The Fault in Our Stars adalah film Amerika yang dirilis tahun 2014, berdasarkan novel dengan judul yang sama karya John Green. Film ini menceritakan tentang seorang remaja putri bernama Hazel, penderita kanker yang bergabung dengan kelompok motivasi atas desakan orangtuanya. Di sana, Hazel bertemu dan jatuh cinta dengan pasien kanker lain yang bernama Augustus.
Para pemain :
Shailene Woodley sebagai Hazel Grace Lancaster
Lily Kenna sebagai Hazel kecil
Ansel Elgort sebagai Augustus "Gus" Waters
Nat Wolff sebagai Isaac, sahabat Augustus
Laura Dern sebagai Frannie Lancaster, ibunya Hazel
Sam Trammell sebagai Michael Lancaster, ayahnya Hazel
Willem Dafoe sebagai Peter van Houten
Lotte Verbeek sebagai Lidewij Vliegenthart, asistennya van Houten
Mike Birbiglia sebagai Patrick, ketua kelompok motivasi
Ana Dela Cruz sebagai Dr. Maria
Milica Govich sebagai Ny. Waters, ibunya Augustus
David Whalen sebagai Tn. Waters, ayahnya Augustus
Emily Peachey sebagai Monica
Emily Bach sebagai ibunya Monica
Sinopsis lengkap :
Hazel adalah remaja putri berusia 17 tahun dan menderita kanker. Ibunya selalu mengeluh dan mengatakan pada dokter bahwa Hazel menjadi depresi dan menutup diri karena penyakitnya. Dokter Maria menyarankan agar Hazel mengikuti kelompok motivasi tapi Hazel merasa setengah hati melakukannya tapi kedua orangtuanya terus menyemangati putrinya untuk tetap pergi dan bertemu dengan orang lain.
Suatu hari Hazel tidak sengaja bertabrakan dengan Gus (Augustus), anggota baru di kelompok motivasi. Gus datang atas ajakan sahabatnya yang bernama Issac. Selama pertemuan, Augustus tanpa sungkan terus menatap Hazel dengan pandangan kagum, hal itu membuat Hazel salah tingkah.
Ketika pulang dan menunggu jemputan, Hazel dan Gus saling berkenalan dan ngobrol. Hazel terkesan dengan sikap Gus yang ceria walaupun harus kehilangan kaki karena penyakitnya. Ibu yang menjemput Hazel sangat senang melihat putrinya sedang menikmati ngobrol dengan seseorang. Hazel memutuskan menerima ajakan Gus untuk main ke rumahnya dan berkenalan dengan kedua orangtuanya. Ibu tidak keberatan dengan keputusan Hazel.
Hazel dan Gus kian akrab ketika mereka membahas tentang novel yang disukai Hazel dan ternyata Gus juga menyukainya setelah membaca novel itu. Hazel curhat bahwa dia masih penasaran dengan ending novelnya dan berinisiatif untuk menghubungi si penulis novel yang bernama Peter van Houten tapi hingga kini emailnya tak juga dibalas. Gus membantu Hazel hingga akhirnya gadis itu bisa berkomunikasi langsung dengan Peter melalui asistennya, Peter sangat terkesan dan mengundang Hazel untuk datang mengunjunginya di Amsterdam. Sayangnya ibu mengatakan bahwa mereka tidak punya biaya untuk pergi dan Hazel kecewa tapi berusaha memaklumi keadaan mereka. Ibu merasa sedih karena tidak bisa mewujudkan keinginan putrinya.
Kabar baik justru datang dari Gus yang juga ingin bertemu dengan Peter dan dia berniat mengajak Hazel, tentu saja Hazel sangat senang dan ibu juga senang mendengar kabar bahwa sebulan lagi putrinya akan pergi ke Amsterdam untuk bertemu dengan Peter. Ibu mengajak Hazel berkonsultasi dengan Dokter Maria dan dokter agak keberatan tapi akhirnya menyerah dengan syarat bahwa Hazel akan pergi ditemani ibunya. Tapi rencana itu buyar saat penyakit Hazel kambuh dan dokter melarang Hazel pergi jauh apalagi dengan menggunakan pesawat terbang.
Sejak itu, Hazel berusaha menghindari Gus tapi cowok itu tidak patah semangat untuk mendekat dan menyemangati Hazel. Suatu pagi, Hazel terkejut saat membaca email dari asisten Peter yang mengkonfirmasi jadwal mereka untuk mengunjungi Peter. Hazel memanggil ibunya dan ibunya mengatakan bahwa mereka akan pergi ke Amsterdam tapi hanya 3 hari saja, ibu juga menjelaskan bahwa semua dokter sudah memberi izin. Hazel sangat senang dan antusias mendengarnya.
Akhirnya Hazel pergi ke Amsterdam bersama ibu dan Gus. Hazel sangat bahagia apalagi saat ibunya memberi hadiah gaun sederhana tapi anggun untuk acara makan malamnya bersama Gus di restoran yang sudah dibayar oleh Peter. Saat makan mereka saling bertukar cerita dan Gus secara jujur mengakui bahwa dirinya jatuh cinta pada Hazel tapi Hazel masih enggan membalas perasaan cinta itu karena dia takut membuat Gus patah hati. Gus juga tidak memaksa karena dia tahu Hazel juga menyukainya.
Paginya, Hazel dan Gus pergi ke kediaman Peter dengan penuh semangat bahkan Hazel tak henti merasa gugup karena akan bertemu idolanya. Lidewij, asisten Peter menyambut mereka dengan ramah tapi tidak dengan Peter. Peter mengabaikan dan bersikap sinis pada mereka apalagi saat mengetahui bahwa Lidewij yang mentraktir mereka makan malam atas nama dirinya. Hazel kesal dan pergi dengan rasa kecewa dan marah, Gus berusaha menenangkannya.
Lidewij mengejar mereka dan minta maaf atas sikap Peter, sebagai permintaan maaf, Lidewij mengajak mereka ke rumah Anne Frank. Saat menyusuri rumah bersejarah itulah Hazel mulai menyadari bahwa dirinya juga menyukai Gus. Mereka menghabiskan malam bersama di kamar Gus.
Hazel menceritakan pengalamannya bertemu Peter saat sarapan bersama ibu dan Gus. Gus minta izin pada ibu agar bisa pergi berduaan dengan Hazel sebelum pulang dan ibu mengizinkan. Saat sedang duduk berduaan, Gus menceritakan keadaan dirinya yang sebenarnya bahwa penyakitnya kian parah dan dia minta maaf karena tidak jujur pada Hazel. Hazel mengeluh bahwa ini semua tidak adil bagi mereka dan mereka berusaha saling menguatkan satu sama lain.
Suatu malam, Gus menelpon dan minta Hazel untuk menemuinya karena penyakitnya kambuh. Tanpa pikir panjang, Hazel segera pergi, dia mendapati mobil Gus terparkir tidak jauh dari SPBU. Hazel panik saat mendapati Augustus menangis kesakitan tapi tidak mau orang lain tahu kondisinya. Hazel bertindak cepat dengan menelpon 911 walaupun Augustus menolak.
Hazel menemani Gus dalam ambulance menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, seorang petugas terus mengawasi kondisi Augustus yang kesakitan sedangkan Hazel berusaha menenangkan dan menghiburnya. Hazel menunggui di rumah sakit dan bertemu dengan ibunya Augustus.
Hazel sudah menunggu di depan rumah ketika Gus yang kini harus menggunakan kursi roda pulang dari rumah sakit bersama orangtuanya. Mereka akhirnya pergi ke suatu tempat dan ngobrol. Hazel agak kesal karena Gus mulai membahas tentang keinginannya menjadi sesuatu agar bisa dikenang oleh banyak orang, Hazel merasa keinginan itu berlebihan karena Gus sudah memiliki dirinya, keluarga dan teman-teman yang mencintai dan akan mengenangnya. Gus menyadari kesalahannya dan balik menghibur Hazel.
Suatu hari Hazel ingin pergi tapi ibunya melarang karena saatnya makan tapi Hazel ngotot dan akhirnya Hazel menumpahkan kekesalannya tapi kedua orangtuanya tidak ikut-ikutan marah, mereka justru membalasnya dengan ucapan yang lembut. Ibu mengakui kalau selama ini dia juga ikut kelas konseling dan bertemu dengan para orangtua penderita kanker sehingga ibu memiliki rasa empati yang tinggi. Hazel terkejut dan dia kian merasa bersalah ketika akhirnya ibu mengizinkan Hazel untuk pergi.
Hazel pergi ke gereja dan di sana Issac dan Gus sudah menunggunya. Gus meminta keduanya untuk berpidato seolah-olah dirinya sudah meninggal. Ternyata 8 hari kemudian, Gus benar-benar meninggal, dia menyerah pada penyakit yang telah bersarang di tubuhnya selama beberapa tahun.
Ayah sedang menghibur Hazel ketika ibu memberitahukan kalau ada teman yang datang. Issac datang dan bertanya apakah Hazel sudah menerima surat dari Peter. Hazel heran karena Issac tahu tentang Peter tapi Hazel yang terlanjur sebal sehingga meremas dan membuang begitu saja suratnya. Issac mengoreksi bahwa surat itu bukan milik Peter tapi Gus yang menulisnya untuk Peter. Hazel kaget dan segera mencari surat itu di mobilnya.
Ternyata Gus meminta bantuan Peter untuk mengoreksi pidatonya untuk Hazel. Hazel sangat terharu membaca surat itu, dia ikut terkenang saat mereka pertama kali bertemu dan akhirnya menjadi sepasang kekasih hingga maut memisahkan mereka.
Adegan favoritku :
Aku paling suka dengan sikap ibu yang selalu mendukung dan bersikap sabar terhadap Hazel, terutama ketika Hazel enggan pergi ke kelompok motivasi dengan alasan hal itu hanya membuang waktu. Ibu ingin Hazel mau membuka diri dan berteman dengan orang lain agar tidak minder, menutup diri dan depresi karena menderita kanker.
Hikmah yang bisa diambil dari film ini :
Orangtua adalah tempat bersandar bagi anak-anaknya dan ketika anak menderita atau sakit pasti setiap orangtua akan merasakan hal yang sama, bahkan para orangtua sering berharap agar penyakit anaknya bisa berpindah pada dirinya dengan tujuan anaknya tidak menderita tapi hal itu kan tidak mungkin. Hal yang bisa dilakukan orangtua hanyalah mendukung dan mendampingi anak agar tidak merasa sendiri dalam berjuang melawan penyakit yang dideritanya.
Orangtua juga bisa ikut kelompok konseling dan saling berbagi pengalaman dengan sesama orangtua penderita agar bisa saling menguatkan dan sabar menghadapi perubahan sikap anak yang mungkin merasa minder atau menjadi beban bagi orangtuanya karena mengidap penyakit tertentu.
Contohnya saat Hazel kesal ketika ibu melarangnya pergi menemui Gus dengan alasan harus makan dulu. Mungkin Hazel berpikir bahwa ibu tidak bisa mengerti dirinya yang ingin menikmati sisa hidupnya dengan bertemu Gus padahal maksud ibunya adalah Hazel boleh pergi setelah makan agar Hazel tidak ikut sakit. Hazel yang sensitif malah menuduh orangtuanya menganggap dirinya sebagai beban dan meminta mereka untuk bersabar karena hidupnya tak lama lagi, setelah itu orangtuanya bisa lega dan bebas. Bukannya ikutan marah tapi ibu malah menanggapinya dengan sabar dan mengatakan bahwa sampai kapanpun bahkan setelah "mungkin" Hazel meninggal, Hazel tetaplah putrinya. Hazel malu mendengar pengakuan ibunya yang ternyata juga ikut konseling, Hazel mengira dirinya sendiri yang berjuang tapi ternyata kedua orangtuanya terutama ibu juga ikut berjuang dengan memberi dukungan padanya.
Komentarku :
Semula aku tidak terlalu antusias saat seorang teman menyarankan agar aku mau meluangkan waktu untuk nonton film ini tapi akhirnya aku menyerah dengan rasa penasaranku. Banyak yang bilang kalau film ini bagus, menguras airmata, pokoknya bikin baper tingkat tinggi tapi setelah nonton filmnya, rasanya agak kecewa karena aku merasa film ini biasa saja, lebih bagus baca novelnya.
Dan memang bagi yang sudah pernah membaca novelnya, film ini memiliki beberapa detail yang dihilangkan sehingga kesannya jalan ceritanya terlalu cepat dan agak membingungkan.
Beberapa perbedaan mencolok dalam novel dan di filmnya adalah :
Cerita versi novel :
Gus berusia 17 tahun dan pernah memiliki pacar tapi pacarnya meninggal akibat sakit kanker, Hazel seorang vegetarian, menyukai band the Hectic Glow dan memiliki sahabat perempuan. Pada akhir cerita Hazel memaafkan sikap kasar Peter dan mencari sendiri surat yang ditulis oleh Gus untuknya.
Cerita versi film :
Gus berusia 18 tahun dan belum pernah pacaran. Gus digambarkan meninggal terlalu cepat. Detail tentang Hazel (vegetarian, mengidolakan sebuah band dan memiliki sahabat) dihilangkan. Hazel juga tidak pernah mau memaafkan sikap kasar Peter walaupun sikap Peter melunak dan memberikan surat dari Gus. Bagi yang penasaran, silahkan baca novelnya, dijamin bakal lebih baper!
Terlepas dari "kekurangan" film ini, aku melihat ada satu pesan yang positif dari film ini yaitu peran penting orangtua yang memiliki anak yang menderita suatu penyakit terutama kanker, seperti yang diperlihatkan oleh ibunya Hazel. Ibu mendorong agar Hazel tidak mengurung diri di rumah tapi membuka diri dan berteman dengan teman sebayanya.
Berinteraksi dengan orang lain terutama yang memiliki nasib yang sama (penderita kanker) akan membuat Hazel bersikap positif dan tidak menyesali diri sendiri. Ibu juga berusaha agar bisa membuat putrinya bahagia dengan menuruti keinginan Hazel, seperti saat Hazel ingin ke Amsterdam untuk bertemu dengan penulis idolanya. Berusaha semaksimal mungkin menuruti keinginan penderita berguna agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.
Keinginan ibu menjadi kenyataan ketika saat menjemput Hazel, ibu melihat putrinya sedang asyik ngobrol dengan seseorang. Perpaduan sikap mereka dalam menghadapi penyakitnya membuat mereka saling tertarik dan jatuh cinta. Hazel yang realis tapi pendiam bertemu dengan Augustus yang ceria, konyol dan agak melow karena tidak ingin dilupakan setelah dirinya meninggal. Augustus dan Hazel saling mendukung dan memberi semangat hingga maut memisahkan mereka.
Adegan favoritku :
Aku paling suka dengan sikap ibu yang selalu mendukung dan bersikap sabar terhadap Hazel, terutama ketika Hazel enggan pergi ke kelompok motivasi dengan alasan hal itu hanya membuang waktu. Ibu ingin Hazel mau membuka diri dan berteman dengan orang lain agar tidak minder, menutup diri dan depresi karena menderita kanker.
Hikmah yang bisa diambil dari film ini :
Orangtua adalah tempat bersandar bagi anak-anaknya dan ketika anak menderita atau sakit pasti setiap orangtua akan merasakan hal yang sama, bahkan para orangtua sering berharap agar penyakit anaknya bisa berpindah pada dirinya dengan tujuan anaknya tidak menderita tapi hal itu kan tidak mungkin. Hal yang bisa dilakukan orangtua hanyalah mendukung dan mendampingi anak agar tidak merasa sendiri dalam berjuang melawan penyakit yang dideritanya.
Orangtua juga bisa ikut kelompok konseling dan saling berbagi pengalaman dengan sesama orangtua penderita agar bisa saling menguatkan dan sabar menghadapi perubahan sikap anak yang mungkin merasa minder atau menjadi beban bagi orangtuanya karena mengidap penyakit tertentu.
Contohnya saat Hazel kesal ketika ibu melarangnya pergi menemui Gus dengan alasan harus makan dulu. Mungkin Hazel berpikir bahwa ibu tidak bisa mengerti dirinya yang ingin menikmati sisa hidupnya dengan bertemu Gus padahal maksud ibunya adalah Hazel boleh pergi setelah makan agar Hazel tidak ikut sakit. Hazel yang sensitif malah menuduh orangtuanya menganggap dirinya sebagai beban dan meminta mereka untuk bersabar karena hidupnya tak lama lagi, setelah itu orangtuanya bisa lega dan bebas. Bukannya ikutan marah tapi ibu malah menanggapinya dengan sabar dan mengatakan bahwa sampai kapanpun bahkan setelah "mungkin" Hazel meninggal, Hazel tetaplah putrinya. Hazel malu mendengar pengakuan ibunya yang ternyata juga ikut konseling, Hazel mengira dirinya sendiri yang berjuang tapi ternyata kedua orangtuanya terutama ibu juga ikut berjuang dengan memberi dukungan padanya.
Komentarku :
Semula aku tidak terlalu antusias saat seorang teman menyarankan agar aku mau meluangkan waktu untuk nonton film ini tapi akhirnya aku menyerah dengan rasa penasaranku. Banyak yang bilang kalau film ini bagus, menguras airmata, pokoknya bikin baper tingkat tinggi tapi setelah nonton filmnya, rasanya agak kecewa karena aku merasa film ini biasa saja, lebih bagus baca novelnya.
Dan memang bagi yang sudah pernah membaca novelnya, film ini memiliki beberapa detail yang dihilangkan sehingga kesannya jalan ceritanya terlalu cepat dan agak membingungkan.
Beberapa perbedaan mencolok dalam novel dan di filmnya adalah :
Cerita versi novel :
Gus berusia 17 tahun dan pernah memiliki pacar tapi pacarnya meninggal akibat sakit kanker, Hazel seorang vegetarian, menyukai band the Hectic Glow dan memiliki sahabat perempuan. Pada akhir cerita Hazel memaafkan sikap kasar Peter dan mencari sendiri surat yang ditulis oleh Gus untuknya.
Cerita versi film :
Gus berusia 18 tahun dan belum pernah pacaran. Gus digambarkan meninggal terlalu cepat. Detail tentang Hazel (vegetarian, mengidolakan sebuah band dan memiliki sahabat) dihilangkan. Hazel juga tidak pernah mau memaafkan sikap kasar Peter walaupun sikap Peter melunak dan memberikan surat dari Gus. Bagi yang penasaran, silahkan baca novelnya, dijamin bakal lebih baper!
Terlepas dari "kekurangan" film ini, aku melihat ada satu pesan yang positif dari film ini yaitu peran penting orangtua yang memiliki anak yang menderita suatu penyakit terutama kanker, seperti yang diperlihatkan oleh ibunya Hazel. Ibu mendorong agar Hazel tidak mengurung diri di rumah tapi membuka diri dan berteman dengan teman sebayanya.
Berinteraksi dengan orang lain terutama yang memiliki nasib yang sama (penderita kanker) akan membuat Hazel bersikap positif dan tidak menyesali diri sendiri. Ibu juga berusaha agar bisa membuat putrinya bahagia dengan menuruti keinginan Hazel, seperti saat Hazel ingin ke Amsterdam untuk bertemu dengan penulis idolanya. Berusaha semaksimal mungkin menuruti keinginan penderita berguna agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.
Keinginan ibu menjadi kenyataan ketika saat menjemput Hazel, ibu melihat putrinya sedang asyik ngobrol dengan seseorang. Perpaduan sikap mereka dalam menghadapi penyakitnya membuat mereka saling tertarik dan jatuh cinta. Hazel yang realis tapi pendiam bertemu dengan Augustus yang ceria, konyol dan agak melow karena tidak ingin dilupakan setelah dirinya meninggal. Augustus dan Hazel saling mendukung dan memberi semangat hingga maut memisahkan mereka.
0 comments:
Post a Comment