Apakah kamu punya kakak laki-laki dan temannya sering main ke rumah? Apakah kamu pernah merasakan suka pada salah satu teman kakakmu karena dia cakep atau apalah namanya? Kalau iya, rasanya tak salah bila kamu nonton film Jepang yang berjudul My Brother's Friend (兄友 : Anitomo). Film tahun 2018 ini bergenre komedi romantis dan diadaptasi dari manga (komik) dengan judul yang sama karya Modomu Akagawara tahun 2015.
Film ini cukup ringan tapi cukup menghibur walaupun ada yang berkomentar bila film ini terlalu norak dan mengada-ada. Bercerita tentang Mai yang diam-diam menyukai Sota yang sering main ke rumah untuk bertemu kakaknya. Bagi aku sendiri, setelah nonton film membuatku teringat kenangan indah masa kecilku dulu.
Para pemain :
Ryusei Yokohama sebagai Sota Nishino
Risaki Matsukaze sebagai Mai Nanase
Koudai Matsuoka sebagai Itsuki Kaga
Tsuyoshi Furukawa sebagai Yukihiro Nanase
Karin Ono sebagai Aki Nishino
Jun Fukuyama sebagai Tachibana Yonosuke
Sinopsis lengkap :
Mai bergegas pulang saat merasakan rintik hujan mulai turun. Sesampainya di rumah, dia segera mengemasi jemuran agar tak kehujanan. Mai dengan cekatan menyiapkan makan siang, ketika sedang memasak dia mendengar suara kakaknya yang minta diambilkan handuk karena kehujanan. Mai menegur kakaknya sambil membawakan handuk tapi dia langsung terkejut melihat Sota begitu pula dengan Sota. Keduanya saling memandang dengan mata terbelalak dan mulut terbuka.
Yuki meledek adiknya yang hanya bengong sambil merebut handuk dari tangan Mai. Yuki memperkenalkan adiknya pada Sota dan mereka berkenalan tapi Sota tak tahu nama depan Mai. Yuki hendak masuk dan dia sengaja menyindir Mai yang bau acar. Mai malu dan bergegas masuk untuk meneruskan memasak.
Kini Mai sudah berada di kamarnya sedangkan Sota ngobrol sambil mengerjakan tugas di kamar Yuki. Kamar Mai dan Yuki bersebelahan dan dinding kamar mereka sangat tipis sehingga Mai bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Mai jadi tak bisa konsen melipat kainnya saat mendengar Sota memujinya sedangkan Yuki sengaja menyindir Mai itu seperti tipe pembantu. Mai kesal karena dia yakin kakaknya sengaja mengeraskan suaranya agar dia bisa mendengarnya.
Mai menyiapkan makan siang untuk keduanya sebelum dirinya pergi. Mai sedikit tak percaya dengan apa yang didengarnya, bahwa Sota memujinya. Dia mencoba menghibur diri sambil membatin bahwa Sota hanya berbasa-basi saja. Mai agak kasihan melihat sepatu Sota yang basah, dia kembali masuk rumah dan mengambil koran bekas untuk menyerap air agar sepatu Sota tidak lembab.
Sota jelas kaget saat hendak pulang melihat sepatunya penuh dengan gumpalan koran. Yuki menerangkan bila itu ulah adiknya agar sepatu Sota tidak lembab. Sota kian kagum tapi Yukihiro kembali menyindir bila adiknya bertingkah seperti ibu rumah tangga.
Di sekolah, Mai ngobrol dengan kedua temannya. Mai sedikit iri saat salah satu dari mereka mengaku sudah punya pacar karena pacarnya sering menyebutnya imut. Mai pulang sambil terus memikirkan Sota yang juga suka menyebutnya imut, dia berpikir seandainya Sota juga menjadi pacarnya.
Mai pulang dan dia kaget saat membuka pintu rumah melihat Sota hanya berdiri termenung. Sota tak kalah kaget melihat Mai sudah pulang, dia beralasan ingin menemui Yuki. Mai mempersilahkan Sota masuk. Ketika hendak masuk kamar Yuki, Sota ingin bertanya tentang nama Mai tapi dia terlalu gugup dan malah bertanya tentang letak toilet.
Sota mengeluh pada Yuki dan Yuki balik meledek Sota yang sampai kini tak tahu nama adiknya karena tak berani bertanya. Sota merajuk agar Yuki mau memberitahunya tapi Yuki menolak karena dia senang melihat sahabatnya galau. Mai tak bisa konsen belajar karena mendengar pembicaraan mereka apalagi saat kakaknya meledek Sota, hal itu membuat Mai malu.
Sota kembali datang sambil membawa sekotak kue. Mai yang membukakan pintu kembali menjadi gugup. Sota berbasa-basi dengan mengatakan minta maaf karena setiap hari datang tapi Mai tak keberatan. Sota menyerahkan kotak kue pada Mai tapi dia menjadi gugup ketika tangan Mai menyentuh tangannya sehingga kotak kue itu jatuh. Keduanya kikuk dan berniat mengambil kotak itu tapi lagi-lagi mereka panik saat tangannya kembali bersentuhan. Mai berinisiatif mengambil kotak itu dan berlari masuk.
Pulang sekolah, Mai kembali memikirkan Sota. Dia terus melamun hingga tak sengaja menginjak bola golf hingga dia terjatuh dan salah satu sepatunya terbang entah kemana. Mai kesakitan tapi dia menjadi malu ketika ada 2 siswa SMA yang meledeknya. Mai menunduk dan dia kaget saat ada seseorang yang mengulurkan tangan padanya. Mai mendongak dan ternyata Sota. Sota membantunya mencarikan sepatunya dan hal itu membuat Mai kian terpesona.
Suatu hari, Sota tak sengaja melihat Mai bersama seseorang yang kelihatannya sangat akrab, Mai bahkan tak keberatan dipeluk olehnya. Sota merasa patah hati dan mengadu pada Yuki. Yuki beranggapan sudah waktunya dan wajar bila adiknya punya pacar. Yuki balik bertanya apakah Sota rela bila Mai memang telah punya pacar? Mai yang sengaja menguping jadi bingung sendiri, dia ingin menjelaskan bila dirinya masih jomblo tapi tak berani karena takut dianggap menguping. Mai kaget saat Yuki membuka kamarnya dan memintanya keluar.
Yuki meminta Sota pergi ke cafe anjing yang sering dikunjunginya karena di sana ada anjing yang disukainya. Sota harus merekam anjing itu dan Mai yang bertugas mengantar Sota ke sana. Sota keberatan tapi dia langsung pergi bersama Mai setelah Yuki membentak keduanya dengan alasan sedang sibuk membuat anggaran OSIS sehingga tak mau diganggu. Rupanya Yuki sengaja melakukannya agar Sota bisa lebih dekat dengan adiknya.
Mereka tiba di kedai dan disambut oleh Tachibana, si manajer kedai dengan ramah. Tachibana menjelaskan secara singkat tentang kedai itu pada Sota yang baru pertama kali datang berkunjung. Tachibana menunjukkan meja untuk mereka dan saat Tachibana bermain dengan anjingnya, Mai menunjukkan anjing yang disukai kakaknya pada Sota.
Sota kelihatannya juga menyukai anjing itu, dia langsung merekam sesuai perintah Yuki. Tachibana muncul sambil membawakan makanan, dia mengatakan kalau Sota cocok untuk Mai tapi Mai mengelak. Mai hanya tersenyum mengangguk ketika Tachibana menebak bila sebenarnya Mai menginginkan Sota menjadi pacarnya.
Dalam perjalanan pulang, Mai menunjukkan foto yang sudah diambilnya pada Sota. Mai ingin kakaknya senang. Sota bertanya tentang gantungan ponsel miliknya dan Mai mengaku bila itu hadiah ulang tahun dari Yuki ketika dia berusia 6 tahun. Mereka tertawa bersama dan Sota teringat dengan kata-kata Yuki.
Sota ingin mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba ada pengendara sepeda yang hendak menabrak Mai sehingga Sota buru-buru memeluk Mai untuk melindunginya. Sota langsung melepaskan pelukannya dan sedikit menjauh sambil minta maaf pada Mai. Mai hanya menggeleng dan dia memuji kebaikan Sota.
Sota kian salah tingkah, dia ingin mengatakan sesuatu tapi masih ragu. Mai hanya diam menunggu. Sota memberanikan diri menyatakan suka dan Mai langsung mencengkeram tasnya dengan erat. Sota galau melihat sikap Mai, dia memastikan bila dia tetap menyukai Mai walaupun Mai sudah punya pacar. Mai mengaku bila dirinya masih jomblo dan dia juga menyukai Sota.
Sota jelas kaget tapi sekaligus senang. Dia tersenyum lega begitu pula dengan Mai. Sota maju selangkah dan ingin memegang tangan Mai tapi ada beberapa bocah yang menyorakinya. Sota menjadi salah tingkah dan menegur mereka. Para bocah itu langsung kabur sambil tertawa meledek. Sota tersenyum malu ketika Mai memandanginya, mereka bertukar senyum dan pulang.
Sota kembali datang dan Mai yang membukakan pintu untuknya. Sebelum masuk ke kamar Yuki, Sota menyemangati Mai agar bisa mengerjakan tugas sekolahnya. Mai tersenyum dan masuk ke dalam kamarnya. Mai jelas tak bisa konsen belajar karena dia mendengar Sota curhat pada Yuki tentang dirinya. Sota ingin tahu apakah Mai bisa mengerjakan tugasnya tapi dia menolak saat Yuki menyarankan agar datang saja ke kamar Mai dan membantunya.
Yuki tak mengerti bukannya Sota dan Mai sudah pacaran? Sota mengaku bila mereka memang sudah saling menyatakan suka tapi dia merasa belum berpacaran dengannya karena Mai belum mengatakan mau berpacaran dengannya. Mai yang tak sengaja menguping jadi kaget sendiri. Yuki jadi kesal melihat Sota yang lambat, bahkan hingga kini masih belum tahu nama depan adiknya. Sota mengaku bila dia tahu nama depan Mai tapi hanya 'Ma' saja. Mai bingung harus curhat pada siapa dan dia memilih curhat pada Tachibana. Tachibana menyarankan agar Mai mengubah cara memanggilnya misalnya dengan 'Kak Sota'.
Sota pamit pulang dan Mai ikut mengantar hingga di depan pintu. Sota bertanya tentang tugasnya dan Mai mengaku tugasnya harus selesai minggu depan. Sota ingin Mai mengabarinya bila tugasnya telah selesai. Mai mengiyakan dan Sota pamit. Yuki kesal dan seolah mendesis memberi kode pada Sota.
Sota yang sudah akan membuka pintu jadi berbalik, dia ingin mengatakan sesuatu dan Mai mengira Sota akan memanggil namanya tapi yang keluar dari mulut Sota justru pertanyaan apakah Mai suka kacang Macadamia. Mai kaget dan tertawa garing seolah kecewa, dia mengaku bila dirinya lebih suka kacang mente. Yuki kesal dan memilih meninggalkan mereka yang bercanda ga jelas. Sota akhirnya pamit pulang.
Mai kembali curhat pada Tachibana tentang rencana kencannya dengan Sota. Tachibana ikut senang tapi dia tak menduga bila Sota sepolos yang diceritakan Mai bahwa Sota masih belum merasa bila mereka berpacaran walaupun sudah saling menyatakan suka. Tachibana menyarankan agar Mai menstimulasi inting prianya maka semuanya akan jelas. Mai tak mengerti dan Tachibana memberikan beberapa tips sederhana agar Sota paham.
Mereka akhirnya kencan dan tempat yang mereka pilih rupanya penuh dengan pasangan yang dimabuk cinta. Pelayan datang dan bertanya tentang pesanan, Sota memesan kopi dan Mai memesan Latte. Sota kembali salah tingkah melihat para pengunjung yang asik berduaan dengan pasangannya. Mai melihat sikap Sota dan dia merasa Sota tak nyaman bersamanya apalagi saat ada pengunjung yang lewat dan Mai terpaksa menggeser duduknya, Sota langsung kaget dan agak menjauh. Mai merasa Sota sengaja menghindarinya dan dia agak kecewa.
Pelayan datang sambil membawa menu khusus untuk pasangan. Sota kaget dan mengaku bila mereka bukan pasangan. Hal itu membuat Mai kesal dan marah, dia memutuskan pergi. Sota jelas bingung dengan sikap Mai. Dia kian panik saat pelayan bertanya tentang pesanan yang belum sempat dihidangkan.
Mai duduk melamun di ayunan saat Sota memanggilnya. Mai langsung berdiri dan Sota berdiri didepannya dengan nafas terengah-engah. Sota mengaku bila dia selalu menyukai Mai sejak Mai menyumpal sepatunya dengan koran. Sota menyadari bila dirinya belum berpengalaman sehingga menyakiti hati Mai, dia tak bermaksud membuat Mai menangis. Mai kaget saat Sota menunduk minta maaf padanya. Sota berjanji tak akan membuat Mai menangis lagi. Lalu Sota memberanikan diri meminta Mai untuk menjadi pacarnya.
Mai balik minta maaf dan Sota mengira Mai menolak dirinya tapi Mai meralat bila dirinya minta maaf karena pergi meninggalkan cafe. Sota hanya tersenyum. Mai balas tersenyum dan bersedia menjadi pacar Sota. Sota tertawa lega begitu pula dengan Mai. Sota mengenggam tangan Mai dan mereka kini tak ragu berjalan sambil bergandengan tangan.
Mai sedang membuat bekal makan saat Yuki masuk ke dapur untuk mengambil minum. Dia heran melihat Mai yang sibuk padahal sedang liburan. Mai beralasan hari ini dia harus ke sekolah untuk mengawasi ujian murid baru dan dia membawa bekal untuk Sota. Mai agak kesal karena Yuki sengaja mengambil lauk yang sudah ditatanya dalam kotak, Yuki beralasan dirinya risih mendengar cerita cinta Mai. Mai bete tapi dia harus bergegas bila tak ingin terlambat.
Sesampainya di sekolah, saat melewati koridor kelas Mai mendengar suara aneh dan dia mencari sumber suara itu. Ternyata di salah satu kelas ada calon siswa bernama Itsuki yang kelaparan hingga perutnya berbunyi nyaring. Itsuki kelihatan malu karena seisi kelas memandanginya dengan tatapan aneh. Mai mendekati Itsuki yang hanya diam menunduk.
Mai berbaik hati mengajak Itsuki ke ruang kosong dan memberikan bekalnya. Itsuki beralasan bila dirinya telat bangun sehingga tak sempat sarapan. Itsuki agak sungkan menerima bekal itu tapi Mai tak keberatan hingga akhirnya Itsuki menyantap bekal buatan Mai dengan lahap. Dia bahkan tidak protes walaupun bekal itu hanya berisi sedikit lauk dan lebih banyak berisi nasi juga acar. Justru Mai yang merasa tak enak dan malu.
Itsuki berterima kasih dan memuji bila bekal buatan Mai sangat enak. Mai tersenyum malu. Dia bertanya apakah yang dimakan itu adalah bekal milik Mai? Mai mengiyakan dan hal itu membuat Itsuki tak enak, dia berniat menggantinya dengan membelikan Mai makanan tapi Mai menolak. Mai segera pamit ketika mendengar bel berbunyi tanda jam istirahat telah usai karena dia harus berjaga lagi. Sebelum pergi, Mai menyemangatinya agar bisa mengerjakan ujian dan Itsuki tersenyum sendiri.
Tachibana menyapa Sota yang kali ini datang ke kedai sendirian. Saat sedang minum, Sota tertarik dan mengambil buku yang berjudul 'Hal penting dalam percintaan'. Sota membuka isi buku itu dan dia melihat ada poin penting yaitu hadiah. Sota berpikir sejenak dan dia ingat percakapannya dengan Mai tentang hadiah yang diinginkannya. Saat itu Mai mengatakan ingin alat pengering cumi dan panci tertutup untuk menanak nasi. Mai berniat minta dibelikan barang itu pada ibunya. Tachibana mengawasi ekspresi Sota saat membaca bukunya dan dia tahu bila Sota sedang kesulitan masalah percintaan.
Tachibana memberikan uang kembalian pada Sota dan Sota berniat pulang. Tachibana menghentikan langkah Sota dengan mengatakan bila Sota kesulitan masalah percintaan maka dirinya bersedia membantu. Sota tertarik mendengarkan. Tachibana tak segan memberikan beberapa tips agar Sota sukses dengan kisah cintanya bersama Mai. Contohnya, Sota tidak boleh mengabaikan perkataan atau kode yang diberikan Mai. Sota menyela, dia buru-buru mengambil kertas dan pena agar bisa mencatat apa yang dikatakan Tachibana. Tachibana hanya tersenyum melihat tingkah Sota.
Sota janjian dengan Mai dan sambil menunggu Mai, Sota berusaha menghafal apa yang dikatakan Tachibana. Sota tak ingin mengecewakan Mai makanya dia akan berusaha sebaik mungkin. Mai datang dan mereka pergi ke rumah Sota. Sota senang setelah makan bekal buatan Mai. Mai cerita tentang siswa baru yang agak kebingungan tapi pandai dan tampan sayangnya dia kelaparan hingga suara perutnya terdengar nyaring. Mereka tertawa dan Sota balik bercerita tentang saudaranya yang berhasil masuk di sekolah Mai. Sota berniat menambah teh di cangkir Mai tapi Mai ingin menuang sendiri. Keduanya kaget seperti kesetrum saat tangan mereka bersentuhan.
Sota bingung dan tak tahu harus berbuat apa, dia teringat 3 kode yang diceritakan Tachibana padanya yaitu mata berbinar, wajah memerah dan bibir sedikit terbuka maka itu tandanya untuk berciuman. Sota mencoba mempraktekkan hal itu dan Mai agak kaget melihat Sota mencondongkan tubuhnya sambil memonyongkan bibir dan memejamkan mata. Mai panik, dia ikutan memejamkan mata dan menunggu. Tapi momen romantis itu mendadak buyar saat adik Sota yang bernama Aki muncul dan menjerit ngeri lalu kabur.
Tahun ajaran baru telah di mulai dan Mai senang karena masih bisa sekelas dengan kedua sahabatnya. Saat pulang, Mai melihat Itsuki yang duduk dikerumuni beberapa anjing sekolah. Itsuki agak malu karena suara perutnya kembali terdengar. Mai mengajaknya ke kelas kosong dan memberikan permen coklat. Mai melihat sweater Itsuki yang sobek dan dia berbaik hati menjahitkannya agar rapi kembali.
Itsuki merasa tak enak karena Mai selalu membantunya. Itsuki memperkenalkan dirinya dan Mai agak kaget karena Itsuki sudah tahu namanya. Itsuki beralasan saat liburan dia ke sekolah bertanya pada guru karena ingin mengembalikan kotak bekalnya. Mai minta maaf karena dia tak ikut ekskul apapun sehingga tak ke sekolah selama liburan. Dan masalah kotak bekal, Itsuki bisa mengembalikan kapan saja. Itsuki mengaku bila mengembalikan kotak bekal hanya alasan saja tapi dia langsung gugup dan berlari pulang saat Mai bertanya.
Itsuki datang ke rumah Sota untuk bimbingan belajar. Sota heran melihat sepupunya yang agak linglung karena hendak masuk rumah tanpa melepas sepatunya. Sota menegur dan Itsuki mengaku bila hari ini dirinya jatuh cinta pada seseorang di sekolah, dia langsung pamit dan masuk kamar Sota untuk belajar. Sota hanya mengangguk paham dan pergi ke dapur untuk mengambilkan minum.
Itsuki tertarik melihat ponsel Sota tergeletak di atas meja belajar. Sota yang baru masuk langsung menegur dan merebut ponselnya. Itsuki penasaran dan bertanya tentang foto gadis yang dijadikan cover ponselnya. Sota tersenyum dan mengakui bila Mai itu pacarnya. Sota balik bertanya dan Itsuki mengakui bila Mai adalah gadis yang disukainya di sekolah. Sota kaget dan dia kian kaget ketika Itsuki menantangnya untuk bersaing memperebutkan cinta Mai. Sota hanya bisa bergidik ngeri melihat kesungguhan sepupunya itu.
Di sekolah, Sota menjadi galau. Dia sempat berkonsultasi pada Tachibana dan Tachibana memperingatkan agar Mai jangan sampai tahu tentang tantangan itu. Bila Mai tahu maka hal itu dapat menyebabkan salah paham. Sota masih bingung dan khawatir, dia berteriak frustrasi. Sota kaget saat menyadari Yuki sudah berdiri disampingnya sambil meledek dirinya.
Akhirnya Sota curhat pada Yuki tentang Itsuki yang juga menyukai Mai. Sota kesal karena Itsuki sengaja memanasinya, misalnya saat belajar bersama. Sota minta rehat dan Itsuki memberikan makanan buatan ibunya pada Sota sedangkan dia memakan kue pemberian Mai. Sota hanya bisa diam sambil menahan kesal ketika Itsuki sengaja memakan kue itu didekatnya.
Yuki punya ide, ada satu tempat yang belum pernah dikunjungi Mai dan Mai pasti senang bila Sota yang mengajaknya. Sota senang mendengarnya tapi dia langsung cemberut saat Yuki mengatakan bila informasinya tidak gratis. Ternyata Yuki meminta Sota mengenakan pernak-pernik anjing dan berpose sementara Yuki merekamnya. Sota melakukannya dengan setengah hati tapi Yuki membujuknya agar mau berpose dengan imut agar mendapat informasi darinya.
Akhirnya Sota mengajak Mai ke toko 100 Yen dan Mai benar-benar senang karena dia belum pernah datang ke toko sebesar ini sebelumnya. Sota minta maaf karena mengajak Mai sejauh ini tapi Mai tak keberatan. Mai justru senang bisa menemukan barang yang diinginkannya. Sota yang semula merasa khawatir jadi ikut tersenyum melihat ekspresi bahagia di wajah Mai.
Mai agak malu karena membeli beberapa barang tapi dia puas dan berjanji akan memberi Sota kue buatannya. Sota mengiyakan dan dia menawari Mai untuk pergi ke tempat lain tapi Mai menolak dengan alasan sore ini diramalkan akan hujan. Mereka akhirnya membahas tingkah kucing yang menandakan akan hujan dan mereka tertawa seolah senang karena pembicaraan mereka nyambung.
Sota menjadi manyun ketika Mai mulai bercerita tentang Itsuki yang bisa dekat dengan hewan di sekolah, contohnya kucing. Sota bertanya apakah Mai akrab dengan Itsuki dan Mai mengiyakan karena Itsuki sering berada di UKS sehingga sering berpapasan. Sota ragu bila semua itu hanya kebetulan tapi dia ingat bila Tachibana mengatakan agar Mai jangan sampai tahu kecemasannya. Sota ingin mengatakan sesuatu tapi seseorang memanggilnya dan ternyata Itsuki muncul dan menghampiri mereka.
Sota merasa terganggu tapi Itsuki beralasan akan ke rumah Sota untuk membayar uang les. Tiba-tiba hujan turun dan Sota langsung menarik tangan Mai lalu berlari mencari tempat berteduh. Mai mengeluh dingin, baik Sota dan Itsuki bergerak. Sota ingin melepaskan jaketnya tapi Itsuki lebih cepat, dia mengeluarkan handuk dari tasnya dan menyerahkan pada Mai. Sota kesal dan Itsuki balas menatapnya dengan sorot menang.
Sota menyarankan Mai agar menelepon orangtuanya untuk minta dijemput tapi sayangnya orangtua Mai sedang minum sake sehingga tak bisa menyetir. Sota menawarkan untuk menginap di rumahnya dan akhirnya mereka pergi ke rumah Sota. Mai agak ragu ketika Sota mengatakan bila orangtuanya tak ada di rumah tapi Sota memastikan bila adiknya ada di rumah. Sota agak kesal karena Itsuki ikutan menginap di rumahnya dan menyarankan agar Mai tidur di kamar Sota tapi Sota menolak karena Mai lebih baik tidur bersama Aki saja.
Semula, Aki tak mau membuka kamarnya untuk Mai tapi akhirnya bersedia bahkan tak keberatan meminjamkan baju untuk Mai. Mai agak ngeri melihat kamar Aki yang berantakan dan Aki menolak saat dirinya ingin membantu mencari alas tidur. Mai tak sengaja menemukan kertas bergambar wajah Tachibana. Aki kaget karena Mai tahu tentang kedai dan Tachibana. Akhirnya mereka menjadi akur dengan membahas tentang hal itu.
Mereka bertiga akhirnya membantu Aki membersihkan kamarnya. Aki agak sewot saat Itsuki meledek gambarnya. Mai menyarankan agar mereka main kartu dan Aki senang, dia menantang Itsuki. Bila Itsuki kalah maka dia harus mengatakan siapa gadis yang disukainya. Aki langsung pergi diikuti Mai. Itsuki melirik Sota dengan sorot tajam dan dia memastikan akan mengatakannya bila dirinya kalah. Sota hanya bisa bergidik ngeri membayangkan hal itu terjadi.
Permainan di mulai dan Sota bertekad tak akan membiarkan Itsuki kalah tapi Aki malah menghancurkan rencananya karena Aki sangat penasaran dengan gadis yang disukai Itsuki. Itsuki akhirnya kalah tapi Sota tak mau tinggal diam, dia menuduh Aki curang dan harus dihukum. Aki kesal dan Itsuki menyarankan agar Aki membuat makan malam untuk mereka saja karena dirinya lapar. Aki ngambek dan pergi ke dapur. Mai tak tega dan menyusulnya. Setelah hanya berdua, Sota bertanya apakah Itsuki akan mengatakan yang sebenarnya dan Itsuki kesal, dia mengaku serius lalu pergi.
Di meja makan, tak ada yang mau menyentuh masakan Aki. Mai jadi tak enak dan ingin mencobanya tapi Sota melarangnya. Itsuki mengalah dan mencobanya karena dia yang menyuruh Aki untuk memasak. Ketiganya hanya diam saat Itsuki mencoba dan Itsuki langsung mengeluh perutnya sakit. Aki malu dan mengeluh bila dia tak bisa memasak.
Mai sedang memasak ketika Sota muncul dan mengabarkan bila Aki tak mau keluar kamar karena malu. Itsuki tiduran di sofa sambil memegang perutnya yang sakit. Mai tidak tega dan bertanya apakah Sota punya obat sakit perut. Sota merasa iri dengan perhatian Mai kepada Itsuki tapi dia memilih pergi untuk mengambil obat.
Itsuki mencoba duduk dan dia mengaku baik-baik saja ketika melihat Mai menatapnya dengan sorot cemas. Mai merasa Itsuki mirip dengan Sota bila tak mengenakan kacamatanya. Itsuki hanya diam saat Mai menyerahkan kacamatanya. Itsuki tak berniat mengambil kacamatanya, dia ingin memegang tangan Mai. Tiba-tiba Sota muncul dan mencengkeram tangan Mai hingga kacamata itu jatuh. Itsuki mengambil kacamatanya dan pamit ke toilet.
Di dapur, Mai dan Sota bekerja dalam diam. Mai bingung dengan sikap Sota tapi Sota tak merasa ada masalah ketika Mai mencoba bertanya padanya. Tiba-tiba lampu padam diiringi suara petir yang menggelegar. Sota menyalakan senter dengan ponselnya dan pamit untuk melihat panel listrik. Mai diam menunggu tapi dia memutuskan menyusul Sota dengan meraba dalam gelap.
Tiba-tiba ada sesorang yang memeluknya dan Mai mengira bila orang itu adalah Sota padahal Itsuki. Mai mengungkapkan rasa galaunya sambil menangis. Mai merasa malam ini Sota tak memandang matanya sama sekali. Mai minta maaf bila telah membuat kesalahan tapi dia sangat menyukai Sota. Mendengar pernyataan cinta Mai itu, Itsuki langsung melepaskan pelukannya dan pergi. Hal itu membuat Mai kian galau dan tak tahu harus berbuat apa.
Di sekolah, Mai masih galau mengingat kejadian semalam. Setelah lampu menyala kembali dirinya tak ngobrol lagi dengan Sota bahkan paginya mereka berpisah dalam keadaan yang tak menyenangkan. Mai mencoba mengajak Sota ketemuan tapi Sota yang juga sedang galau memilih menjawab bila dirinya tak bisa karena sudah ada janji. Mai kecewa setelah membaca balasan Sota. Itsuki masuk ke kelas dan mengingatkan Mai bila acara penyuluhan kesehatan akan segera dimulai
Sota sedang belajar bersama ketiga temannya, mereka memuji Sota yang pandai mengajar melebihi guru mereka. Sota tersenyum malu mendengar pujian itu. Hujan mulai turun ketika mereka berempat pulang bersama dan berpisah di persimpangan. Kini Sota jalan berdua bersama temannya yang berambut panjang. Mereka berjalan sambil mengobrol tentang rencana masa depan.
Sementara itu, Itsuki baru keluar dari toko sepatu dengan ditemani Mai. Itsuki sangat berterima kasih dan Mai tak keberatan membantu memilihkan sepatu yang cocok untuk ibunya Itsuki. Mai tak sengaja melihat Sota yang berjalan bersama temannya, gadis berambut panjang. Mereka tampak akrab dan Mai ingin menyapa mereka tapi tidak jadi. Mai yang cemburu memilih pulang dan Itsuki mengejarnya. Sota tidak tahu Mai melihatnya tapi dia langsung meraba hidung dan tenggorokannya saat si rambut panjang telah pergi.
Mai sedang melamun sambil memandangi gantungan anjingnya ketika temannya mengabarkan bila ada Itsuki di depan pintu. Mai tersenyum saat mengetahui bila Itsuki datang untuk mengembalikan kotak makannya. Mai bertanya apakah Itsuki masih sering bertemu dengan Sota. Itsuki balik bertanya apakah sejak saat itu Mai belum pernah bertemu Sota lagi dan Mai mengangguk. Itsuki sedikit khawatir, dia berjanji akan mengabari Mai karena hari ini dia ada jadwal les bersama Sota. Mai tersenyum senang.
Itsuki ke rumah Sota dan ternyata Sota sedang sakit sehingga tak bisa mengajarinya. Itsuki bertanya apakah sudah mengabari Mai dan Sota menggeleng karena tak ingin membuat Mai khawatir. Itsuki pamit dan dia mengabari Mai bila kondisi Sota baik-baik saja. Mai yang sedang memasak menjadi kian sedih karena Sota sengaja tak mau menghubunginya padahal dia tak tahu apa kesalahannya.
Yuki yang sedang belajar jadi penasaran mendengar suara adiknya yang menangis sambil memanggil nama Sota. Yuki masuk ke kamar adiknya dan menyindir gantungan anjingnya sudah lusuh dan mirip Sota. Mai mengaku bila itu benda berharganya. Yuki tak tega melihat adiknya yang galau. Dia mengatakan bila saat ini Sota sedang sakit dan sendirian di rumah. Mai kaget dan Yuki segera menelepon Sota sambil berpesan agar tak mengunci pintu karena dia akan datang.
Mai datang dan memeriksa kondisi Sota yang masih demam. Mai mengompres dahinya dan membuatkan makanan. Mai meraba dahinya sejenak dan Sota malah mengigau bila ingin dahinya terus diraba, hal itu membuat Mai tersenyum sendiri. Mai mendekatkan wajahnya seolah ingin mencuri ciuman dari Sota tapi dia kaget saat pintu terbuka dan Itsuki sudah berdiri di depan pintu kamar Sota. Itsuki beralasan bila nenek memintanya datang melihat kondisi Sota.
Itsuki mengantar Mai pulang sambil berjalan kaki. Mai heran karena sejak tadi Itsuki hanya diam. Mai bertanya dan muncul niat jahat di hati Itsuki untuk menghancurkan hubungan Mai dan Sota. Itsuki memanasi bila nanti Sota sadar pasti Sota berpikir gadis lain yang merawatnya (si rambut panjang) bukan Mai. Mendengar hal itu, Mai menjadi cemberut dan dia berlari pulang. Itsuki takjub dengan apa yang telah dilakukannya.
Sejak saat itu, baik Mai dan Sota kian tenggelam dalam ketidakpastian hubungan mereka. Mai ingin tahu apakah Sota telah sembuh tapi dia ragu untuk mencari tahu. Dia takut bila Sota minta putus. Mai berjalan menuruni tangga sambil melamun hingga tersandung dan salah satu sepatunya lepas. Mai memandangi sepatunya dengan sorot sedih dan dia teringat saat dulu Sota membantu mencari sepatunya.
Mai menoleh saat mendengar Itsuki memanggilnya. Itsuki berdiri didepannya dengan nafas terengah-engah. Itsuki menyarankan agar Mai pergi ke seolah Sota dan menunggunya untuk menyatakan cinta padanya. Mai ragu dan Itsuki terus menyemangatinya agar memperjuangkan cintanya. Mai seolah mendapat semangat baru, dia segera mengambil sepatunya dan berlari sekuat tenaga menuju sekolah Sota.
Mai berlari sambil mengenang kembali saat dirinya bersama Sota. Mai tiba di dekat sekolah Sota dengan nafas terengah-engah dan dia melihat Sota pulang bersama temannya termasuk si rambut panjang. Mai kembali minder tapi dia memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya pada Sota.
Mai berlari menghadang Sota dengan alasan ada hal yang ingin dikatakannya. Sota agak kaget tapi Mai tak perduli, Mai mengungkapkan isi hatinya bahwa dia menyukai Sota walaupun Sota menyukai orang lain atau bahkan membencinya. Mai langsung kabur setelah mengatakan semuanya dan hal itu membuat Sota hanya diam terpana, mungkin dia sedikit shock mendengar pengakuan Mai.
Mai berjalan pulang sambil menyeka airmatanya. Sota berteriak memanggilnya agar berhenti. Sota bertanya apa yang terjadi, mengapa Mai mengatakan terima kasih padanya. Sota mengaku bila dia tak bisa mencintai orang lain karena dia hanya cinta pada Mai. Mai tersenyum senang dan menghambur dalam pelukan Sota. Mereka lega karena segala kesalahpahaman kini telah sirna.
Untuk pertama kalinya Sota main ke kamar Mai, dia memuji kamar Mai yang bagus. Mai menghidangkan teh dan kue untuk Sota. Sementara di kamar lain, Yuki meledek keduanya yang tak bersuara dan menuduh keduanya sedang berbuat nakal. Mai kesal dan menegur kakaknya.
Sota heran dan bertanya apakah Yuki bisa mendengar suara Mai. Mai mengiyakan dan minta maaf karena selama ini tak pernah bilang pada Sota. Sota kembali bertanya apakah Mai juga mendengar pembicaraannya selama ini saat ngobrol dengan Yuki di kamarnya. Sota menjadi malu dan salah tingkah ketika Mai mengangguk.
Yuki mengemasi buku dan pamit pada keduanya. Sota melirik Mai sambil memastikan bila sekarang mereka hanya berdua saja dan Mai hanya tersenyum malu. Sota menghadap ke arah Mai dan Mai sedikit memutar tubuhnya, dia melihat Sota membuka mulutnya seolah ingin memanggil namanya tapi yang keluar hanya kata 'Ma...Ma...' seperti orang gagap. Mai seolah gemas melihat tingkah Sota dan dia berinisiatif memanggilnya dengan panggilan 'Kak Sota'. Sota jelas kaget tapi melihat Mai tersenyum muncul keberaniannya dan Sota akhirnya mencium Mai.
Adegan paling menggemaskan :
Aku agak kesal sekaligus gemas karena Sota dari awal bertemu hingga akhirnya jadian masih belum tahu tentang nama depan Mai. Tapi aku yakin pasti adalah cowok yang seperti Sota di dunia nyata. Saking malunya atau gugup hingga tak berani sekedar bertanya tentang nama tapi punya nyali untuk 'nembak'.
Lihat saja saat ada kesempatan untuk bertanya tapi Sota malah bertanya tentang hal lain, misalnya bertanya tentang letak kamar kecil atau membahas tentang kacang Macadamia. Pantas saja bila Yuki agak sebal melihat Sota dan menjahilinya dengan memintanya berpose unyu seperti anjing lalu merekamnya. Aku saja yang menonton ikutan gemas saat Sota membuka mulutnya dan hanya mengatakan 'Ma...Ma...Ma' seperti orang yang baru belajar membaca saja, wkwkwk...
Adegan paling lucu :
Setiap orang pasti ingin mencoba sesuatu yang baru dan hal yang paling membuat penasaran bagi pasangan yang baru jadian adalah berciuman. Begitu pula yang dirasakan oleh Sota, dia ingin mencium Mai. Saat Mai main ke rumahnya dan suasana rumah sedang sepi, Sota berpedoman pada tips yang dikatakan oleh Tachibana yaitu mata berbinar, wajah memerah dan bibir sedikit terbuka. Sota melihat bila Mai menunjukkan tanda itu makanya dia mencondongkan tubuh dan ingin mencium Mai.
Kurasa mungkin Mai memang ingin dicium tapi mungkin dia bingung melihat tingkah Sota yang salah tingkah sendiri. Makanya mata Mai membulat (berbinar), wajahnya memerah mungkin karena malu dipandangi terus dan bibirnya sedikit terbuka mungkin karena ingin mengatakan sesuatu tapi tak tahu harus mengatakan apa.
Melihat Sota yang mencondongkan tubuh sambil memonyongkan bibir membuat Mai kaget dan panik, dia memang ingin dicium tapi ngeri melihat ekspresi Sota. Makanya Mai memejamkan matanya rapat-rapat seolah melihat hantu dan mencengkram kedua tangannya dengan erat. Sayangnya mereka tak jadi ciuman karena Aki tiba-tiba muncul lalu kabur sambil menjerit-jerit. Hahaha...walaupun scene ini aku ulang beberapa kali, tetap saja aku tak bisa berhenti tertawa.
Adegan paling romantis :
Bagiku, saat Sota memberikan tasnya sebagai alas kaki Mai adalah momen paling langka dan romantis. Mengapa??? Tindakan Sota itu mungkin biasa saja tapi mengandung penghargaan bagi yang menerimanya yaitu Mai. Lihat saja, Mai jadi tak bisa berkata-kata dan kian terpesona pada Sota. Begitu pula dengan Sota yang langsung cinta ketika mengetahui Mai telah menyumpal sepatunya yang basah dengan koran agar cepat kering. Sota bahkan tak perduli saat Yuki meledek dirinya menyukai Mai yang bertingkah seperti ibu rumah tangga.
Aku tak tahu apakah budaya Jepang memang seperti itu (tindakan Sota yang memberikan tasnya sebagai alas kaki Mai) karena aku belum pernah pacaran dengan cowok Jepang sih, hehehe.... Tapi terlepas itu sebagai bagian budaya atau tidak, aku yakin setiap wanita pasti akan merasa seperti ratu bila diperlakukan seperti itu.
Desain kamar yang patut ditiru :
Kamar Mai dan Yuki memang biasa saja tapi yang unik adalah dinding kamar yang tipis sehingga bisa mendengar apa yang terjadi di kamar sebelah. Kayaknya asik bila bisa mendengar percakapan orang yang tinggal di kamar lainnya. Seperti yang terjadi pada Mai, dia tak berada satu ruangan dengan Yuki tapi dia ikutan malu saat mendengar Sota membicarakan dirinya dengan Yuki. Sota malu dan menjadi salah tingkah setelah mengetahui bahwa selama ini Mai bisa mendengar apa saja yang dia bicarakan bersama Yuki.
Adegan favoritku :
Jatuh cinta memang menyenangkan dan menyentuh orang yang disukai kadang membuat gugup dan kaget seperti tersengat listrik. Hal itulah yang dirasakan Sota ketika tak sengaja menyentuh Mai. Ketika Mai menerima sekotak kue dari Sota, Mai tak sengaja menyentuh tangannya dan Sota langsung berteriak sambil melepaskan tangannya. Mai yang kaget ikutan melepaskan tangannya sehingga kotak itu jatuh. Adegan kaget terulang lagi saat keduanya hendak mengambil kotak yang jatuh. Mungkin Mai gemas makanya dia buru-buru mengambil kotak itu dan pergi.
Kalau aku pribadi jangankan menyentuh, tak sengaja berpapasan dengan orang yang kusukai saja sudah membuat jantung berdetak lebih kencang dan mendadak tidak PD. Jangan-jangan bedakku terlalu tebal atau bajuku norak atau apalah itu, hehehe....
Tapi sikap tidak percaya diri itu seharusnya bisa dikendalikan dan tidak membuat salah paham. Contohnya ketika Mai dan Sota pergi kencan di cafe. Sota terlalu gugup melihat cafe itu dipenuhi pasangan yang dimabuk cinta hingga merasa dunia milik berdua saja. Makanya saat Mai menggeser duduknya karena ada pengunjung yang akan lewat, Sota langsung kaget dan segera membuang muka dengan ekspresi ngeri. Sikap Sota jelas membuat Mai kesal dan dia lebih kesal sekaligus marah saat Sota tak mengakui bila mereka sedang berpacaran.
Seharusnya sih Sota tak melakukannya apalagi di tempat umum, jelas membuat Mai malu karena Sota tak mengakui hubungan mereka. Apalagi sikap Sota yang kelihatan shock saat Mai menggeser duduknya. Gadis manapun masih bete bila berada di posisi Mai.
Usia tak menjamin kedewasaan seseorang :
Itsuki memang bukan tokoh utama tapi kurasa dia lebih dewasa daripada Sota. Menurutku, sosok pahlawan dalam film ini ya Itsuki karena dialah yang menyelamatkan hubungan Sota dan Mai. Awalnya kukira Itsuki itu cowok pendiam tapi jahat, nyatanya dia cukup tahu diri. Saat dia sengaja memeluk Mai dalam gelap dan mendengar pengakuan cinta Mai pada Sota maka dia langsung mundur.
Aku agak kesal saat Itsuki mengabarkan bila Sota baik-baik saja padahal sedang sakit. Mungkin Itsuki hanya ingin menghormati keputusan Sota yang tak ingin membuat Mai khawatir makanya dia berbohong tentang keadaan Sota pada Mai. Itsuki jelas kaget melihat Mai ada di kamar Sota dan sepertinya ingin mencium Sota. Mungkin timbul niat iseng Itsuki sehingga ingin menguji cinta Mai pada Sota, buktinya dia sengaja memanasi Mai ketika mengantar Mai pulang setelah merawat Sota. Itsuki tak menyangka melihat reaksi Mai yang cemberut dan langsung berlari pulang, bisa dipastikan bila Mai cemburu.
Untungnya Itsuki terbuka hatinya atau mungkin dia juga gemas melihat keduanya yang saling menjauh tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Itsuki menyemangati Mai untuk berani memperjuangkan cintanya dan Itsuki tampak merasa lega melihat Mai yang berlari kencang menuju sekolah Sota.
Hikmah yang bisa diambil dari film ini :
Gaya berpacaran Sota dan Mai termasuk sehat tapi kadang bikin bete. Dibilang sehat karena Sota tipe cowok sopan, pintar tapi pemalu walaupun tampan dan yang lebih penting, dia bisa menghargai Mai. Dibilang bikin bete karena Sota terlalu cupu sehingga bertanya tentang nama pada Mai saja tak berani.
Jujur, aku lebih suka nonton film Jepang yang seperti ini bukan film yang bertema anak sekolahan tapi sudah melakukan seks bebas (walaupun di dunia nyata, hal itu sudah wajar terjadi). Menurutku, nonton kisah cinta Sota dan Mai ini lebih menarik sekaligus berkesan. Ada perasaan ikut kesal, gemas dan senang saat mereka akhirnya bisa menyelesaikan kesalahpahaman yang ada.
Sota memang cupu dan pemalu tapi apakah itu salah? Sota memang cupu tapi itu karena dia memang tak punya pengalaman dalam percintaan sebelumnya dan itu bagus untuk Mai karena Mai juga masih hijau jadi mereka bisa sama-sama belajar cara mengungkapkan apa yang dirasakan satu sama lain. Kelak mereka pasti akan tertawa mengingat kenangan indah saat masih pacaran itu dan bisa diceritakan pada anak cucu sebagai kenangan manis mereka berdua.
Komentarku :
Setelah nonton film ini aku jadi teringat saat aku masih kelas 6 SD. Saat itu kakak sepupuku (cowok) sering mampir ke rumahku karena sekolahnya lebih dekat dari rumahku. Kakakku itu kelas 3 SMA dan biasanya kalau sudah kelas 3 pelajarannya tinggal dikit sehingga pulang lebih cepat. Nah, karena rumahku dekat dengan sekolahnya maka tiap pulang cepat maka teman-temannya ikut main ke rumah.
Semula aku agak bete bila pulang sekolah melihat rumah jadi ramai dengan kehadiran teman kakakku itu tapi lama-lama senang juga. Bisa melihat cowok-cowok ganteng lain selain kakakku dari dekat, hehehe.... Aku paling suka bila ibu menyuruhku menghidangkan kue atau minum pada mereka. Bila mereka pamit pulang maka aku pasti ikutan mengantar mereka di depan pintu bersama ibuku. Senang aja bila mereka bilang,"Adik manis, kakak pulang dulu ya!"
Aku jadi kesal sendiri bila pulang dan hanya mendapati ibu sendirian di rumah, aku jadi tak bisa mendapatkan vitamin mata, wkwkwk....Oya, kakakku itu juga sedkit menyebalkan karena bila aku tanya siapa nama temannya pasti jawabnya "Anak masih kecil kok sudah ngerti cowok ganteng sih? Puber prematur tuh!" Kesel ga sih kalau digituin? (dulu paling cuman bisa manyun tapi kalau sekarang jadi pengen ketawa sendiri kalau ingat saat itu)
Btw, film ini sukses membuatku baper dan mengingat masa kecilku yang menyenangkan. Kalau di film ini diceritakan Sota dan Mai berpacaran maka di cerita masa kecilku tak ada hal percintaan itu (kan aku juga masih bau kencur, hehehe...). Yang ada justru aku mendapat banyak kakak dadakan dan itu membuat kakakku bete karena merasa diabaikan. Kalau mereka makan bakso pasti aku dibelikan juga, kalau sepedaku rusak pasti mereka tak segan membantu. Hmmm... pokoknya enak sayangnya setelah mereka lulus semuanya bubar untuk mengejar cita-cita masing-masing dan tak pernah ngumpul atau datang ke rumahku lagi, hiks...
.
0 comments:
Post a Comment