Me Before You adalah sebuah film drama romantis produksi British Amerika yang dirilis tahun 2016, disutradarai oleh Thea Sharrock dan diadaptasi dari novel Jojo Moyes dengan judul yang sama. Film ini menceritakan tentang kisah cinta tidak biasa antara Will yang menderita lumpuh akibat kecelakaan dan Lou yang awalnya membenci sikap sinis Will tapi akhirnya malah jatuh cinta padanya.
Para pemain :
Sam Claflin sebagai William "Will" Traynor
Emilia Clarke sebagai Louisa "Lou" Clark
Vanessa Kirby sebagai Alicia
Samantha Spiro sebagai Josie Clark
Henri Charles sebagai Thomas Clark
Brendan Coyle sebagai Bernard Clark
Jenna Coleman sebagai Katrina “Treena” Clark
Matthew Lewis sebagai Patrick
Muzz Khan sebagai Syed
Janet McTeer sebagai Camilla Traynor
Charles Dance sebagai Stephen Traynor
Stephen Peacocke sebagai Nathan
Ben Lloyd-Hughes sebagai Rupert
Sinopsis lengkap :
Will adalah pemuda metropolitan yang tampan, mapan dan memiliki kekasih yang cantik bernama Alicia. Will sangat aktif dalam berbagai kegiatan olahraga dan mencintai apa yang dimilikinya tapi semua itu hilang dalam sekejap saat dia mengalami kecelakaan.
Suatu pagi, Will hendak berangkat kerja dan cuaca sangat tidak bersahabat, hujan cukup deras dan dia memutuskan untuk naik taksi ke kantor. Dia berjalan tergesa sambil menelpon, tanpa sengaja dia melihat sebuah taksi berhenti di seberang jalan. Will berusaha memanggil taksi, dia berjalan tanpa menoleh, hingga tidak menyadari ada sepeda motor yang melintas dan akhirnya terjadi tabrakan.
Dua tahun berlalu sejak kecelakaan itu.
Di tempat lain, seorang gadis desa yang cantik dan polos bernama Lou, merasa sedih ketika bosnya memberikan amplop gajinya yang terakhir, padahal selama 6 tahun dia selalu bekerja dengan baik dan melayani para pembeli dengan ramah. Lou pulang dengan gontai dan menceritakan semua kepada keluarganya saat makan bersama. Ayah Lou sangat menyesalkan kejadian itu karena mereka sangat bergantung pada gaji Lou karena Treena, adik Lou tidak bisa lagi mencari kerja tambahan. Josie, ibu Lou meyakinkan putrinya agar tabah menghadapi cobaan karena dia yakin Lou akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Lou curhat kepada Patrick, pacarnya. Patrick menyarankan agar Lou pergi ke pusat lowongan pekerjaan, dia meyakinkan Lou bahwa orang yang sukses pasti tahu jalan untuk bangkit dari keterpurukan. Dengan bercanda, Patrick membujuk bahwa Lou tidak perlu khawatir dengan biaya liburan mereka karena dia yang akan membayar semua dan Lou hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis.
Keesokan harinya, Lou pergi menemui Syed, seorang makelar pekerjaan dan minta dicarikan pekerjaan yang cocok untuknya. Syed mencoba membantu tapi Lou selalu menolak setiap kali Syed menyebutkan jenis pekerjaan yang dirasanya pas untuk gadis itu. Syed sempat merasa agak kesal karena Lou terus menolak tapi dia tidak tega saat melihat wajah Lou yang tersenyum cemas. Dia mencoba mencari kembali daftar pekerjaan di layar komputernya dan Syed menawarkan sebuah pekerjaan yang baru masuk, yaitu merawat pria lumpuh. Lou tersenyum senang saat Syed menyebutkan bahwa lokasinya tidak jauh dari rumah Lou, gajinya besar dan tidak dibutuhkan keahlian khusus tapi syaratnya Lou harus berpakaian rapi. Lou tidak suka dengan nada menyindir dan pandangan Syed saat melihat gaya berpakaiannya tapi itu hanya sesaat karena Syed mengatakan bahwa ini sudah 5 kali tawaran kerja ini masuk, pastinya mereka belum mendapatkan perawat yang cocok. Lou tidak keberatan saat Syed menyebutkan bahwa dia hanya akan dikontrak selama 6 bulan. Lou ingin mencoba dan yakin bahwa dirinya akan mendapatkan pekerjaan itu.
Awalnya Lou enggan dan merasa aneh saat harus mengenakan pakaian lama milik Josie, dia merasa ini bukan gayanya tapi ibunya meyakinkan bahwa Lou harus tetap semangat. Akhirnya Lou pergi ke rumah yang ditujunya. Di halaman rumah itu, Lou langsung disambut oleh Camilla, sang pemilik rumah dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Camilla menginterview Lou dan menanyakan apa saja keahlian Lou. Lou sangat gugup dan berbicara panjang lebar hingga rok pendeknya sobek, untuk menutupi rasa malunya, Lou menutupi bagian pahanya dengan jaket yang ia kenakan.
Setelah suaminya pergi, Camilla bertanya kembali apakah Lou benar – benar serius ingin bekerja dan tentu saja Lou sangat menginginkannya. Lou meyakinkan Camilla bahwa dirinya memang tidak memiliki keahlian khusus merawat orang lumpuh tapi dia sanggup belajar dengan giat. Camilla langsung memberi arahan kepada Lou apa saja yang harus ia lakukan selama ia bekerja di rumah itu, Lou mendapat kontrak selama 6 bulan dalam pekerjaan ini dan Camilla berharap Lou bisa memberikan yang terbaik karena sudah ada 5 orang yang pernah melamar sebelum Lou dan mereka semua menyatakan pengunduran diri setelah bekerja beberapa hari di rumah tersebut. Satu lagi syarat yang diminta oleh Camilla, yaitu Lou harus berpakaian tertutup sambil melirik ke arah Lou.
Camilla agak terhibur melihat sikap Lou yang antusias dan jujur, dia kemudian mengajak Lou ke sebuah ruangan, Camilla menjelaskan kalau dulu tempat ini berfungsi sebagai kandang tapi kini telah disulap seperti apartemen yang lengkap untuk kenyamanan putranya. Lou mengagumi ruangan yang luas sambil terus mengikuti Camilla. Akhirnya Lou bertemu dengan Will dan Will sengaja bertingkah aneh membuat Lou sedikit kaget. Camilla langsung menegur putranya dan Will hanya tersenyum malas saat Lou menatapnya dengan tatapan cemas. Lou juga diperkenalkan kepada Nathan, yang telah mengurus kebutuhan medis Will selama dua tahun terakhir.
Lou pulang ke rumah dengan langkah ringan dan dia mengabarkan berita bagus itu kepada keluarganya, mereka sangat senang mendengar Lou telah bekerja kembali, terutama ayahnya karena kini ada yang membantunya membiayai kebutuhan keluarganya.
Lou senang saat keesokan harinya berangkat bekerja tapi sikap Will sangat dingin dan Lou segera menyingkir ke dapur. Nathan menyapanya dengan ramah, dia segera menunjukkan lemari obat dan menjelaskan obat apa saja yang harus dikonsumsi oleh Will, hal itu membuat Lou kerepotan menghafalnya tapi Nathan menghiburnya dan mengatakan bahwa dirinya sudah membuat catatannya. Nathan meyakinkan bahwa Will juga sudah mengingat semuanya. Lou kemudian bertanya bagaimana kalau Will membutuhkan sesuatu? Nathan menjelaskan bahwa Lou tidak perlu mengurus fisik Will, hal ini membuat Lou heran. Kalau begitu, apa sebenarnya tugasnya? Untuk apa dia dipekerjakan disini? Nathan hanya tersenyum dan bilang kalau tugas Lou adalah menyemangati Will.
Awalnya, Lou bersemangat ketika berangkat kerja tapi dia mulai kecewa karena saat dia menyapa dan ingin mengajak ngobrol, Will selalu bersikap kasar, dingin dan meminta Lou agar tidak terlalu banyak bicara saat berada didekatnya. Lou mencoba mengisi waktu luangnya dengan membaca semua petunjuk yang diberikan oleh Nathan. Lou juga kembali dengan gaya berpakaiannya yang lama, karena hal itu membuatnya merasa lebih nyaman. Setiap hari Lou terus berusaha menyapa dan mengajak Will ngobrol tapi selalu mendapat respon yang sama yaitu Will mengacuhkannya. Suatu hari Will menegur dan mengejeknya karena Lou berani memandangi pigura yang ada di atas meja.
Lou curhat kepada Treena tapi adiknya malah bersimpati pada Will dan mengatakan bahwa itu mungkin salah satu cara Will untuk mengetahui apakah orang itu tulus dan perduli padanya. Lou mengeluh bahwa dirinya sudah tidak betah dan ingin berhenti tapi Treena melarangnya karena Treena berencana untuk kuliah sehingga Lou harus tetap bekerja agar bisa membantu keuangan keluarga. Lou agak kesal tapi tak bisa berbuat banyak karena dia mencintai adik dan keluarganya.
Pagi itu, Camilla menunggu Lou di dapur dan mengatakan bahwa akan ada tamu yang datang untuk Will yaitu mantan pacar dan sahabatnya. Camilla sedikit kesal karena dia merasa tidak suka dengan tamunya, Lou berjanji akan menjaga Will. Pertemuan Will dengan Alicia dan Rupert terasa hambar, keduanya tampak gugup saat berbicara dengan Will yang menatap dingin ke arah mereka. Mereka buru-buru berpamitan dan Lou yang sengaja bersembunyi di balik dinding langsung menghampiri dan membantu Alicia memakaikan jaketnya.
Alicia mengeluh bahwa dirinya sudah lelah menghadapi Will yang berubah dingin dan menjauhinya selama berbulan-bulan. Alicia menasehati Lou bahwa Lou hanya bisa menolong orang yang punya keinginan berubah, tak ada yang bisa dilakukan bila orang itu keras kepala seperti Will. Setelah mereka pergi, Lou melihat Will menghancurkan foto-foto yang ada di atas meja dengan perasaan marah. Will menatap tajam ke arah Lou saat gadis itu melihatnya dengan cemas. Dia meminta Will pergi ke kamarnya sementara dirinya akan membersihkan pecahan kacanya.
Alicia mengeluh bahwa dirinya sudah lelah menghadapi Will yang berubah dingin dan menjauhinya selama berbulan-bulan. Alicia menasehati Lou bahwa Lou hanya bisa menolong orang yang punya keinginan berubah, tak ada yang bisa dilakukan bila orang itu keras kepala seperti Will. Setelah mereka pergi, Lou melihat Will menghancurkan foto-foto yang ada di atas meja dengan perasaan marah. Will menatap tajam ke arah Lou saat gadis itu melihatnya dengan cemas. Dia meminta Will pergi ke kamarnya sementara dirinya akan membersihkan pecahan kacanya.
Lou menceritakan perselingkuhan itu kepada pacarnya, tapi Patrick malah membela Alicia. Tidak ada seorangpun yang tahan pada orang cacat seperti Will, hal itu malah membuat Lou kesal. Patrick bertanya apa Lou tetap cinta kalau dirinya cacat seperti Will, dengan tegas Lou mengatakan kalau pasti akan tetap cinta. Patrick mengalah dan mengatakan bahwa mungkin Will tidak ingin dikasihani karena sekarang dirinya lumpuh, makanya dia menjauhi Alicia. Patrick mengalihkan pembicaraan dan bilang kalau mereka akan berlibur ke Norwegia, tapi bukan berlibur berduaan saja tapi Norwegia dipilih karena Patrick akan mengikuti lomba bersama teman-temannya, hal itu membuat Lou sedikit kecewa.
Will marah saat melihat Lou sedang asyik memperbaiki pigura yang rusak, dia bilang kalau dirinya sengaja menghancurkannya karena tidak tahan dengan tatapan yang seolah mengejeknya. Will mengatakan bahwa Lou tidak perlu mencampuri urusannya dan menyarankan Lou agar menjauhinya, kalau perlu dia akan memecatnya karena dia tidak suka pada Lou. Lou berkilah bahwa Will bukan majikannya, Camilla yang mempekerjakannya dan selama Camilla tidak memecatnya, Lou akan tetap datang. Lou balik menatap marah ke arah Will dan mengatakan bahwa dia bersikeras untuk bekerja bukan karena dia perduli atau ingin berteman dengan Will tapi karena dia sangat membutuhkan uang. Will sangat terkejut mendengar pengakuan Lou, selama 2 tahun ini belum ada orang yang berbicara setegas itu kepadanya. Akhirnya Will mengalah dan meminta Lou menyimpan foto-foto itu ke dalam lemari.
Sejak itu, hubungan mereka berangsur membaik dan Will mulai membuka dirinya untuk Lou. Will bahkan tidak segan mengajak Lou untuk nonton film dengan subtitle, sesuatu yang belum pernah Lou lakukan. Sesekali Will melirik Lou saat gadis itu terbius oleh film yang mereka tonton. Usai nonton, mereka bahkan saling bertukar argumen tentang filmnya. Will mengajak Lou untuk berjalan-jalan di halaman sambil terus ngobrol. Camilla yang tidak sengaja melihat melalui jendela, merasa senang dan puas.
Nathan yang datang untuk mengontrol kondisi Will langsung memuji Lou, dia bilang kalau hari ini mood Will sedang bagus dan Nathan senang dengan perubahan itu bahkan Lou ikut pergi ke RS untuk menemani Will yang sedang kontrol rutin. Saat menunggu, Lou memanfaatkan waktu dengan berdiskusi tentang penyakit Will pada Nathan. Nathan menjelaskan bahwa Will menderita cedera tulang belakang, Will lumpuh mulai dada hingga kakinya dan penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Lou heran dan Nathan kembali menjelaskan bahwa semua obat-obatan dan perawatan rutin itu hanyalah untuk mengurangi rasa sakit saja bukan untuk menyembuhkan.
Suatu pagi, salju turun dengan lebatnya. Lou bertemu dengan Stephen yang sedang tergesa-gesa untuk pergi. Lou bertanya tentang keadaan Will, Stephen menjawab kalau Will sedang tidak sehat sedangkan Camilla ada urusan. Stephen bertanya apa Lou tidak keberatan bila ditinggal sendirian dan Lou menyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja. Lou mulai khawatir saat melihat kondisi Will yang tampak kesakitan, Lou mencoba menelpon Stephen dan Nathan tapi tampaknya mereka sedang sibuk. Beberapa saat kemudian Nathan datang dan bertanya bagaimana keadaan Will ketika berjalan menuju kamar Will. Nathan langsung menegur Lou karena melihat Will yang berkeringat padahal tubuh Will harus selalu kering sambil mulai membuka baju Will. Lou bingung dan hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa ketika pandangan matanya tidak sengaja melihat bekas luka di pergelangan tangan Will. Nathan kembali menegur agar Lou membantunya agar hal ini tidak terulang lagi. Nathan langsung pergi saat kondisi Will sudah stabil tapi masih terlelap.
Sambil menunggui Will, Lou membuka laptop dan melihat video kejutan ultah Will dari teman-temannya. Mereka menggambarkan Will sebagai orang hebat dan mahir dalam berbagai kegiatan olahraga. Saat Lou tersenyum sendiri, tiba-tiba Will terbangun dan menegurnya. Lou menutup laptopnya dan menghampiri Will, dia bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Will tampak keheranan karena biasanya Camilla selalu menceritakan hal itu pada setiap pelamar yang datang. Will bilang kalau dia mengalami kecelakaan motor, bukan karena naik motor tapi tertabrak motor.
Lou meminta Will untuk beristirahat dan hendak keluar kamar tapi Will melarangnya, dia meminta Lou untuk bercerita apapun. Lou tidak tahu harus bercerita apa tapi akhirnya dia bercerita bahwa saat dirinya masih kecil dan mengalami mimpi buruk, ayahnya akan menyanyikan sebuah lagu. Will penasaran dan meminta Lou untuk menyanyikannya tapi akhirnya Will malah tertawa karena merasa lagunya aneh dan cara menyanyi Lou tidak kalah anehnya. Lou agak kesal tapi tidak keberatan saat Will meminta Lou menceritakan hal lain yang tidak berhubungan dengan lagu. Lou berpikir sejenak dan tersenyum. Dia kembali bercerita bahwa saat kecil dia sangat menyukai hadiah sepatu bot dan kaos kaki dengan motif lebah. Lou selalu memakainya bahkan saat di kamar mandi. Will bertanya bagaimana nasibnya barang kesukaan Lou itu? Dengan sedih, Lou mengatakan bahwa kaos kakinya sudah tidak muat lagi, dia mengeluh mengapa tak ada yang menjual barang itu untuk ukuran dewasa seperti dirinya. Will hanya tersenyum melihat ekspresi sedih Lou.
Paginya, kondisi Will sudah sehat dan cuaca juga cukup cerah. Will dan Lou sedang ngobrol di halaman. Will mengamati dandanan Lou yang dia rasa cukup aneh untuk ukuran orang desa. Will bertanya mengapa Lou cukup percaya diri mengenakan busana yang eksotis terutama sepatunya yang berwarna mencolok. Lou bercerita bahwa dirinya sebenarnya punya mimpi untuk melanjutkan sekolah mode tapi terpaksa mengubur mimpinya karena harus membantu keluarganya. Will mencoba menyemangati Lou agar pergi karena dunia luar itu sangat indah dan banyak hal baru yang bisa Lou pelajari. Lou mencoba mengalihkan pembicaraan dan bilang kalau sudah saatnya Will bercukur, dengan nada bercanda Lou akan menuntut Will karena mempersulit pekerjaannya. Will menatap Lou dan mengalah, dia bilang kalau dirinya mengizinkan Lou untuk mencukurnya.
Lou tidak sengaja mendengar pertengkaran Camilla dan Stephen tentang keinginan Will untuk mengakhiri hidupnya melalui Dignitas, sebuah organisasi yang mengatur bunuh diri terbantu yang berlokasi di Swiss. Camilla jelas tidak setuju tapi Stephen membujuknya karena dia bisa mengerti perasaan putranya. Mereka harus menghormati keputusan Will yang setuju menunda keputusannya selama 6 bulan saja. Camilla bersikeras bahwa dirinya harus bisa mengubah keputusan putranya. Stephen malah menyindirnya, dia tidak yakin Lou bisa mempengaruhi keputusan Will. Lou yang mendengar semua itu tentu saja merasa shock, bagaimana mungkin Will bisa memiliki keinginan seperti itu?
Lou curhat kepada Treena, adiknya. Lou berniat keluar dari pekerjaannya karena dia merasa hanya dijadikan alat saja. Tentu saja Treena tidak setuju, dia menyarankan bahwa Lou harus bisa menunjukkan bahwa hidup itu indah dan banyak hal yang bisa dilakukan. Lou harus bisa berbuat sesuatu yang spesial agar bisa meyakinkan Will untuk melupakan keinginannya. Treena menyarankan agar Lou berterus terang kepada Camilla, mereka orang kaya pasti tidak keberatan kalau Lou meminta uang untuk membiayai rencana mereka.
Lou mulai mempelajari berbagai hal inspiratif tentang orang-orang cacat yang masih bisa berprestasi dan punya semangat hidup. Lou juga mencari kegiatan apa saja yang sekiranya masih bisa dilakukan oleh Will. Dia mendiskusikannya dengan Camilla dan Stephen, Camilla sangat tidak setuju dengan alasan selama 2 tahun ini Will tidak pernah keluar rumah dan bertemu dengan orang asing. Stephen justru mendukung ide Lou dan berharap Lou bisa membantu putranya. Camilla mengalah tapi ketika hendak memeriksa kegiatan apa saja yang direncanakan Lou, Stephen melarangnya dengan alasan bahwa Camilla tidak perlu ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada Will.
Lou mengungkapkan rencana yang sudah disetujui Camilla dan Stephen pada Will, awalnya Will enggan tapi Lou beralasan bahwa Nathan juga ikut karena dia belum pernah nonton balap kuda. Lou senang karena Will setuju untuk pergi dan Lou sengaja memuji bahwa kini Will jauh lebih tampan setelah memotong rambutnya. Rupanya acara nonton balap kuda itu bukan kegiatan yang menyenangkan bagi Will, dia tampak tidak nyaman saat kursi rodanya terjebak lumpur dan tanpa ragu Lou meminta bantuan beberapa pengunjung pria untuk membantu Will. Saat hendak makan di restoran, mereka ditolak karena bukan anggota klub. Lou tidak menyerah dan mencoba menyogok tapi tetap saja ditolak. Will kian merasa rendah diri dan stress, dia menegaskan kalau dirinya tidak lapar dan ingin pulang.
Lou menyesal acara nonton balap kuda itu tidak berjalan lancar tapi dia tidak lelah berusaha, kali ini dia mengajak Will untuk nonton konser musik klasik. Will menyindir apakah Nathan juga belum pernah nonton konser dan Lou menjawab kalau dirinya yang belum pernah nonton. Will mengalah dan bersedia pergi bersama Lou nonton konser Mozart. Will tampak gagah dengan tuxedonya dan Lou mengenakan gaun merah menyala. Para penonton, sangat mengagumi mereka yang tampak serasi. Lou mencoba menikmati konser itu tapi dia malah menjadi bosan. Will melirik sambil tersenyum melihat Lou.
Esoknya Will sengaja datang ke rumah Lou karena gadis itu mengundangnya, keluarganya mengadakan acara makan malam bersama untuk merayakan ulangtahunnya. Awalnya Patrick merasa prihatin melihat kondisi Will tapi dia malah menjadi cemburu saat melihat Lou melayani semua kebutuhan Will termasuk menyuapinya. Patrick mengungkapkan kekesalannya dengan sengaja menyindir tapi Will tetap tenang. Keluarga Lou tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi Will, mereka memperlakukan Will dengan hangat dan ramah.
Semua orang sudah menyiapkan kado untuk Lou, kakek Lou memberikan sebuah album foto dari Lou kecil hingga sekarang kemudian Patrick memberikan sebuah kalung mewah bertuliskan “Patrick”, ekspresi Lou biasa saja melihat kalung tersebut. Will memberi sebuah kado yang membuat Lou kegirangan saat membukanya. Will memberinya kado kaos kaki bermotif lebah, Lou sangat senang sekali hingga ia terburu-buru ingin mencobanya. Patrick tidak mengerti mengapa Lou lebih girang saat menerima hadiah dari Will, hal itu membuatnya kesal. Will akhirnya pamitan dan berterimakasih kepada keluarga Lou karena mau mengundangnya makan malam.
Lou sedang merencanakan sesuatu sambil membaca majalah ketika Will menunjukkan surat undangan pernikahan Alicia dan Rupert. Will mengajak Lou untuk keluar menjelajahi kastilnya. Lou sangat senang dan mengatakan bahwa kastil itu sangat indah dan merupakan tempat terbaik baginya. Will menyindir bahwa Lou bisa bicara seperti itu karena tidak pernah kemana-mana. Lou bertanya apa ada tempat yang lebih indah dari ini? Menurut Will, tempat terbaik itu ada di Paris, Lou langsung antusias dan mengajak Will pergi berlibur ke Paris tapi Will menolak. Dia ingin pergi tapi tidak dengan keadaannya yang sekarang. Dia ingin tubuhnya yang lama, dia masih ingat tatapan terpesona para gadis yang memandangnya saat masih gagah dan kuat. Lou terenyuh mendengarnya dan mencoba menghibur. Will kemudian mengatakan bahwa ada satu tempat yang ingin didatanginya yaitu pernikahan Alicia, dia meminta Lou untuk menemaninya dan Lou tidak keberatan.
Lou pulang dan mendapati kedua orangtuanya akan pergi untuk merayakan sesuatu. Lou bertanya apa yang terjadi dan ayahnya bilang kalau mulai besok dirinya akan bekerja di kastil milik keluarga Will. Mereka semua senang tapi Lou merasa tidak enak kepada Will dan menelponnya. Will beralasan bahwa itu bagus untuk Lou karena dia bisa bebas mewujudkan mimpinya tanpa terbebani dengan masalah keuangan keluarganya.
Hari itu Will kedatangan seorang tamu bernama Michael, Lou yang penasaran segera mencari tahu dan ternyata Michael adalah seorang spesialis surat wasiat dan surat kuasa. Lou menceritakan hal itu kepada Camilla dan Camilla tampak kecewa, dia mengira putranya sudah bahagia bersama Lou tapi ternyata Will benar-benar serius dengan keputusannya. Camilla meminta Lou untuk menjaga Will selama menghadiri resepsi pernikahan Alicia.
Sepanjang prosesi pernikahan, Will tampak tegang dan mencoba untuk menahan diri tapi ketika Alicia mendekatinya, Will mulai gusar dan sengaja menyindir tentang kado yang diberikannya, hal itu membuat Alicia malu dan meninggalkannya. Lou mencoba menghiburnya, dia menantang Will apakah bersedia berdansa bersamanya. Tanpa sungkan, Lou langsung duduk dipangkuan Will, Will mengarahkan kursi rodanya ke tengah aula dan mulai memutar kursinya seolah mereka sedang berdansa. Semua mata tertuju pada mereka tapi Lou dan Will seolah tidak perduli. Mereka bahkan meninggalkan acara dengan meluncur bersama dengan kursi roda.
Paginya, Camilla menegur Lou yang tidak langsung pulang tapi malah menginap di hotel. Will menyela bahwa dirinya bukan anak kecil yang harus minta izin sebelum melakukan sesuatu. Camilla menyerah saat melihat senyum di wajah putranya. Nathan memeriksa kondisi Will dan agak khawatir tapi Will meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Lou bersepeda dan mengejar Patrick yang sedang berlari, dia ingin mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ikut ke Norwegia karena harus merawat Will. Hal ini membuat Patrick marah karena merasa dinomorduakan. Kemudian ponsel Lou berdering, beberapa menit kemudian Lou mengakhiri pembicaraan dan tampak gugup. Dia segera meninggalkan Patrick tanpa sepatah kata. Rupanya Lou mendapat kabar bahwa keadaan Will sedang gawat dan sekarang dirawat di RS. Lou merasa sangat bersalah karena saat di acara resepsi itu, Will sempat minum minuman yang beralkohol padahal Will tidak boleh mengkonsumsinya. Stephen menghibur Lou bahwa ini yang ke-4 Will mengalami kritis sejak 2 tahun yang lalu.
Nathan bertemu dengan Lou yang sibuk membatalkan semua rencana perjalanan yang telah disusunnya. Nathan mengerti perasaan Lou tapi dia juga bisa mengerti penderitaan Will, dia mengetahui tentang keputusan Will karena dia sudah merawatnya selama 2 tahun. Nathan menceritakan bahwa Will kerap berteriak saat tidur, dia sering bermimpi saat masih sehat dan kuat tapi begitu terbangun, Will harus menerima kenyataan bahwa dirinya cacat. Lou bersikeras bahwa dirinya masih punya waktu, Nathan menatap Lou dengan pesimis. Dia menjelaskan bahwa Lou hanya bisa membantu orang yang punya keinginan untuk sembuh atau berubah. Nathan tidak melihat keinginan itu dalam diri Will. Lou meminta Nathan untuk membantunya bila Will telah sembuh dan dokter mengizinkannya untuk bepergian, Nathan menyanggupinya.
Lou pulang dan mendapati Patrick yang menunggunya. Patrick sengaja membelikan tiket nonton kepada orangtua Lou, sedangkan kakeknya sudah tidur sejak tadi. Patrick ingin berbaikan dan mengajak makan malam bersama di rumah. Setelah mencuci piring, Patrick tertarik melihat map tebal milik Lou yang tergeletak di meja. Dia membukanya dan wajahnya langsung memerah, dia bertanya apa yang sedang terjadi. Lou menjelaskan bahwa itu rencana liburannya bersama Will. Patrick kembali tersulut amarahnya, dia merasa Lou sedang merencanakan liburan bulan madu karena tempat dan kegiatan yang dipilih sangat romantis. Lou beralasan bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya untuk membujuk Will. Patrick tidak bisa menerimanya, dia mengeluh bahwa mereka sudah berpacaran selama 7 tahun dan Lou baru mengenal Will selama 5 bulan tapi Lou lebih memilih Will daripada dirinya. Patrick yang kesal langsung pulang tanpa pamit.
Akhirnya Lou, Will dan Nathan pergi berlibur. Mereka menginap di hotel mewah yang terletak di dekat pantai. Lou sangat menikmati liburannya, dia senang Will juga merasakan hal yang sama. Suatu malam, hujan deras dan petir saling menyambar, Lou berniat menutup semua jendela tapi Will melarangnya, dia beralasan ingin menikmati semuanya. Dia meminta Lou untuk menemaninya. Tanpa sungkan Lou mendekati dan mencium Will. Hati Lou sangat berbunga, dia mulai menyadari perasaan cintanya dan senang karena Will tidak menolak dirinya.
Pada malam terakhir liburan mereka, Lou menyatakan bahwa dia betah dan tidak ingin pulang tapi Will tampak sedih seolah ingin mengatakan sesuatu. Lou menjelaskan bahwa sejak awal dirinya sudah tahu tentang Swiss tapi dia yakin semua pasti Will akan berubah pikiran setelah tahu bahwa Lou mencintainya. Dengan jujur, Will mengatakan bahwa waktu yang mereka habiskan bersama terasa sangat spesial tapi Will tidak bisa bersamanya karena hal itu akan membuat mereka berdua tersiksa. Will bersikeras dengan keputusannya dan menantang, bila Lou memang mencintainya maka dia meminta Lou untuk menemaninya ke Swiss. Lou marah dan kecewa, dia mengira Will akan mempertimbangkan perasaannya tapi ternyata dia salah. Dia menyesal telah menerima tawaran Camilla.
Sepanjang perjalanan pulang, baik Lou, Nathan dan Will hanya diam, seolah tenggelam dalam pikiran masing-masing. Di bandara, Camilla dan Stephen menjemput mereka. Camilla senang melihat putranya kembali dan Stephen mengajak mereka untuk makan di restoran tapi Lou menolak. Camilla mengejar Lou dan Lou menjelaskan bahwa Camilla tidak perlu membayarnya karena dia telah gagal. Camilla langsung lemas dalam pelukan Stephen.
Lou kembali ke rumah dan langsung menangis dalam pelukan Treena. Lou menceritakan semuanya pada keluarganya saat makan bersama. Mereka tampak kesal dan tidak mengerti dengan Will dan kedua orangtuanya. Josie melarang Lou untuk ikut ambil bagian karena itu sama saja dengan pembunuhan. Sejak itu Lou jadi pendiam, melamun dan kadang menangis di kamarnya. Ayahnya mencoba menghibur dan mengatakan bahwa tidak ada siapapun yang bisa mengubah pendirian seseorang tanpa ada keinginan berubah dalam diri orang itu. Itulah yang terjadi pada Will. Ayahnya menyarankan agar Lou menyayangi mereka bukan malah menjauhinya. Ayah juga mengabarkan bahwa mereka sudah berangkat ke Swiss dan Lou masih punya waktu untuk menghubungi mereka.
Akhirnya Lou pergi dengan diantar oleh Treena. Lou sampai di sebuah klinik tapi lebih menyerupai rumah peristirahatan yang luas, dia disambut oleh seorang wanita ramah yang bersedia membawakan koper dan tas Lou. Wanita itu mengatakan bahwa mereka sudah menunggu kedatangan Lou. Will sedang berbaring ditemani oleh Camilla dan Stephen, mereka langsung keluar dan meminta Lou untuk masuk sedangkan Camilla dan Stephen menunggu di ruangan sebelah. Camilla tersenyum dan berterimakasih atas kedatangan Lou begitu juga dengan Stephen.
Will meminta Lou untuk membuka pintu kamarnya agar sinar matahari bisa menghangatkannya. Dia juga minta Lou untuk mendekatinya dan Lou segera berbaring sambil memeluk Will. Lou masih berharap Will akan mengurungkan niatnya tapi Will beralasan bahwa dunia akan lebih baik tanpa dirinya. Will ingin sekali menatap wajah Lou tapi gadis itu malah menyembunyikan wajahnya. Dia meminta Will menceritakan sesuatu yang menarik tapi Will malah menyanyikan lagu yang dulu pernah Lou nyanyikan untuknya. Lou tersenyum sedih dan menatap Will. Mereka berciuman singkat tapi sangat emosional, tanpa terasa Will menitikkan airmata. Camilla dan Stephen yang mendengar percakapan mereka, tak kuasa menahan sedih.
Beberapa minggu kemudian, dengan mengikuti instruksi yang diberikan Will melalui surat wasiatnya, Lou mulai menyusuri tempat-tempat indah yang dulu pernah diceritakan Will padanya. Will telah mempersiapkan semuanya. Ketika Lou kembali dari Swiss, Michael akan memberinya akses akun bank yang isinya cukup untuk awal hidup baru bagi Lou. Will minta agar Lou berani meraih mimpinya dan tak perlu ragu untuk mengenakan kaos kaki pemberiannya. Itulah cara Will membalas cinta Lou kepadanya, yaitu dengan membantu Lou mewujudkan mimpinya.
Adegan favoritku :
Saat Lou dan Will sedang di pantai menikmati malam bertabur bintang. Lou mengatakan bahwa dirinya sangat senang dan tidak ingin pulang. Tiba-tiba Lou menari sambil menggoda, membuat Will tertawa getir. Lou menyatakan bahwa dirinya sanggup membuat Will bahagia tapi Will bersikeras ingin mengakhiri hidupnya karena dia tidak sanggup hidup sebagai orang cacat.
Hikmah yang bisa diambil dari film ini :
Cinta memang tidak harus saling memiliki, mencintai tidak harus diwujudkan dengan bersama orang yang dicintai. Ada banyak cara untuk menunjukkan rasa cinta pada seseorang, seperti rasa cinta Will kepada Lou. Pertemuan mereka memang singkat tapi sangat berkesan bagi keduanya.
Will memang mencintai Lou tapi dia memilih bersikap realis, tidak memberi kebahagiaan secara fisik tapi secara psikis. Memberi banyak warisan agar Lou bisa mewujudkan cita-citanya dan tidak menghabiskan sisa hidupnya sebagai tulang punggung keluarga.
Komentarku :
Aku suka sekali dengan film ini, walaupun aku tidak suka endingnya karena Will benar-benar meninggalkan Lou sendirian tapi itulah hidup, tidak semuanya harus hepi ending. Kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, begitu juga dengan Lou. Walaupun awalnya Lou membenci Will tapi akhirnya dia malah jatuh cinta pada Will yang baru dikenalnya selama 5 bulan dan mengabaikan Patrick, padahal Lou dan Patrick sudah berpacaran selama 7 tahun. Tapi cinta saja tidak cukup bagi Will, dia sudah terlanjur putus asa sejak kecelakaan yang menimpanya.
Will yang semula sosok yang ramah dan menyenangkan berubah menjadi sinis, sensitif dan cenderung memusuhi orang yang mendekatinya karena beranggapan bahwa mereka hanya mengasihaninya. Sikap sinis itulah yang ditunjukkan oleh Will saat Lou mulai bekerja untuknya, Lou berusaha sabar dan diam karena dia memang sedang membutuhkan uang tapi kesabaran Lou ada batasnya hingga suatu ketika dengan tegas Lou mengatakan bahwa dirinya terpaksa bekerja untuknya karena memang membutuhkan uang bukan karena perhatian atau ingin berteman dengan Will. Tentu saja Will kaget dengan sikap Lou dan sejak itu dirinya mulai terbuka dengan Lou. Sebenarnya sikap menyebalkan Will itu sebagai usahanya untuk menemukan seseorang yang tulus dan bukan hanya mengasihaninya. Istilahnya sih Will sedang cari perhatian, sengaja bersikap memusuhi kepada para perawat yang bekerja sebelum Lou dan terbukti mereka semua tidak tahan dengan sikap Will dan memilih berhenti. Tapi sikap Will berubah setelah bertemu dengan Lou, dirinya mulai belajar terbuka kepada Lou.
Mungkin kesabaran dan kemampuan Will untuk mendengarkan keluhannya yang membuat Lou jatuh cinta pada Will. Memang cinta tidak dapat diduga, siapa yang sudi mencintai pria cacat seperti Will walaupun dia pria kaya dan tampan? tapi ternyata Lou merasakannya dan hal itu membuat hati Will luluh, dia bersedia melakukan apapun bersama Lou, contohnya berdansa di lantai dansa dan minum sampanye hingga membuatnya harus masuk rumah sakit karena melanggar larangan dokter untuk tidak minum minuman beralkohol. Semua itu Will lakukan demi melihat Lou bahagia.
Mengapa aku memilih adegan Lou dan Will bertengkar sebagai adegan favoritku? Karena mimpi itu memang indah tapi kita hidup di dunia nyata bukan alam mimpi. Lou berjanji untuk mencintai dan sanggup membahagiakan Will tapi Will tidak ingin hidup sebagai pria cacat. Di sini, aku bisa merasakan dilema dalam diri Will, dia memang mencintai Lou tapi pasti sangat berat melihat orang yang dicintainya tanpa bisa menyentuh atau memeluknya sebagai tanda cinta. Ibaratnya kucing yang tangan dan kakinya diikat tapi disodori sepiring ikan asin, pasti stres berat tuh kucing. Saat seseorang jatuh cinta, dia sanggup menjanjikan apapun tapi dengan berjalannya waktu mungkin janji itu terlupakan dan berganti dengan penyesalan. Itulah yang dirasakan Will dan dia tidak ingin membebani masa depan Lou. Will tidak ingin Lou hanya dibutakan oleh cinta dan akhirnya menyesal. Will memang sama seperti lelaki pada umumnya, berpikir realistis tapi Lou berpikir dengan hati dan perasaan makanya Lou tidak bisa mengerti mengapa Will menolak bersamanya.
Tapi dilema juga, kalau aku setuju dengan kemauan Will berarti sama saja dengan menyarankan, "Kalau kamu tidak mau menderita atau tidak kuat dengan beban hidupmu, maka mati saja. Hilang dari dunia fana ini!" Kok rasanya kejam sekali, padahal aku yakin setiap orang pasti ingin hidup. Coba saja kalau ada orang yang terjebak di gedung yang terbakar atau penumpang yang kapalnya tenggelam, pasti mereka berusaha sekuat tenaga untuk bisa selamat. Sekali lagi, penonton tetap penonton! Kita tidak bisa menyalahkan keputusan Will yang memilih mengakhiri hidupnya dan meninggalkan Lou karena dia yang merasakan penderitaannya bukan orang lain. Will memang tidak bisa membahagiakan atau mencintai Lou secara fisik tapi dia memiliki cara untuk membuktikan cintanya pada Lou, yaitu dengan memberikan warisan yang cukup banyak agar Lou bisa mewujudkan mimpinya. Itulah cara Will mencintai Lou.
Ide film ini memang sederhana tapi menurutku, memiliki makna yang cukup dalam. Seseorang bisa berubah setelah bertemu dengan orang lain, entah itu berubah ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Lou yang sebelumnya hanyalah gadis desa yang sederhana, cenderung tertutup dan polos, akhirnya mulai belajar mengekspresikan dirinya, berani mengungkapkan semua mimpinya pada Will. Sedangkan Will yang semula bersikap sangat menyebalkan dan sinis, mulai berubah menjadi pribadi yang lebih hangat dan ramah setelah bertemu dengan Lou.
Adegan favoritku :
Saat Lou dan Will sedang di pantai menikmati malam bertabur bintang. Lou mengatakan bahwa dirinya sangat senang dan tidak ingin pulang. Tiba-tiba Lou menari sambil menggoda, membuat Will tertawa getir. Lou menyatakan bahwa dirinya sanggup membuat Will bahagia tapi Will bersikeras ingin mengakhiri hidupnya karena dia tidak sanggup hidup sebagai orang cacat.
Hikmah yang bisa diambil dari film ini :
Cinta memang tidak harus saling memiliki, mencintai tidak harus diwujudkan dengan bersama orang yang dicintai. Ada banyak cara untuk menunjukkan rasa cinta pada seseorang, seperti rasa cinta Will kepada Lou. Pertemuan mereka memang singkat tapi sangat berkesan bagi keduanya.
Will memang mencintai Lou tapi dia memilih bersikap realis, tidak memberi kebahagiaan secara fisik tapi secara psikis. Memberi banyak warisan agar Lou bisa mewujudkan cita-citanya dan tidak menghabiskan sisa hidupnya sebagai tulang punggung keluarga.
Komentarku :
Aku suka sekali dengan film ini, walaupun aku tidak suka endingnya karena Will benar-benar meninggalkan Lou sendirian tapi itulah hidup, tidak semuanya harus hepi ending. Kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, begitu juga dengan Lou. Walaupun awalnya Lou membenci Will tapi akhirnya dia malah jatuh cinta pada Will yang baru dikenalnya selama 5 bulan dan mengabaikan Patrick, padahal Lou dan Patrick sudah berpacaran selama 7 tahun. Tapi cinta saja tidak cukup bagi Will, dia sudah terlanjur putus asa sejak kecelakaan yang menimpanya.
Will yang semula sosok yang ramah dan menyenangkan berubah menjadi sinis, sensitif dan cenderung memusuhi orang yang mendekatinya karena beranggapan bahwa mereka hanya mengasihaninya. Sikap sinis itulah yang ditunjukkan oleh Will saat Lou mulai bekerja untuknya, Lou berusaha sabar dan diam karena dia memang sedang membutuhkan uang tapi kesabaran Lou ada batasnya hingga suatu ketika dengan tegas Lou mengatakan bahwa dirinya terpaksa bekerja untuknya karena memang membutuhkan uang bukan karena perhatian atau ingin berteman dengan Will. Tentu saja Will kaget dengan sikap Lou dan sejak itu dirinya mulai terbuka dengan Lou. Sebenarnya sikap menyebalkan Will itu sebagai usahanya untuk menemukan seseorang yang tulus dan bukan hanya mengasihaninya. Istilahnya sih Will sedang cari perhatian, sengaja bersikap memusuhi kepada para perawat yang bekerja sebelum Lou dan terbukti mereka semua tidak tahan dengan sikap Will dan memilih berhenti. Tapi sikap Will berubah setelah bertemu dengan Lou, dirinya mulai belajar terbuka kepada Lou.
Mungkin kesabaran dan kemampuan Will untuk mendengarkan keluhannya yang membuat Lou jatuh cinta pada Will. Memang cinta tidak dapat diduga, siapa yang sudi mencintai pria cacat seperti Will walaupun dia pria kaya dan tampan? tapi ternyata Lou merasakannya dan hal itu membuat hati Will luluh, dia bersedia melakukan apapun bersama Lou, contohnya berdansa di lantai dansa dan minum sampanye hingga membuatnya harus masuk rumah sakit karena melanggar larangan dokter untuk tidak minum minuman beralkohol. Semua itu Will lakukan demi melihat Lou bahagia.
Mengapa aku memilih adegan Lou dan Will bertengkar sebagai adegan favoritku? Karena mimpi itu memang indah tapi kita hidup di dunia nyata bukan alam mimpi. Lou berjanji untuk mencintai dan sanggup membahagiakan Will tapi Will tidak ingin hidup sebagai pria cacat. Di sini, aku bisa merasakan dilema dalam diri Will, dia memang mencintai Lou tapi pasti sangat berat melihat orang yang dicintainya tanpa bisa menyentuh atau memeluknya sebagai tanda cinta. Ibaratnya kucing yang tangan dan kakinya diikat tapi disodori sepiring ikan asin, pasti stres berat tuh kucing. Saat seseorang jatuh cinta, dia sanggup menjanjikan apapun tapi dengan berjalannya waktu mungkin janji itu terlupakan dan berganti dengan penyesalan. Itulah yang dirasakan Will dan dia tidak ingin membebani masa depan Lou. Will tidak ingin Lou hanya dibutakan oleh cinta dan akhirnya menyesal. Will memang sama seperti lelaki pada umumnya, berpikir realistis tapi Lou berpikir dengan hati dan perasaan makanya Lou tidak bisa mengerti mengapa Will menolak bersamanya.
Tapi dilema juga, kalau aku setuju dengan kemauan Will berarti sama saja dengan menyarankan, "Kalau kamu tidak mau menderita atau tidak kuat dengan beban hidupmu, maka mati saja. Hilang dari dunia fana ini!" Kok rasanya kejam sekali, padahal aku yakin setiap orang pasti ingin hidup. Coba saja kalau ada orang yang terjebak di gedung yang terbakar atau penumpang yang kapalnya tenggelam, pasti mereka berusaha sekuat tenaga untuk bisa selamat. Sekali lagi, penonton tetap penonton! Kita tidak bisa menyalahkan keputusan Will yang memilih mengakhiri hidupnya dan meninggalkan Lou karena dia yang merasakan penderitaannya bukan orang lain. Will memang tidak bisa membahagiakan atau mencintai Lou secara fisik tapi dia memiliki cara untuk membuktikan cintanya pada Lou, yaitu dengan memberikan warisan yang cukup banyak agar Lou bisa mewujudkan mimpinya. Itulah cara Will mencintai Lou.
Ide film ini memang sederhana tapi menurutku, memiliki makna yang cukup dalam. Seseorang bisa berubah setelah bertemu dengan orang lain, entah itu berubah ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Lou yang sebelumnya hanyalah gadis desa yang sederhana, cenderung tertutup dan polos, akhirnya mulai belajar mengekspresikan dirinya, berani mengungkapkan semua mimpinya pada Will. Sedangkan Will yang semula bersikap sangat menyebalkan dan sinis, mulai berubah menjadi pribadi yang lebih hangat dan ramah setelah bertemu dengan Lou.
0 comments:
Post a Comment