untuk pacarnya tapi Ja terdiam dan wajahnya menjadi masam. Ja memilih meminum minumannya daripada menjawab pertanyaan Por.

Por kembali bertanya apakah dirinya boleh bertanya sesuatu yang lain dan Ja mengizinkan. Por bertanya apakah Ja punya rencana mencari pacar baru, Ja protes karena Por kembali membahas tentang pacar. Por berdalih bahwa pertanyaan berbeda, bila yang tadi tentang masa lalu dan pertanyaannya sekarang tentang masa depan. Ja menghela nafas dan menjawab kalau dirinya tidak yakin ingin punya pacar lagi. Menurutnya, untuk berbagi mimpi dengan orang lain itu butuh waktu lama, tidak hanya 1-2 hari saja. 

Por berpendapat bahwa tidak ada salahnya memulai sesuatu yang baru bersama orang lain. Tiba-tiba Por mengajak Ja untuk berpacaran, membuat Ja terpana dan dia balik bertanya apakah Por tidak tahu apa artinya trauma? Ja beralasan kalau dirinya hanya menganggap Por sebagai adik jadi tidak mungkin bisa menjadi pasangan. Ja langsung pergi dengan alasan dirinya masih ada tugas. Ja tak sempat melihat raut kecewa di wajah Por.

Malamnya, Por sedang membuat pesawat kertas di teras kamarnya ketika dia melihat Ja berjalan menuju teras sambil melamun. Por bertanya apa ada masalah? Ja menoleh ke arah Por yang berjalan mendekatinya dan berhenti di tembok pembatas. Ja menjawab kalau orang yang dia hubungi tidak masuk kerja. Ja mengalihkan pembicaraan dan bertanya mengapa Por belum tidur padahal sudah malam dan dia besok harus ikut pelatihan. Por menjelaskan bahwa pelatihannya tidak setiap hari. Akhir-akhir ini tugas timnya memasang pipa, menjaga pantai dan menyelam ke dalam laut.

Ja penasaran dan bertanya apakah Por bekerja di Angkatan Laut? Pelatihan kerja apa sampai harus menyelam ke laut? Por tersenyum sambil berbisik bahwa dia tak akan bilang. Ja kesal mendengarnya karena dia benci orang yang misterius. Ja seolah teringat sesuatu dan bertanya apakah Por memang bisa menyelam atau hanya bercanda tapi jawaban Por malah membuat Ja kian kesal. Bukannya menjawab tapi Por malah balik bertanya apakah Ja mau mencintainya bila dia berkata jujur?

Por langsung mundur bersiap menangkis saat Ja kesal dan ingin memukulnya. Ja kembali bertanya apakah Por bisa menyelam. Por menjawab kalau dirinya jujur. Ja kembali memastikan dan Por mengiyakan. Ja tersenyum senang seolah mendapatkan jalan keluar atas masalah yang dihadapinya dan dia ingin Por membantunya.

Ternyata Ja menginginkan Por untuk melakukan presentasi menyelam di dasar laut untuk mencari mutiara. Ja menemui Por dan guru yang akan mengajarinya Bahasa Isyarat. Guru itu memuji kemampuan belajar Por yang cepat tanggap sehingga mereka tak perlu latihan lagi. Ja ingin semuanya berjalan lancar, lagipula dia tak percaya Por bisa semudah itu belajar Bahasa Isyarat.

Ja mengatakan bahwa tugas Por adalah menyelam ke dalam laut untuk mencari mutiara dalam kerang. Kliennya telah menyiapkan kerang itu. Ja ingin Por segera berganti baju dan memulai latihan dan dia akan memberi arahan pada Por melalui headset. Por mengiyakan sambil mempraktekkan kemampuannya, Ja hendak mencubit sambil menegurnya karena bercanda terus dan Por hanya tertawa. 

Por melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan arahan Ja tapi Por melakukan hal di luar skenario yaitu mengungkapkan cintanya pada Ja dengan menggunakan Bahasa Isyarat. Para pengunjung yang melihat kejadian itu ikut terpesona dan bersorak. Hal itu membuat Ja malu, kesal tapi sekaligus senang dan terharu. Zen tampak tidak suka melihat cara Por menunjukkan rasa cintanya dan Ja tampak tersipu malu.

Malamnya, Por sengaja menulis pesan ucapan terima kasih untuk Ja di atas pesawat kertasnya dan menerbangkan ke arah kamar Ja. Pesawat itu kembali dengan tulisan balasan Ja yang berisi kekesalan Ja karena Por sengaja tidak memberitahunya kalau Por bisa Bahasa Isyarat. Por membalas kalau Ja tidak pernah bertanya, Por menjelaskan kalau dia pernah menjadi tenaga sukarela untuk anak-anak cacat.

Ja akhirnya keluar dan bilang kalau dirinya sudah ngantuk dan ingin tidur dulu. Por sengaja berpesan kalau besok dirinya ingin dibuatkan bubur dengan daging parut oleh Ja. Ja hanya tersenyum dan masuk ke dalam kamarnya. Por juga tersenyum senang karena kini Ja semakin baik padanya.

Paginya, Ja sengaja pergi membeli bubur pesanan Por. Dalam perjalanan pulang, Ja tak henti tersenyum sendiri. Pada nenek Por, Ja beralasan kalau dirinya baru dari pasar dan membelikan bubur untuk nenek dan Por. Ja bertanya pada nenek yang sedang melayani pembeli bakpao sambil mengedarkan pandangan mencari Por. 

Nenek menjawab kalau Por sedang sakit dan tadi hanya turun untuk minum obat terus tidur lagi. Nenek meminta Ja yang memberikan buburnya untuk Por. Nenek beralasan kalau dirinya sudah tua dan susah untuk naik turun tangga. Lagipula nenek juga sedang melayani pembeli. Ja mengiyakan dan langsung pergi ke dapur untuk menuang buburnya ke dalam mangkuk.

Nenek tiba-tiba masuk ke dapur dan mengatakan bahwa perempuan sekarang lebih suka pacaran dengan lelaki yang lebih muda darinya. Ja agak kaget mendengarnya. Nenek menjelaskan kalau Jae Nid, tetangganya yang memiliki salon itu memiliki pacar yang usianya lebih muda darinya. Wanita itu curhat pada nenek karena takut pacarnya akan meninggalkannya. Nenek tidak pernah mengalaminya makanya nenek minta pendapat Ja. 

Ja agak bingung tapi akhirnya menjawab kalau mereka saling mencintai ya tidak apa-apa, hanya masalahnya usia yang lebih tua biasanya melakukan sesuatu dengan lebih santai. Nenek heran dan bertanya apakah dirinya juga termasuk santai, Ja menjawab kalau hal itu tidak ada hubungannya dengan nenek. Nenek tampak senang mendengar pendapat Ja dan berniat memberi saran pada tetangganya seperti yang Ja katakan padanya saja. 

Ja hanya tersenyum malu dan buru-buru pergi mengantarkan bubur untuk Por tapi nenek menahannya. Ja agak kesal dan mencoba tersenyum manis saat berbalik. Nenek minta tolong pada Ja karena akhir-akhir ini Por kelihatan aneh, nenek berpikir kalau Por sedang jatuh cinta dengan gadis di sekitar rumahnya. Ja sewot dan berteriak tapi nenek tidak dengar dan Ja mengulanginya dengan pelan bahwa tidak ada gadis yang disukai Por. Ja berbalik dan naik ke kamar Por diiringi tatapan tidak mengerti oleh nenek.

Ja naik tangga dengan pelan karena tertarik melihat beberapa foto Por yang tergantung di dinding. Ja masuk kamar Por sambil tersenyum mencium aroma bubur yang dibawanya tapi Ja langsung menjerit kencang dan berbalik saat melihat Por tak sengaja menyibakkan selimutnya. Por yang tersadar ikutan menjerit sambil berusaha menutupi wajahnya, dia malu dan menyindir Ja yang langsung masuk kamarnya tanpa permisi. 

Ja tetap berbalik dan menjawab kalau dia juga tak tahu bakal melihat hal itu. Ja mengeluh dan menyuruh Por segera mengambil buburnya karena Ja kepanasan. Por berjalan sambil sibuk menutupi dirinya dengan selimut, saat dia mendekat dan hendak mengambil buburnya, Por agak kerepotan dan tak sengaja menjatuhkan selimutnya. Tanpa pikir panjang, Ja spontan menjerit dan menendangnya hingga Por terjatuh.

Por akhirnya memakan buburnya dan Ja duduk menemaninya. Ja masih malu dan berniat mengambil stik PS tapi Por langsung waspada dan menutupi dirinya. Ja hanya tersenyum dan bertanya apakah Por kecanduan main game tapi Por beralasan kalau game perencanaan membantu melatih pikirannya. 

Por menghabiskan buburnya dan memuji bubur buatan Ja sangat enak. Dia bertanya Ja bangun jam berapa untuk memasak buburnya. Ja tersenyum dan bilang hanya butuh waktu sebentar karena dia hanya memesan pada Bibi Sim dan langsung dibuatkan. Lagipula harganya juga murah, cuma 30 sen. Por pura-pura kecewa mendengarnya tapi Ja balas meledek bahwa walaupun beli tapi Por menghabiskan buburnya. 

Ja merasa bersalah melihat keadaan Por dan dia minta maaf karena kemarin Por terlalu lama berada di dalam air hingga akhirnya Por menjadi sakit. Ja meraba dahi Por dan dia senang Por sudah tidak demam lagi. Por hanya tersenyum senang saat Ja meraba dahinya dengan lembut. 

Ja menjadi salah tingkah karena Por terus memandanginya sambil tersenyum. Por mendekatkan wajahnya seolah ingin mencium, Ja spontan mundur tapi Por beralasan ada sesuatu di bulu mata Ja. Ja masih diam tapi Por akhirnya mundur dan tertawa, dia bilang hanya bercanda membuat Ja kesal dan menjitak kepala Por. Por tertawa senang sementara Ja gelisah sambil memegang dadanya yang masih berdebar kencang akibat keisengan Por.

Por merajuk, kalau dirinya sudah sembuh, dia minta diajak ke suatu tempat sebagai hukuman tapi Ja menolak dan Por terus merajuk. Ja tetap pada pendiriannya. Por pura-pura kepalanya sakit. Ja kembali memukulnya dengan gemas sambil tersenyum.

Keempat sahabat Ja sudah menunggu sambil ngobrol. Yui menceritakan kedekatan Ja dengan Por karena Por pernah membantu Ja saat event dengan kliennya Yui yang bernama Marco. Ba kembali mengibaratkan bila dirinya sebagai Ja, dia tidak akan melepaskan Por. Yai membela Ja, seharusnya Por yang mengejar bukan Ja. Ba kembali beralasan kalau Ja harus bergerak cepat daripada melepaskan Por dan menunggu yang tidak pasti seperti Nop. Zee menyindir Ba yang selalu ngiler bila membicarakan tentang Por.

Tiba-tiba Ja muncul dan menegur mereka yang pastinya sedang membicarakan dirinya. Keempat sahabat Ja heran dan langsung menyindir gaya berpakaian Ja yang seperti anak muda tapi Ja beralasan kalau semua bajunya belum kering dan dia terpaksa memakai baju lama yang masih muat. Yui mengingatkan, mereka tidak membahas bajunya tapi pita rambut Ja yang sangat manis. Ja langsung mencopotnya dengan setengah hati. Yai membahas soal Ja yang mengenakan kaos kaki padahal hari ini cukup panas. Ja kembali salah tingkah dan Yui membantunya dengan mengatakan bahwa mereka tak ingin Ja kedinginan. 

Ba bertanya tentang Por dan tiba-tiba Por muncul sambil mengucapkan salam. Mereka semua saling tersenyum sambil berbisik sementara Ja hanya bisa uring-uringan melihat tingkah para sahabatnya dan Por hanya tersenyum. Ba meledek Ja yang menjadi salah tingkah saat Por datang. Mereka meminta Por ikut duduk dan bergabung bersama mereka.

Mereka semua duduk bersama pasangan masing-masing dan memberi semangat pada Ja dan Por yang menari dengan kompak. Akhirnya semua ikut bergabung dan menari bersama dengan semampunya. Ba yang sedang hamil besar juga tak mau kalah dengan temannya, dia bergerak kesana kemari seolah tak pernah lelah. Begitu pula dengan Ja dan Por.  

Ja mengeluh capek saat mereka sudah pulang dan duduk di kursi taman sambil memukul dan memijit kakinya sendiri. Por menyindir Ja yang kelebihan tenaga tapi Ja beralasan kalau dirinya tidak mau kalah dari Por. Por berinisiatif membantu memijit, awalnya Ja enggan tapi kemudian malah menyodorkan kakinya pada Por tanpa rasa sungkan. Por mulai memijit sambil tersenyum memandangi Ja.

Ja tidak suka Por terus memandanginya sambil tersenyum. Ja mulai sensitif dan mengatakan kalau dirinya memang sudah tua makanya mudah capek. Por mulai bicara serius kalau dia tidak pernah berpikir seperti itu. Baginya, Ja adalah orang yang spesial dan dia tidak memandang umur. Por ingin Ja juga memiliki pikiran yang sama dengannya. Ja hanya bisa terdiam dan mengajak pulang. Por mengulurkan tangan dan ingin mereka pulang sambil bergandengan tangan. Ja tersenyum dan menyambut tangan Por.

Mereka berjalan sambil bergandengan dan sesekali saling melempar senyum. Mereka bertemu dengan Dong yang sedang bermain breakdance bersama teman-temannya. Dong menyapa dan menghampiri Por. Dia mengira Por berjalan bersama pacarnya tapi ternyata bersama Ja. Por malah sengaja bertanya bagaimana kalau Ja ini pacarnya? Dong berbisik dan bertanya apakah Por sudah berpikir matang karena menurutnya Ja sudah tua.

Mendengar bisikan itu Ja langsung sewot dan ingin melepaskan tangannya dari genggaman Por. Semula Por tak mau melepaskannya tapi Ja terus menghentakkan tangannya hingga akhirnya Por melepaskan tangannya. Ja pergi meninggalkan mereka dengan raut marah yang tergambar jelas di wajahnya. Dong bingung dan bertanya apakah dia salah? Tapi Por malah menendangnya sambil mengancamnya sebelum berlari mengejar Ja yang marah.

Por berusaha menarik tangan Ja tapi Ja menepisnya. Por memanggilnya untuk mengajak bicara tapi Ja kian kesal karena Por hanya menyebut namanya padahal dirinya lebih tua. Por menuduh Ja pengecut karena tadi melepaskan tangannya. Ja berusaha meyakinkan bahwa mereka tidak cocok bahkan Dong saja meragukan hubungan mereka. Por mulai kesal karena Ja selalu beralasan bahwa mereka tidak cocok. Por bertanya orang seperti apa yang cocok untuk Ja? Ja menjawab kalau Por bukan untuknya dan Por tidak akan bisa mengerti dirinya karena Por masih bocah. Ja kemudian pergi meninggalkan Por. 

Por marah karena Ja selalu menganggapnya masih bocah dan anak kecil. Dia bertanya apakah dia salah kalau umurnya lebih muda daripada Ja? Apakah anak-anak tak punya hati? Apakah anak-anak tak mampu mencintai orang lain? Ja tak menjawab pertanyaan Por dan tetap pergi. Akhirnya Por mengikuti Ja pulang dan mereka berjalan beriringan. 

Ja kaget saat melihat Nop berdiri menunggu di depan pintu rumahnya. Nop heran melihat Ja berjalan bersama seorang pria dan bertanya pada Ja. Ja menjawab kalau Por hanyalah anak tetangganya. Nop tampak senang dan lega mendengarnya. Por kaget, dia kelihatan patah hati dan ingin menangis. Por meninggalkan mereka dengan kepala menunduk dan tanpa berkata apapun seolah sudah kalah perang. Ja merasa bersalah tapi hanya diam saja.

Por duduk dan teringat pembicaraannya dengan Ja waktu itu. Saat itu Por bertanya bagaimana jika Ja ingin bertemu dengan seseorang tapi Ja tidak tahu orang itu berada dimana. Apa yang akan Ja lakukan? Ja menjawab kalau dia akan menunggu karena dia yakin jika orang itu merindukannya maka orang itu akan kembali. Por kembali bertanya bagimana kalau orang itu tidak pernah kembali? Ja menjawab bila orang itu tahu dimana hatinya berada, dia pasti akan kembali.

Ja melamun padahal Nop duduk di hadapannya dan bertanya apa yang sedang dipikirkan oleh Ja tapi Ja hanya diam. Nop bertanya apakah Ja pernah merindukannya dan tetap membisu. Nop merasa bersalah dan mengatakan bahwa seandainya waktu itu bisa diulang, dia tidak akan mengatakan ingin rehat dari hubungan mereka. Nop membuat pengakuan bahwa saat itu dia tidak dapat menjawab langsung pertanyaan Ja tapi kini dia ingin mengatakan bahwa dirinya sangat mencintai Ja. Nop ingin diberi kesempatan lagi. 

Ja tampak tidak terlalu senang mendengar pengakuan Nop dan dia hanya diam. Nop heran dengan sikap Ja yang tidak seperti biasanya. Di saat Ja bimbang, Por menghubunginya tapi Ja tidak menjawabnya. Por tidak menyerah dan mencoba lagi tapi Ja tetap menolak. Nop melirik sekilas tapi dia hanya diam walaupun sebenarnya dia agak terganggu. Por yang menangis terus mencoba menelepon lagi dan lagi tapi tetap tidak dijawab oleh Ja.

Paginya, Ja berangkat kerja dengan lesu. Ja menunggu kereta sambil diam melamun. Dia juga tampak tidak semangat saat di kereta. Por malah melamun saat instruktur menjelaskan di dalam kelas. Saat berlatih di lapangan, Por juga kelihatan tidak bersemangat. Ja melalui hari-harinya sendirian karena Por sengaja menghindarinya. 

Hari itu Ja memberi makan anjingnya dan kemudian pulang. Dia merebahkan diri sambil melamun. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ternyata dari Ba yang akan melahirkan. Ba meminta semua sahabatnya menemani karena suaminya sedang keluar dan baterei ponselnya drop. Ja bergegas menuju rumah sakit dan disana para sahabat sudah berkumpul.

Ba melahirkan bayi yang lucu dan montok, semua mengaguminya. Yai bertanya mengapa Ja datang sendirian. Ja menjawab kalau akhir-akhir ini dirinya tidak saling bicara dengan Por. Mereka heran dan Zee kembali bertanya. Ja ragu dan menjawab kalau Nop sudah kembali seminggu yang lalu. Mereka kaget dan Ba bertanya apakah Ja baik-baik saja dan Ja menjawab kalau dirinya baik. Seolah bisa mengerti, mereka tidak bertanya lagi dan kembali memperhatikan si bayi.

Ba mengembalikan bayinya di ruang bayi dan mereka semua memandangi si bayi sebelum berjalan meninggalkan ruangan itu. Ja mengatakan kalau Nop ingin memulai semuanya dari awal lagi dan Ja minta pendapat para sahabatnya. Yui terus terang tidak setuju karena Nop bisa mengatakan rehat di saat hubungan mereka sudah 7 tahun bagaimana kalau setelah 10 tahun Nop akan minta rehat lagi? Sedangkan Zee berpendapat bahwa mungkin saja kali ini Nop benar-benar ingin berubah dan Ja harus memberinya kesempatan.

Tiba-tiba Ba berteriak dan beralasan kalau selang infusnya terinjak oleh Zee dan jarumnya lepas padahal Ba sendiri yang melepas jarumnya. Dia merajuk pada suaminya dan si suami langsung bergegas mencari suster. Rupanya itu hanya alasan Ba saja untuk mengusir suaminya. 


Ba ingin mengatakan pada Ja bahwa dirinya harus mencari seseorang yang terbaik, yang mencintainya dan tidak egois. Seseorang yang bisa mendukungnya di saat sulit. Ba menasihati Ja agar menggunakan pikirannya hanya untuk pekerjaan. Ja harus menggunakan perasaannya untuk mengetahui siapa yang Ja inginkan. Biarkan hati Ja yang memutuskan. Semua setuju mendengar saran dari Ba.


Hari terus bergulir dan suatu malam, seperti kebiasaannya, Ja mencari anjingnya dan berniat memberi makan sebelum pulang tapi Ja panik saat melihat anjingnya tergeletak dengan mulut berbusa. Ja hanya bisa menangis melihat anjingnya sekarat. Dia berniat pergi saat Por datang dan melihat keadaan anjing itu.


Por kesal dan memarahi Ja yang tidak menuruti sarannya agar membelikan rantai dan menamai anjingnya agar tidak ada yang menganggu bahkan meracuninya. Por menumpahkan kekesalannya karena Ja hanya menganggap anjing dan dirinya sebagai mainan dan dibuang setelah tidak dibutuhkan. Por kesal karena pada akhirnya Ja hanya menganggapnya sebagai anak konyol tetangga sebelah.


Ja yang masih menangis balik bertanya tentang status Por yang memang hanya sebagai anak tetangga. Por tiba-tiba mendekati dan mencium Ja tapi Ja hanya diam tidak merespon. Ja mendorong tubuh Por dan meminta Por untuk berhenti bermimpi dan melupakan semuanya. Ja akan menganggap semuanya tak pernah terjadi. Ja berbalik dan akan pergi tapi Por menarik tangannya. Por mengakui kalau dia tak mungkin bisa melupakan Ja. Ja agak bingung dan menjawab kalau Por bukan satu-satunya bagi dirinya. 


Por menyindir apakah semua ini karena Nop? Ja beralasan bahwa dirinya sudah tua dan sudah sepantasnya dia memilih pasangan yang cocok dengannya. Por bertanya apakah Ja sudah bertanya pada hatinya sendiri, apakah Ja sudah yakin dengan pilihannya? Ja menangis dan tak bisa menjawab, dia mengusir Por dengan mendorongnya sekuat tenaga. Ja tak ingin bertemu dengan Por lagi kemudian dia bergegas pergi meninggalkan Por. Ja tak melihat bahwa sekali lagi Por menangis untuknya. Por sedih dan menatap anjing yang malang itu, akhirnya dia memutuskan untuk mengubur anjing itu.


Por menemui Zen untuk minum bersama dan curhat. Zen hanya mengatakan bahwa dia sudah pernah memperingatkan Por sebelumnya tapi tidak didengar. Zen menyarankan agar Por mencari yang lain toh Por ganteng jadi pasti mudah mencari pacar tapi Por tidak mau karena sudah terlanjur cinta pada Ja. Zen menyarankan agar Por bisa menerima kenyataan bahwa sekarang Nop telah kembali. Zen mengingatkan agar Por tak terlalu banyak minum. 


Ja pulang kerja dan melemparkan buka dan tasnya di atas meja. Dia duduk lesu sambil melamun tentang saat dia harus merelakan Nop pergi untuk bertugas dalam waktu tidak menentu.  Ja merajuk karena Nop terlalu sering pergi dan mereka tidak seperti sepasang kekasih karena jarang bertemu. Nop hanya minta Ja tidak terlalu banyak berpikir. Ja mencari ponselnya dalam tas dan dia membaca pesan Nop. Nop mengatakan kalau dirinya ada di rumah beberapa hari tapi tidak bisa menemui Ja karena sibuk dan mengajak ketemuan kalau dirinya ada waktu luang. Ja malah menangis saat Nop mengajaknya bertemu besok.


Di tempat lain, Por juga menangis dan Zen menyindirnya. Por mengatakan bahwa Ja tidak pernah memandangnya dengan layaknya dan Zen membalas kalau umur Por kan memang lebih muda. Por tidak mengerti, bukankah justru lebih baik kalau umurnya lebih muda sehingga dia bisa merawat Ja. Dia mengibaratkan 50 tahun dari sekarang usia Ja 81 tahun dan dirinya 74 tahun, artinya dia masih kuat merawat Ja. Zen memuji Por yang masih bisa berhitung padahal sudah mabuk.


Ja makan spagetinya sendirian. Tiba-tiba terdengar suara Por yang memanggilnya sambil mengetuk pintu. Ja enggan membukakan pintu dan hanya mendengarkan di balik pintu. Por ingin berpamitan, besok dia akan ikut pelatihan selama 10 hari dan setelah dia kembali, dia akan menanyakan lagi tentang perasaan Ja padanya. Bila jawaban Ja tetap sama maka dia tidak akan kembali lagi. Ja bimbang dan menangis saat mendengar Por mengatakan mencintainya 2x.


Paginya Ja berpapasan dengan Por yang akan pergi pelatihan. Ja merasa tidak enak dan ingin mengatakan sesuatu, Por mendekat dan menunggu tapi bel mobil Nop membuyarkan pandangan mereka. Mereka menoleh ketika Nop membuka jendela mobilnya dan melihat ke arah mereka dengan tatapan curiga. Ja langsung pergi meninggalkan Por yang kembali merasa diabaikan. Ja mengintip Por dari kaca spion dan Nop merasa tidak suka tapi hanya diam saja.


Ja mengajak Nop melihat rumah yang mereka beli bersama, Ja mengusulkan agar mereka menjualnya karena membiarkan rumah tidak terawat juga tidak baik. Nop agak keberatan tapi Ja menantang Nop, bila tidak setuju rumahnya dijual maka mereka harus menikah. Ja menentukan tanggal 5 bulan ini jam 11 siang, Nop harus datang ke suatu tempat bila memang ingin menikah dengannya. Nop tidak menjawab apapun dan hanya diam sambil berpikir.


Sementara itu, Por dan timnya menjalani pelatihan terakhirnya selama 10 hari dengan lancar. Instrukturnya memberi libur untuk bertemu orangtua, keluarga atau kekasih dan mereka harus kembali untuk melapor setelah 10 hari.  


Ja dan Zen menyelenggarakan perayaan tahun ke-5 "Love in The Sky" bertema pernikahan untuk klien teman Yai. Ja berpesan pada semua staffnya agar bekerja dengan baik. Ja memperingatkan Zen agar memutar musik yang sudah ditentukan dan Zen dilarang memutar musik pilihannya sendiri. Zen tersenyum mengiyakan.


Zen berperan sebagai DJ merangkap MC. Zen mengundang semua calon mempelai atau pasangan yang ingin bernostalgia untuk datang bergabung dan mencoba semua spot foto yang dirasa menarik. Atau pasangan yang ingin mencoba rasanya menjadi pengantin juga boleh bergabung secara gratis di acara perayaan 5 tahun "Love in The Sky".


Ja sedang berharap cemas menunggu kedatangan Nop karena sudah jam 11. Tiba-tiba Yai mengabarkan kalau ada sesuatu yang mungkin menganggu Ja. Ja kaget tapi Yai memastikan bahwa acaranya sempurna tapi ada seseorang yang ingin berfoto bersama Ja sebagai pasangan pengantin. Ja mengedarkan pandangan dan tersenyum senang karena mengira Nop yang datang tapi ternyata Por yang muncul.


Ja terpaksa memenuhi permintaan Por. Ja hanya diam dan agak cemberut tapi Nop selalu jahil dan ingin memeluk dan menggodanya hingga Ja merasa kesal, bahkan dia sempat menjitak Por karena ingin menciumnya. Por menyindir bila kelak Ja menikah maka dia akan memajang foto ini di pesta pernikahan Ja sebagai tanda bahwa Ja pernah menikah palsu. Ja kesal dan menganggapnya tidak lucu sementara Por hanya cemberut.


Fotografernya menyarankan Por untuk memeluk Ja dari belakang dan tersenyum ke arah kamera. Tentu saja Por senang mendapat arahan itu dan segera melakukannya dan Ja terpaksa menurut. Por tersenyum menang dan kembali menyindir bahwa detak jantung Ja sangat cepat. Por mengakui kalau dirinya merasa hal yang sama ketika dekat dengan Ja. Ja merasa risih dan langsung pergi setelah fotografernya mengizinkan.


Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang ketika Nop datang dan mencari Ja. Dia bertemu Yai dan bertanya tentang Ja. Yai mengedarkan pandangan dan akhirnya melihat Ja yang berjalan cepat seolah ingin menghindari sesuatu. Ja kaget melihat Nop dan mereka mencari tempat untuk berbicara.


Nop tidak suka dengan cara Ja mengujinya tentang pernikahan. Ja mengakui dan ternyata Nop tidak datang. Nop minta maaf bila ada perbuatannya yang menyakiti Ja tapi maksud kedatangannya adalah untuk menegaskan bahwa dirinya belum siap menikah. Nop beralasan dirinya masih ingin berkarir, senang melihat tempat baru dan bertemu dengan orang baru juga. Ja langsung memotong dan menyambung dengan kata "bertemu dengan wanita baru". Nop tidak bisa menjawab dan terdiam hanya menunduk. 


Nop minta maaf karena sudah membuat Ja menderita dan Ja berterimakasih karena Nop sudah mau jujur. Mereka sepakat untuk tetap berteman dan Ja tidak keberatan saat Nop ingin memeluknya bahkan Ja balas memeluk Nop. Ada rasa lega terpancar di wajah Ja sehingga dia menerima perpisahan mereka dengan senyum tulus. Ja tidak menyadari bahwa Por tak sengaja melihatnya berpelukan dengan Nop. Por yang melihat pemandangan itu kembali patah hati karena mengira mereka berbaikan lagi.


Ja sedang duduk melamun ketika Por datang dan menyapanya. Ja kaget karena Por selalu ada dimanapun dia berada. Ja minta Por tidak menganggunya tapi Por tidak berniat membuat masalah untuk Ja. Dia datang untuk berpamitan karena lusa dia akan pergi. Dia minta Ja mengabulkan permintaannya dan Ja tidak keberatan asal dirinya mampu. Por minta Ja mengantarkannya menuju tempat kerjanya yang baru. Ja protes karena dia merasa bukan pengawal bagi Nop. Nop merajuk dan beralasan kalau ini untuk yang terakhir kalinya. 


Paginya Ja setuju mengantarkan Por. Ja sedang menutup pintu rumahnya saat Por berpamitan pada neneknya. Por banyak memberi nasihat pada neneknya agar menjaga diri sendiri, tak lupa minum obat, dll. Nenek hanya tersenyum mengiyakan. Zen datang dan meminjami mereka mobil. Por minta agar Zen bersedia menjaga neneknya dan Zen tentu tak keberatan. Por dan Ja akhirnya pergi.


Mereka menuju bukit yang ada di dekat pantai. Ja tidak mengira kalau kantor Por akan sejauh itu tapi Por mengatakan kalau kantornya masih jauh, ada di tengah laut. Por berpesan kalau Ja merindukannya, Ja bisa datang ke tempat ini. Ja bertanya bagaimana Por bisa ke kantornya dan Por menjawab kalau akan ada seseorang yang menjemputnya.


Por kembali mengatakan bahwa dia akan pergi dalam waktu yang lama dan bertanya apakah ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Ja untuknya? Ja hanya diam dan memandangi Por. Por mengutip data yang menyebutkan bahwa pria meninggal 7 tahun lebih cepat daripada wanita dan bila mereka menikah maka mereka akan meninggal dalam waktu yang tidak terlalu jauh sehingga tidak ada yang bersedih. Ja mencoba bertahan dan mengatakan bahwa dirinya tidak tertarik. 


Por minta Ja untuk bersabar dan dia tidak ingin Ja memandangnya wajah dan tubuhnya tapi Ja harus melihat ke dalam hatinya. Por minta Ja mempercayai bahwa dirinya adalah orang istimewa bagi Ja. Por sekali lagi meminta Ja untuk bersedia menjadi pacarnya tapi Ja hanya bilang maaf. Sekali lagi, Por dibuat kecewa oleh keputusan Ja dan itu membuatnya sedih.


Ponsel Por berbunyi, rupanya tumpangan Por sudah datang dan Por pamit. Por mulai melangkah meninggalkan Ja tapi Ja kemudian memanggilnya dan mereka berpelukan hangat. Ja tidak mengatakan apapun, hanya ucapan terimakasih atas perhatian Por selama ini. Por menghapus airmata Ja dan berjalan menuju heli yang sudah menunggunya. Ja kembali menangis ketika heli itu terbang dan mulai menghilang dari pandangan.


Hari terus berlalu tanpa terasa, Ja kembali merayakan ulangtahunnya yang ke-32. Keempat sahabatnya dan Zen telah menyiapkan kejutan untuknya. Ja protes karena acaranya dilakukan di restoran mahal padahal bisa dirayakan di rumah saja. Mereka beralasan kalau tiap tahun harus ganti suasana agar tidak bosan. Lagipula semuanya gratis bagi Ja karena ditraktir.


Ja berdoa sebelum meniup lilinnya. Ja meringis saat melihat lilin dengan angka 32. Zee mengatakan kalau tahun lalu ada Por tapi sekarang tidak ada. Yai bertanya sendiri entah dimana Por sekarang. Zen bertanya apakah Ja tidak tahu kalau Por sudah pulang beberapa hari yang lalu. Ja tampak kaget dan bilang tidak tahu kalau Por sudah pulang. 


Yui menyindir apakah Por punya amnesia sehingga tidak ingat tentang Ja. Ba ikut menyindir usia Por yang masih muda makanya main terus kerjanya tapi kalau sudah bosan maka akan pergi begitu saja. Ja hanya diam menunduk. Yui menegur Ba dan Zen mengingatkan Ba agar tidak terus mengomel tentang Por karena Ja sudah lama melupakan Por dan Ja hanya tersenyum masam untuk menutupi hatinya yang gundah.


Ja sengaja berdiri di beranda dan mencoba mengintip kamar Por yang terletak di sebelah kamarnya. Ja melihat lampu kamar Por masih menyala. Ja berusaha lebih mendekat tapi muncul bayangan sekilas dan kemudian lampu kamar Por dimatikan. Ja hanya mendesah kecewa. Mungkin Ja berharap Por akan muncul dan menggoda dirinya seperti yang pernah dilakukan Por dulu.


Paginya, Ja duduk di dapur tapi pikirannya tidak tenang. Dia seolah mendengar suara Por yang berpamitan pada neneknya. Ja penasaran dan membuka pintunya sedikit kemudian mengintip. Ja melihat Por hendak pergi dan berpamitan pada neneknya. Ja sedih dan menutup kembali pintu rumahnya.


Ja galau dan kembali duduk sambil melamun. Tiba-tiba terdengar suara pesan masuk dalam tabletnya. Ja membuka tabletnya dan ternyata ada pesan video dari Por yang mengucapkan selamat ulang tahun. Por mengatakan bahwa usia Ja sekarang 32 tahun dan tambah dewasa. Por meralat dan mengatakan bahwa kini Ja semakin cantik. Ja tersenyum mendengar candaan Por. Por berjanji mulai sekarang tak akan bercanda lagi.


Por ingin bertanya apakah sekarang dirinya masih belum bisa menjadi pacar Ja? Muncul item pilihan yaitu ya atau tidak. Por tak memaksa bila ja masih belum bisa memberi jawaban karena dia masih punya pertanyaan lain. Por ingin tahu apakah Ja tidak penasaran mengapa Por tak mempermasalahkan perbedaan usia mereka. Por bersedia mengungkapkan suatu rahasia pada Ja.


Ja jadi terharu saat Por mengungkapkan bahwa ternyata dulu mereka pernah tidak sengaja bertemu ketika usia Ja 24 tahun dan Por masih 17 tahun, mereka pernah menjadi relawan di tempat yang sama. 


Sejak itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Mereka kembali bertemu saat Por tidak sengaja melihat pesta ulang tahun Ja yang ke-30 dan kini ternyata mereka bertetangga. Por mengaku tidak tahu mengapa tapi dia bisa langsung jatuh cinta pada Ja ketika melihat Ja menari sambil tersenyum.


Por mengingatkan saat dia pertama kali menyatakan cinta pada Ja tapi Ja menolaknya. Yang kedua saat dirinya berada di kolam, dia tahu bahwa Ja tersipu malu melihat caranya menyatakan cinta. Por menunjukkan foto saat mereka "menikah", itu adalah saat yang terindah bagi Por. 


Ada saat dimana hatinya sangat terluka ketika Ja menolaknya dengan alasan masih kecil. Por selalu berharap bahwa suatu saat Ja akan mengatakan "ya" padanya tapi Ja tidak pernah mengatakan apapun padanya. Walaupun Ja tidak pernah menjawabnya, Por tidak keberatan menunggunya. Waktu tidak penting bagi Por karena waktunya sudah berhenti berputar sejak 7 tahun yang lalu sejak pertama kali melihat Ja. Por menyadari bahwa mungkin waktu Ja akan terus berputar tanpa dirinya. Jika memang jawaban Ja masih tetap sama maka dia akan...


Tiba-tiba videonya berhenti berputar dan Ja bingung karena tidak tahu apa yang akan dikatakan Por selanjutnya. Ja teringat saran Ba yang mengatakan bahwa dalam masalah cinta, Ja harus menggunakan hati untuk menemukan jawabannya. Ja kembali mengingat saat pertemuan dan ketika bersama Por. Por pernah mengatakan bahwa jantung Ja berdetak cukup kencang saat bersamanya dan Por mengakui bahwa dirinya juga merasakan hal yang sama seperti Ja. Ketika Por minta izin untuk berjalan bersama sambil bergandengan tangan, Por mengatakan bahwa saat mereka bergandengan tangan maka dunia mereka akan sama. 


Ja tidak mampu lagi menahan diri, dia segera berlari menyusul Por. Ja berlari sekuat tenaga. Por sedang menunggu di pinggir jalan ketika Ja memanggilnya dengan nafas terengah. Por melihat jam di tangannya dan kemudian berjalan menghampiri Ja. Dia bertanya apakah Ja menyusulnya hanya untuk menolaknya lagi? Ja bertanya mengapa Por tidak pernah cerita sebelumnya. Kalau Ja bukan untuk Por, apa yang akan Por katakan? 


Por diam sejenak dan mengatakan bahwa dia akan menjawab dirinya akan memulai semuanya dari awal lagi. Ja tersenyum dan menjawab bagaimana kalau dirinya mengatakan bahwa Por memang untuknya? Por tidak dapat menutupi perasaannya, dia langsung memeluk Ja dengan erat. 


Por berjanji akan meninggalkan hatinya untuk Ja dan pergi bekerja. Por minta Ja agar tidak takut bila dia akan meninggalkan Ja. Ja balas mengatakan bahwa dia sudah pernah mengalaminya jadi sudah tidak takut lagi. Por senang dan kembali memeluk Ja. Akhirnya Por pamit karena taksinya sudah menunggu. Baru beberapa langkah Por sudah berbalik dan kembali memeluk Ja. Ja tersenyum dan mendorong Por untuk segera pergi. 


Por menurut dan mengambil kedua tasnya tapi dia malah mencium kedua pipi Ja sambil tersenyum senang. Ja balas tersenyum sambil memintanya segera pergi. Por berjalan mundur dan terus melambaikan tangan ke arah Ja hingga dia hampir terjatuh. Ja hanya tertawa melihatnya. Ja terus melambaikan tangannya hingga taksi itu menghilang dari pandangan.

Adegan favoritku :


Secara naluriah, seorang wanita pasti tak ingin memiliki saingan dihadapan seorang pria (walaupun usia pria itu jauh lebih muda darinya, walaupun "katanya" si wanita tak tertarik pada pria itu dan menganggapnya hanya sebagai anak kecil tetangga sebelah). Ja menjadi sewot dan kesal saat bertemu dengan Gip, gadis cantik yang masih muda, bermata bulat indah dan sebaya dengan Por. Apalagi saat berkenalan, Gip sengaja menekankan kata "kakak" yang artinya Gip ingin mengingatkan Ja bahwa Por tak cocok untuknya.

Ja kian kesal saat melihat bunga segar yang baru dibelinya dengan bunga layu yang ada di kamarnya. Ja seolah melihat dirinya sebagai bunga layu yang siap dibuang dan tanpa ampun Ja membuang bunga layu itu. Bukannya puas, Ja malah tambah sewot saat akan menata bunga segar itu dalam vas. Ja melampiaskan kekesalannya dengan membuang bunga segar itu tapi kemudian berubah pikiran dan mengambilnya kembali dengan setengah hati.


Pertentangan batin Ja sungguh alami, Ja menyadari kalau dirinya memang sudah dewasa tapi dia juga tak rela bila diasumsikan sebagai bunga layu yang layak untuk dibuang dan diganti dengan bunga baru yang masih segar dan wangi. Aku tak henti tertawa saat Ja memelototi bunga segar seolah bunga itu adalah musuhnya.

Hikmah yang bisa diambil dari film ini :

Ternyata usia memang menjadi aturan yang tidak tertulis bagi wanita untuk mencintai seorang pria, maksudnya berkembang kriteria khusus yang harus dipatuhi bahwa usia pria "harus" lebih tua daripada wanita atau usia mereka sebaya bila wanita ingin mencintai seorang pria. 

Masyarakat masih merasa aneh bila usia wanita lebih tua daripada si pria padahal usia tidak bisa menjamin kedewasaan seseorang. Bisa saja pria itu usianya lebih tua tapi tingkahnya masih seperti ABG atau pria itu usianya masih muda tapi sudah memiliki pemikiran yang dewasa dan mandiri seperti Por (tokoh utama pria dalam film ini).

Memang sih, menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda membutuhkan kesabaran ekstra, seperti yang dialami oleh Ja, dia tersinggung saat mendengar Dong mengatakan bahwa Por tak cocok dengannya karena Ja sudah tua (Ga salah sih, usia Ja dan Por terpaut 7 tahun, lumayan jauh. Ibaratnya, Ja sudah sekolah SD dan Por masih bayi merah). 

Tapi cinta itu kan ga punya mata, mengapa pusing dengan omongan orang? Asal sama-sama single, saling mencintai dan tidak merugikan orang lain ya jalani saja. Toh ada beberapa contoh artis wanita yang menikah dengan pria yang lebih muda tapi dengan berjalannya waktu justru si wanita masih kelihatan awet muda sedangkan si pria kelihatan lebih tua dari usianya. 

Komentarku :

Film ini sangat cocok untuk para wanita yang sedang bimbang untuk menerima cinta pada pria yang usianya lebih muda darinya. Usia memang suatu hal yang sensitif bagi kaum wanita, mereka akan merasa risih bila ada seseorang yang menanyakan berapa usianya, apalagi bila dikaitkan dengan urusan percintaan. Wanita akan cenderung memilih pasangan yang usianya sebaya atau lebih tua tapi cinta kan tidak memandang usia seseorang. 

Ini seperti yang dialami oleh Ja, dia wanita karir yang cantik dan sukses, memiliki pacar tampan yang berprofesi sebagai pilot tapi nyatanya dia tidak merasa bahagia. Ja sudah berpacaran selama 7 tahun tapi pacarnya masih enggan mengajaknya menikah padahal keempat sahabat Ja sudah menikah. Ja memang memiliki pacar tapi jarang bertemu dengannya dan lebih sering melakukan apapun sendirian (rasanya seperti masih single saja).

Di saat Ja sedang galau, muncullah Por, pria yang usianya 7 tahun lebih muda dan secara terus terang menyatakan cinta pada Ja. Ja kian bingung, pacar yang diharapkannya tidak pernah ada untuk memberinya perhatian sementara Por selalu ada untuknya terutama saat Ja dalam masalah. Ja mencoba bertahan dan terus menolak tapi para sahabat malah mendukung bila dia bersama Por, akhirnya Ja luluh dan belajar menerima Por. Rintangan pertama muncul saat ada pemuda yang meragukan hubungan mereka karena dia menganggap Ja terlalu tua untuk Por. 

Ja marah dan kembali menolak Por tapi Por malah menuduh Ja sebagai pengecut karena tidak berani menghadapi kenyataan bersamanya. Ja tentu saja tersinggung dibilang tua walaupun sebenarnya dia memang lebih tua daripada Por. Hubungan mereka kian renggang saat pacar Ja kembali dan Ja memilih jalur aman yaitu kembali bersama pacarnya. Por patah hati dan menghindari Ja padahal mereka bertetangga. Baik Ja maupun Por tidak merasa bahagia dengan keputusan yang mereka ambil.

Ja minta saran dari para sahabatnya dan mereka umumnya menyarankan agar Ja lebih menggunakan perasaan untuk menentukan siapa pilihan hati Ja yang sebenarnya. Ketika Ja mulai menyadari perasaannya, Por malah menjauh dan tidak menemuinya bahkan untuk mengucapkan selamat ulang tahun sekalipun. Ja sedih dan mengira Por telah melupakannya tapi nyatanya Por tidak pernah melupakannya. Por mengiriminya video berupa ucapan selamat ulang tahun dan menunjukkan sebuah rahasia. Ternyata dulu Ja dan Por pernah menjadi relawan di tempat yang sama, saat itu Por masih berusia 17 tahun dan Ja 24 tahun tapi tidak saling mengenal. 

Sejak menjadi relawan itu Por tidak pernah lagi bertemu dengan Ja, tapi kalau jodoh tidak akan lari kemana. 7 tahun kemudian Por bertemu lagi dengan Ja dan bahkan ternyata mereka sebenarnya bertetangga. Kisah ini berakhir bahagia karena pada akhirnya Ja menyadari bahwa dia lebih membutuhkan Por yang tulus dan serius mencintainya walaupun usianya lebih muda tapi Por sanggup memberikan perhatian lebih untuk Ja.

Note :


Jangan remehkan koleksi foto-foto lama yang ada di album foto, cobalah diperiksa lagi. Siapa tahu ada sosok lain yang tertangkap kamera dan dia itu sebenarnya jodoh yang belum menemukan jalan untuk bertemu dengan pasangannya. hehehe...


Review Film Menarik Lainnya

0 comments:

Post a Comment