Honey adalah film Jepang tahun 2018 bergenre komedi romantis yang diadaptasi dari manga dengan judul yang sama karya Amu Meguro. Film ini menceritakan tentang Nao yang terpaksa menerima ajakan berpacaran dari Taiga, pria berambut merah dan berandalan di sekolahnya padahal Nao menyukai pamannya sendiri. Tapi setelah mengenal Taiga lebih lama maka muncul benih cinta di hatinya. Siapakah yang akhirnya dipilih Nao? Taiga atau pamannya?
Para pemain :
Sho Hirano sebagai Taiga Onise
Yuna Taira sebagai Nao Kogure
Ryusei Yokohama sebagai Ayumu Misaki
Kaho Mizutani sebagai Kayo Yashiro
Nana Asakawa sebagai Miyabi Nishigaki
Gaku Sano sebagai Ikumi Gongawara
Yu Takahashi sebagai Sosuke Kogure
Asami Usuda sebagai Aoi Minamino
Shinobu Nakayama sebagai Kaori Onise
Tadashi Sakata sebagai Kazuhiko Tasaki
Sinopsis lengkap :
Nao adalah siswi SMA kelas 1 yang pemalu dan minder. Dia bertekad untuk lebih berani dan sanggup menghadapi segala hal. Sejak usia 6 tahun Nao menjadi yatim piatu karena kedua orangtuanya meninggal akibat kecelakaan di terowongan, hal itulah yang membuat Nao menjadi penakut dan pesimis. Sou sebagai paman Nao terpaksa berhenti bekerja dan memilih meneruskan usaha cafe milik kakaknya agar bisa sekalian merawat Nao kecil. Nao sangat mengidolakan pamannya sehingga selalu cemburu bila ada pelanggan wanita yang akrab dengan pamannya.
Nao sangat membenci keributan dan suatu hari dia tak sengaja terlibat dalam masalah. Saat berjalan di halaman sekolah, dia melihat keributan dan menurutnya biang masalahnya itu pemuda berambut merah yang kasar dan pemarah. Nao ingin segera pergi tapi dia malah ditabrak pemuda berambut merah yang bernama Taiga. Akhirnya Taiga malah jatuh menimpa Nao. Nao ketakutan setengah mati saat Taiga sudah pergi karena dibawa dan diomeli seorang guru.
Di kelas, Nao hanya duduk diam sambil menunduk. Aada beberapa siswi yang sengaja menganggunya dengan melemparkan bulatan kertas ke arahnya. Nao sebenarnya kesal tapi ketika menoleh ke arah mereka, dia jadi ciut nyalinya dan tak berani melawan. Ada siswi yang baru datang bernama Kayo yang menegur mereka semua termasuk Nao yang hanya diam saja walaupun diganggu. Nao gelisah sambil memanggil nama pamannya, dia merasa tak sanggup dan takut menjalani harinya.
Di rumah, Sou juga gelisah sambil mengamati foto Nao. Sou tak bisa konsen kerja karena sekarang adalah hari pertama Nao masuk SMA. Seorang paman menegurnya. Sou mengaku bila dirinya memikirkan Nao, dia bertanya dalam hati apakah keponakannya sudah memiliki teman atau belum. Paman itu menimpali dengan mengatakan bila Sou memiliki keponakan seimut Nao maka yang harus dikhawatirkan adalah, adakah pria penganggu yang mendekatinya atau tidak. Sou hanya mengangguk.
Saat istirahat, Taiga tiba-tiba masuk ke dalam kelas Nao. Semuanya langsung bergerak minggir. Nao terbelalak kaget dan menunduk ketika Taiga berjalan mendekatinya. Nao pura-pura menjadi orang lain sambil memejamkan mata ketika Taiga memanggil namanya. Taiga berpesan bahwa sepulang sekolah dia menunggu Nao di belakang gedung olahraga. Nao terbelalak kaget dan Taiga tak menunggu jawabannya, dia langsung pergi meninggalkan kelas Nao. Taiga tak perduli dengan para siswa yang berbisik sambil membicarakan dirinya.
Sepulang sekolah, Nao dan Taiga sudah berdiri berhadapan di belakang gedung olahraga. Nao berdiri dengan takut karena melihat Taiga menyembunyikan tangannya di balik punggung. Nao merasa Taiga membawa sesuatu, mungkin pisau? Nao hanya bisa memejamkan mata, dia berpikir Taiga akan membunuhnya dan dia akan segera bertemu ayah ibunya. Taiga menyodorkan seikat mawar merah tapi Nao tak bisa melihatnya karena masih memejamkan mata.
Nao merasa ada aroma wangi di sekitarnya dan ketika membuka matanya, Nao melihat Taiga menyodorkan seikat mawar merah untuknya. Nao berteriak ngeri waktu Taiga meminta menjadi pacarnya dan kelak menikah dengannya. Nao menolak dengan alasan tak mau pacaran dengan pria berandalan. Taiga mendekatinya dan ingin memastikan. Nao ketakutan dan terpaksa menerima ajakan itu. Dia menerima buket bunga pemberian Taiga itu dengan lemas.
Nao pulang dengan langkah gontai dan ketika sampai di rumah, dia ingin segera ke kamar tapi paman menyapanya dan Sou juga. Wajah Nao langsung ceria melihat Sou, dia tersenyum dan ingin mendekatinya tapi 2 pelanggan wanita langsung berdiri menghalangi Nao. Mereka memuji masakan Sou dengan nada manja sedangkan Sou melayani mereka dengan ramah.
Nao kesal dan paman menyindir bahwa Sou memang populer. Paman mengakui bila memiliki usaha cafe memang harus memiliki seseorang yang ramah seperti Sou, tak bisa menggunakan tenaga nenek-nenek. Nao hanya diam sambil mengamati Sou yang mengantar kedua tamunya keluar. Nao cemberut melihat para wanita itu berusaha akrab dengan Sou.
Nao melamun sambil cemberut. Dia kaget ketika Sou bertanya tentang bunga yang dipegangnya. Nao buru-buru menyembunyikannya di balik badan sambil mengatakan kalau bunga itu pemberian dari kepala sekolah. Nao langsung kabur menuju kamarnya. Sou masih bingung dan si paman langsung menyindir bahwa kebohongan Nao itu kentara sekali, jelas kalau bunga itu pemberian seorang pria.
Dalam perjalanan pulang, Nao minta maaf telah menyusahkan tapi Taiga lega karena Nao baik-baik saja. Nao berjalan sambil berpikir, dia memberanikan diri memanggil Taiga dan menunduk minta maaf. Nao ingin mengatakan sesuatu tapi tak berani dan Taiga menebak bila Nao sudah punya seseorang yang disukai. Nao mendongak kaget dan dia melihat Taiga tak marah. Nao tersenyum lega saat Taiga mengajaknya kembali.
Taiga masih penasaran dan bertanya apakah orang yang disukai Nao itu bernama Sou? Nao menjelaskan bahwa Sou itu pamannya (adik ibunya). Taiga sedikit kaget mendengar Nao menyukai pamannya sendiri. Nao menceritakan tentang kecelakaan yang menimpa kedua orangtuanya dan peran Sou dalam hidupnya.
Suatu hari, ayah ibu pamit akan pergi ke rumah pelanggan. Mereka bertanya apakah Nao berani di rumah sendirian? Nao kecil mengatakan berani dan ayah ibu memujinya lalu pamit pergi. Sampai malam, keduanya tak kunjung kembali. Nao menjadi gelisah dan takut. Tiba-tiba Sou datang dan menenangkannya. Sou berjanji bahwa dirinya akan menjadi ayah dan ibu bagi Nao.
Nao mengatakan bila sejak saat itu, Sou berperan sebagai ayah dan ibu untuknya. Dia tak tahu sejak kapan mulai menyukainya. Nao agak malu karena menyukai paman sendiri yang masih sedarah tapi Taiga merasa bahwa menyukai Sou itu tak salah. Taiga menduga bila Sou itu pasti sangat hebat dan keren, Nao tersenyum senang sambil mengangguk.
Taiga meminta agar Nao bersedia menjadi temannya tapi dia menjadi gugup dan menegur diri sendiri saat Nao hanya diam. Nao menggeleng, dia mau berteman dengan Taiga. Taiga tersenyum lega dan mereka saling bertukar senyum. Misaki berteriak memanggil mereka. Nao dan Taiga menoleh, mereka melihat Misaki dan Kayo datang menyusul dengan berlari. Mereka berdua cemas karena Taiga dan Nao belum kembali. Misaki mengajak mereka semua kembali.
Mereka berempat berjalan berpasangan. Kayo dan Misaki kembali berdebat. Nao merasa bila Taiga dan Misaki itu seperti saudara. Mereka semua tertawa dan Misaki ingin segera kembali dengan alasan lapar, dia bergegas berlari agar cepat sampai. Nao berterima kasih pada Taiga. Taiga tak mempermasalahkannya, dia hanya berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan sisi kerennya pada Nao. Taiga berlari meninggalkan Nao dan Nao berusaha mengejarnya.
Nao menunjukkan fotonya saat bersama Taiga, Misaki dan Kayo. Nao juga memuji Taiga yang pandai memasak seperti Sou dan kedua temannya juga menyukai masakan Taiga yang enak. Sou menyindir Nao agar segera memakan masakannya juga. Nao malu dan menyantap makanannya, dia memuji masakan Sou yang enak.
Taiga sedang menunggu ibunya di meja makan sambil melihat-lihat fotonya bersama ketiga temannya. Taiga tak menyadari kedatangan ibunya, hingga ibunya ikut mengintip dan bertanya apakah Nao adalah pacarnya? Taiga kaget dan menyangkalnya, dia mengatakan Nao hanya teman. Ibu tertawa sambil mengacak rambut putranya dengan sayang.
Misaki kaget setelah mendengar bahwa Taiga tak pacaran dengan Nao. Taiga agak bingung menjelaskannya dan dia hanya bilang kalau cintanya ditolak Nao. Di kelas, Nao juga cerita pada Kayo kalau dia mau menerima ajakan Taiga karena takut tapi kini dia tak takut lagi padanya karena dirinya sudah melihat banyak sisi baiknya Taiga. Nao merasa bila wajah Taiga yang malu-malu itu imut juga.
Misaki menyimpulkan bila Taiga tak keberatan bila dirinya mendekati Nao. Taiga hanya diam menunduk tapi Misaki balas tertawa sambil berkata kalau dirinya hanya bercanda, Misaki mengaku lebih memilih Kayo daripada Nao. Taiga menegaskan bila dirinya hanya berteman dengan Nao.
Nao mengatakan bila Taiga adalah temannya yang berharga. Kayo meminta Nao untuk membayangkan bagaimana bila Nao dicium Taiga. Nao menjerit kaget tapi menurut saja, dia memejamkan mata sambil membayangkan dirinya dan Taiga berdiri di pinggir pantai. Saat Taiga ingin menciumnya, tiba-tiba ada beberapa pria yang muncul dari air dan mendekat. Mereka bersorak agar Taiga dan Nao segera berciuman. Nao menjerit dan tak bisa membayangkannya lagi. Kayo tersenyum dan mengatakan bahwa itu hanya ujian saja. Bila Nao membayangkan dicium seseorang maka itu membuktikan bila Nao menyukai orang itu.
Nao hanya diam mendengar penjelasan Kayo. Dia tak sengaja menoleh ke arah lorong kelas dan melihat Taiga yang berjalan bersama Misaki, Taiga menoleh kearahnya dan Nao tak bisa berkata apapun. Sepulang sekolah, Taiga berjalan pulang sambil berpikir tentang hubungannya dengan Nao, sebenarnya dia tak ingin hanya menjadi teman tapi dia tak tahu caranya agar Nao bisa membalas cintanya. Taiga mengacak rambutnya sendiri dan berlari pulang.
Malam itu, Sou menutup sendiri cafenya dan dia melirik ke arah pigura yang berisi foto Nao bersama ketiga temannya. Pandangan Sou hanya tertuju pada Taiga, pria yang menurut Nao adalah sangat pandai memasak seperti dirinya. Entah mengapa Sou merasa bahwa sebentar lagi dirinya tak lagi menjadi pria pujaan dihati keponakannya, akan ada pria lain yang akan menggeser posisinya. Sou menghela nafas dan masuk ke dalam rumah.
Nao hanya berbaring di kamarnya sementara Taiga galau sendiri, dia ragu untuk mengirim pesan pada Nao. Dia mondar-mandir di kamarnya dan akhirnya memberanikan diri untuk mengirim pesannya. Taiga kian gelisah karena Nao sudah membacanya tapi tak kunjung membalas. Taiga girang saat Nao akhirnya membalas pesannya.
Nao hanya tertawa sendiri ketika membaca pesan Taiga yang terkesan formal. Taiga ingin agar besok Nao bersedia mengajarinya karena takut menghadapi UTS. Nao kembali terigat kata-kata Kayo. 'Saat membayangkan kamu berciuman dengan seseorang, itu bukti bahwa kamu cukup menyukainya'.
Paginya, Nao berjalan ke sekolah dengan lunglai. Dia terpesona saat melihat Kayo berangkat sekolah dengan diantar pria berambut gondrong yang mengendarai motor besar. Kayo bahkan tak ragu berciuman dengan pria itu di depan gerbang sekolah. Kayo berjalan santai menuju sekolah, dia tak melihat Misaki yang terbelalak kaget karena ternyata Kayo sudah punya pacar.
Taiga minta maaf karena telah merepotkan Nao. Nao tak keberatan dan Taiga tersenyum sambil berterima kasih. Nao mengajari Taiga dengan sabar cara mengerjakan soal matematika dengan mudah. Taiga senang bisa mengerjakannya, dia mencoba mengerjakan soal yang lain dan Nao hanya bisa tersenyum malu saat Taiga memanggilnya Bu Guru Kagore.
Nao menunggu sambil memejamkan mata, dia menyangga kepalanya dengan tangan. Taiga telah menyelesaikan soalnya tapi dia malah terpesona melihat Nao yang tertidur. Taiga dengan sigap menyodorkan tangannya ketika pegangan tangan Nao lepas dan kepalanya jatuh terkulai di meja. Taiga tak mengerti dengan apa yang dirasakannya. Dia mencoba mengingatkan diri sendiri bahwa Nao hanya temannya tapi Taiga tak bisa menahan rasa sukanya.
Taiga memberanikan diri mencium Nao yang tertidur dan dia langsung panik ketika Nao membuka matanya. Nao mengangkat kepalanya dan Taiga langsung menarik tangannya. Nao meraba bibirnya ketika mendengar Taiga minta maaf. Taiga mengemasi bukunya dan kembali minta maaf, dia ingin Nao melupakan apa yang baru terjadi. Taiga bergegas pergi tapi kembali lagi dan meralat permintaannya, dia tak ingin Nao melupakannya. Taiga kian gugup saat Nao hanya diam dan dia langsung pergi. Taiga malu sendiri dengan apa yang sudah dilakukannya.
Di kelas, Misaki kaget mendengar cerita Taiga bahwa Taiga telah mencium Nao. Taiga kesal karena suara Misaki terlalu keras dan Misaki langsung menutup mulutnya. Misaki tak menduga bila Taiga berani melakukannya. Taiga mengeluh bila dirinya memang parah. Di kelas sebelah, Kayo juga memuji keberanian Taiga. Kayo bertanya apakah Nao suka atau tidak. Nao tak bisa menjawabnya. Baik Taiga dan Nao sama-sama galau.
Di kelas Taiga, guru datang bersama siswi baru bernama Nishigaki. Nishigaki memberi hormat pada semua teman barunya tanpa mengatakan apapun. Tampak jelas pandangan matanya yang ragu dan takut saat semua pasang mata tertuju padanya. Misaki memujinya dengan sebutan imut sedangkan Taiga hanya diam.
Taiga sedang mengembalikan buku di perpus dan dia tak sengaja berpapasan dengan Nao. Keduanya merasa canggung dan Taiga kembali menunduk sambil minta maaf. Nao memintanya untuk tak minta maaf lagi sambil membantunya berdiri tegak lagi. Nao mengaku bila hal itu sebuah salam yang wajar dilakukan di luar negeri tapi dia mengeluh sendiri mengingat bahwa salam yang wajar itu bila cium pipi bukan bibir.
Taiga tak sengaja melirik Nishigaki yang sedang membaca sebuah buku. Nao ikut menoleh dan Taiga menjelaskan bila dia itu murid pindahan baru di kelasnya. Nao mengamati buku yang dibaca Nishigaki dan mengaku pernah membaca buku itu, isinya tentang cara berbicara santai dan mengalir apa adanya. Tapi nyatanya hal itu sulit dilakukan, bila gugup maka akan sulit mengatakan sesuatu. Taiga mencoba mengingat apa yang dikatakan oleh Nao.
Di kelas, 2 siswi yang duduk di belakang Nishigaki mengeluh tentang rumor ulangan harian saat pelajaran matematika. Mereka galau dan ragu apakah bisa bila belajar mendadak. Nishigaki menoleh ketika keduanya sibuk membuka bukunya. Nishigaki mencoba membantu dengan mengatakan bila ingat rumusnya maka semua orang bisa mengerjakannya. Keduanya kesal dan merasa Nishigaki mengejek kemampuannya. Nishigaki hanya bisa menunduk saat keduanya balas menyindirnya. Hal itu tak luput dari pengamatan Misaki dan Taiga.
Saat istirahat, Taiga mendekati meja Nishigaki dan mengajaknya makan bekal bersama. Nao yang kebetulan lewat merasa curiga melihat mereka makan bersama. Apalagi melihat Taiga yang tampak akrab dan santai ketika ngobrol bersama Nishigaki. Ada sedikit cemburu dihati Nao.
Nishigaki mendapat nilai 100 untuk ulangan matematika dan kedua siswi itu kembali mengoloknya. Nishigaki hanya bisa diam menunduk. Taiga tak tahan lagi, dia mendekati keduanya dan menegur mereka bahwa mereka salah paham terhadap maksud Nishigaki. Nishigaki malu dan memilih keluar kelas dan Taiga mengejarnya.
Nao yang sedang menuruni tangga tak sengaja melihat Taiga mengejar Nishigaki, dia bersembunyi agar bisa mencuri dengan pembicaraan mereka. Taiga menegur Nishigaki agar berani berterus terang pada mereka bila tak terbiasa ngobrol dengan orang lain, bahwa sebenarnya Nishigaki ingin ngobrol dengan mereka. Nishigaki menyangkalnya dan Taiga mengutip kata-kata Nao bahwa rasa gugup membuat seseorang sulit mengatakan sesuatu. Nao yang menguping kaget mendengar namanya disebut.
Nishigaki mengaku bila sudah terlambat jika mengatakan hal itu pada mereka. Saat dirinya sibuk memikirkan kata-kata yang akan diucapkan mereka sudah terlanjur memberi kesan buruk padanya. Nishigaki tak keberatan karena dia sudah terbiasa sendirian dan dia tak apa. Taiga mengatakan bahwa hal itu hanya upaya untuk melindungi diri sendiri saja.
Taiga mengaku hal itu pernah dialaminya saat masih SMP. Taiga hanya tinggal berdua bersama ibunya dan dia sangat menyayanginya. Suatu malam, dia tak sengaja melihat ibunya bersama seorang pria. Taiga marah dan menganggap dirinya sebagai beban bagi ibunya. Sejak saat itu Taiga menjadi kehilangan arah dan suka membuat keributan. Taiga mengakui bila hal itu karena dirinya takut tersakiti dan hanya melarikan diri saja.
Taiga menyemangati Nishigaki. Bila memang Nishigaki tak pandai berbicara maka bisa menggunakan isyarat saja toh mereka akan mengerti. Bila cara itu masih tak berhasil maka dia bersedia membantu untuk memikirkan cara lainnya. Nishigaki mengerti dan berniat mencoba saran Taiga. Taiga tersenyum memberi dukungan semangat. Nao yang mencuri dengar menjadi lebih terkesan pada Taiga.
Saat pelajaran olahraga, Nishigaki tampak unggul bermain basket. Dia berkelompok dengan dua siswi yang pernah mengejeknya. Saat istirahat, Nishigaki hanya duduk sendirian. Kedua siswi itu mendekati dan memuji kemampuan basketnya. Nishigaki mengatakan bila saat SMP dirinya menjadi anggota klub basket.
Mereka hendak pergi tapi Nishigaki mencegahnya. Dia bercerita bila mengalami kesulitan berbicara dengan orang lain tapi dirinya sangat ingin bisa ngobrol bersama. Nishigaki mengaku pandai dalam pelajaran dan basket sehingga tak keberatan membantu bila mereka kesulitan. Nishigaki berusaha meyakinkan mereka bahwa dirinya tak bermaksud menyombongkan diri tapi dia hanya ingin membantu apa yang dia kuasai.
Mereka menganggapi pembicaraan Nishigaki dengan nada bercanda dan ketegangan Nishigaki mencair. Dia ikut tertawa bersama mereka. Nishigaki sangat senang hingga tak sabar ingin mengatakan kabar gembira itu pada Taiga. Setelah berganti seragam, Nishigaki bergegas menuju kelas, dia ingin bertemu Taiga.
Nao melihat Nishigaki berlari sambil memanggil Taiga yang berdiri di koridor. Dia penasaran dan mengintip dari pintu kelasnya. Nishigaki mengatakan pada Taiga bahwa dirinya berhasil ngobrol dengan mereka. Taiga ikut senang mendengarnya. Nao melihat mereka dengan raut wajah masam, dia tak suka melihat Taiga tertawa bersama Nishigaki. Misaki menoleh ke arah Nao dan Nao menjadi salah tingkah. Nao memilih kembali masuk kelasnya.
Sepulang sekolah, Nao berjalan gontai dan dia memilih duduk di bangku tempat biasanya makan bersama Taiga. Nao murung dan menunduk. Misaki muncul dan bertanya padanya tapi Nao mengatakan tak ada apa-apa. Misaki duduk di sampingnya dan dia tak percaya bila Nao mengatakan tak ada apa-apa tapi wajahnya murung.
Nao tak mengerti, dia merasa ada perasaan aneh yang muncul saat melihat Taiga bersama Nishigaki. Misaki tersenyum, dia menunjukkan jimat pemberian temannya di Kanada saat dia akan kembali ke Jepang. Pada hari pertamanya di sekolah, ada anak kelas 2 yang mengejeknya karena membawa jimat dan Taiga datang membantunya.
Misaki bertanya apakah Nao tahu mengapa Taiga mewarnai rambutnya? Nao tak tahu dan Misaki menjelaskan bila itu bukan karena Taiga bandel tapi dulu Taiga sangat menyukai serial Sentai. Taiga merasa bila pimpinan yang berambut merah itu sangat keren makanya Taiga menirunya agar bisa melindungi sesuatu yang berharga baginya.
Menurut Misaki, Taiga itu jujur pada perasaannya sendiri dan ketika sudah membulatkan tekad maka dia benar-benar akan melindungi hal yang ingin dilindunginya. Sikapnya memang tak menakutkan tapi kadang bisa membuat kesal. Mereka saling berpandangan dan Misaki merasa menang karena misinya untuk mempengaruhi Nao berhasil. Misaki berdiri sambil memanasinya agar tak takut lagi mengutarakan perasaannya pada Taiga.
Misaki pamit dan Nao kembali teringat tentang pengakuan Taiga bahwa dirinya adalah orang yang telah membuat Taiga jatuh hati. Taiga juga pernah mengatakan bila dirinya berusaha menunjukkan sisi kerennya pada Nao. Seolah mendapat kekuatan tambahan, Nao bergegas berlari mengejar Misaki. Dia berteriak mengatakan terima kasih sambil terus berlari meninggalkan Misaki yang hanya tersenyum. Nao berlari menuju kelas Taiga.
Di kelas, Taiga pamit pada Nishigaki tapi Nishigaki memanggilnya sambil menarik bajunya. Nishigaki ingin mengatakan sesuatu tapi dia langsung mundur saat Nao yang masuk kelas dengan nafas terengah-engah. Nao berusaha mengatur nafasnya. Dia memberanikan diri menyatakan rasa sukanya pada Taiga. Dia mengaku ada rasa pedih dihatinya ketika melihat Taiga akrab dengan Nishigaki. Nao bimbang karena Taiga hanya diam membisu.
Nishigaki merasa tak enak, dia mengaku pada Nao bila hubungannya dengan Taiga hanya sebatas teman saja sehingga Nao tak perlu cemas. Nishigaki sangat berterima kasih karena Taiga mengajarinya cara mengatasi rasa gugup saat ingin berbicara. Nishigaki pamit sambil tersenyum entah senyum senang atau sedih.
Setelah Nishigaki pergi, Taiga menghadap ke arah Nao kembali. Nao mengakui saat Taiga menciumnya, dia merasa senang. Dia tak tahu sejak kapan perasaan itu muncul tapi Nao menyadari bila dia juga sangat menyukai Taiga. Taiga bertanya tentang Sou. Nao menganggap Sou sebagai figur pengganti ayah ibunya sedangkan orang yang disukai adalah Taiga. Nao mendekat ke arah Taiga sambil memintanya untuk menjadi pacar dan kelak menikah dengannya.
Nao gugup melihat Taiga sejak tadi hanya diam dan dia menjadi salah tingkah. Nao ingin mengatakan sesuatu tapi Taiga langsung memeluknya. Taiga mengeluh sendiri, dia sangat bahagia sehingga menjadi bodoh. Nao balas memeluknya. Taiga bertanya apakah ini hanya mimpi? Nao melonggarkan pelukannya dan menggeleng. Dia membimbing tangan Taiga ke pipinya dan tangannya mendarat di pipi Taiga. Nao mengajak Taiga saling mencubit pipi untuk memastikan ini mimpi atau bukan. Mereka bertukar tawa karena sama-sama merasakan sakit.
Sejak saat itu, Nao selalu bersama Taiga dan tak terpisahkan. Seminggu kemudian Taiga memberanikan diri berkunjung ke rumah Nao. Sou menilai penampilan Taiga dan mencoba bersikap formal. Sou mempersilahkan Taiga untuk bebas memilih tempat duduk karena tak ada pelanggan. Sou pergi sejenak dan Nao mendekati Taiga.
Nao penasaran dan bertanya mengapa rambut Taiga berwarna hitam? Taiga beralasan dia ingin tampil lebih sopan. Nao kembali bertanya mengapa Taiga mengenakan seragam sekolah? Taiga beralasan harus mengenakan seragam untuk acara resmi, dia juga mengenakan seragam saat di upacara pemakaman kakeknya. Nao protes karena sekarang bukan di pemakaman.
Belum sempat Taiga menjawab, Sou muncul dan bertanya apakah Taiga temannya Nao? Nao mengangguk tapi Taiga meralat. Taiga minta izin agar bisa berpacaran dengan Nao dan kelak ingin menikah dengannya. Sou yang sedang memotong jeruk menjadi kaget ketika melihat Taiga menunduk. Sou hanya diam dan mulai memotong lemon. Taiga melanjutkan bahwa dia merasa perlu mendapat restu dari Sou.
Taiga berjanji untuk membahagiakan dan melindungi Nao. Nao tersenyum senang sambil menoleh ke arah Taiga yang berdiri tegang di sampingnya. Sou tetap diam tak berkomentar. Sou justru meminta Nao untuk pergi membeli lemon sambil memberinya uang. Nao bingung tapi menurut saja dan sebelum keluar dia sempat menoleh ke arah Taiga.
Setelah Nao pergi, Sou menawari minum tapi Taiga menolak. Sou melanjutkan memotong lemon sambil mengulangi apa yang dikatakan Taiga yaitu melindungi Nao. Taiga mengiyakan. Sou bertanya bagaimana cara Taiga melindunginya? Sou ingin Taiga menjelaskan secara spesifik. Taiga berpikir sejenak, dia agak bingung. Taiga menjawab akan melindungi Nao sekalipun nyawanya sebagai taruhan.
Sou menyela, bila Taiga mati itu artinya tak bisa melindungi Nao lagi. Sou mengatakan hal itu sambil membentak keras, membuat Taiga kaget. Sou mencoba mengendalikan emosinya dan berkata bila Taiga mati maka Nao akan sedih dan Taiga tak bisa menghiburnya lagi.
Sou membalikkan badan, dia bercerita sambil memandangi foto yang ada di dinding. Sou menceritakan bila sembilan tahun yang lalu Nao kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya. Sebelumnya Nao adalah pribadi yang ceria dan tak takut apapun tapi tragedi itu membuatnya hatinya terguncang. Kata-kata "aku tak sanggup" atau "aku takut" sudah menjadi kebiasaannya bila menghadapi masalah.
Sou berbalik dan menghadap Taiga. Sou mengatakan bahwa dirinya sudah membulatkan tekad untuk tidak menjauhi dan selalu mengatakan 'selamat datang' pada Nao. Sou bertanya apakah Taiga punya persiapan diri sejauh itu untuk Nao? Kini Taiga yang hanya diam membisu, dia tak mampu menjawab pertanyaan Sou. Sou menyimpulkan bahwa Taiga tak bisa melindungi Nao. Akhirnya Taiga pulang dengan langkah gontai.
Nao yang baru datang menjadi heran karena tak melihat Taiga. Sou yang sedang mengelap gelas mengatakan bila Taiga sudah pulang. Sou menyarankan agar Nao menyerah terhadapnya. Nao marah dan dia berlari mengejar Taiga. Nao berhasil mengejarnya dan Taiga minta maaf karena tak berpikir panjang dan mengatakan bakal mempertaruhkan nyawa segala tapi Taiga berusaha meyakinkan bila apa yang dikatakannya tidak bohong.
Sementara itu, Sou sedang memandangi buku resep milik kakaknya. Sou mengingat kembali masa lalu, saat dia pertama kali belajar memasak sesuai resep kakaknya atau betapa susahnya memperbaiki sepeda Nao yang rusak tapi dia berusaha menghibur Nao bahwa dirinya bisa melakukannya. Bagaimana Sou berusaha mengajari Nao mengayuh sepedanya.
Nao pulang dan Sou menyapanya tapi Nao hanya diam membalas salam lalu masuk kamarnya. Rupanya Nao masih kesal karena Sou tak bersikap ramah pada Taiga. Sou sedih melihat reaksi Nao padanya. Sesampainya di rumah, Taiga langsung membasahi rambutnya dan kini rambutnya kembali berwarna merah.
Nao duduk di meja belajarnya dan dia memandangi fotonya bersama Sou. Nao merasa tak enak dan berniat minta maaf tapi langkahnya langsung terhenti ketika dia melihat Sou sedang ngobrol dengan wanita yang pernah dipotretnya waktu itu. Wanita itu mencoba membujuk Sou dengan mengatakan bahwa ada lowongan sambil menyodorkan sebuah proposal dan dia yakin bila Sou kembali bergabung maka yang lain pasti senang. Lagipula sekarang adalah waktu yang tepat, tak ada yang akan menyalahkan Sou bila ingin mengejar mimpinya.
Nao sedih mendengarnya, dia ingat bila Sou pernah mengatakan tak cocok dengan pekerjaan lamanya dan bersyukur akhirnya bisa bekerja di cafe. Nao memilih kembali ke kamarnya dan menangis. Sou meletakkan proposal itu dan mengambil buku resep milik kakaknya. Sou memutuskan ingin bersama Nao karena baginya, melihat senyum Nao adalah kebahagian baginya.
Paginya, baik Taiga atau Nao berangkat ke sekolah dengan wajah masam dan ketika mereka berpapasan di tangga mereka hanya diam dan saling menatap saja. Sepulang sekolah, Nao membantu Sou di cafe tapi tak seceria biasanya. Sou menjadi serba salah melihat keponakannya yang murung tak bersemangat. Sedangkan Taiga giat belajar sendiri seolah ingin mengejar sesuatu.
Taiga dan Nao pulang bersama. Taiga mengatakan ingin bertemu lagi dengan Sou. Langkah Taiga terhenti dan Nao yang penasaran ikut melihat. Nao ingat bila pria berambut gondrong yang bernama Ikumi itu pacarnya Kayo. Pria itu kini sedang mencium wanita kurus berambut pendek. Setelah pacarnya pergi, Ikumi tampak terkejut melihat Taiga. Dia mendekat dan mengitari mereka.
Nao hanya menunduk ketakutan dan Taiga memeluk sebagai usaha melindunginya. Ikumi bertanya apakah Nao pacarnya? Nao hanya diam. Ikumi kesal dan mengatakan gara-gara Taiga, dirinya jadi punya catatan kriminal dan tak bisa melanjutkan kuliahnya. Ikumi menyalahkan Taiga atas apa yang terjadi padanya tapi Taiga tak terima dan ingin menantangnya sambil melepaskan pelukannya dari Nao.
Nao memberanikan diri untuk bertanya apakah Ikumi sudah putus dengan Kayo? Ikumi kaget ternyata Nao berteman dengan Kayo, dia tampak senang mendengarnya. Taiga mengancam agar Ikumi tak menganggunya. Mereka saling mengancam tapi Ikumi mengalah dan pergi.
Taiga, Nao dan Misaki berdiri menunggu di atap gedung. Kayo datang dan Nao langsung mendekatinya karena melihat wajah Kayo yang lebam. Kayo mengaku tak apa. Taiga juga mendekat dan bertanya apakah itu ulah Ikumi? Taiga memperingatkan agar Kayo tak terlibat dengan pria jahat seperti Ikumi. Kayo agak marah mendengarnya.
Nao menambahkan bila Ikumi juga berpacaran dengan wanita lain. Dengan nada marah Kayo mengatakan sudah tahu hal itu tapi dia tak keberatan. Nao penasaran. Kayo menjelaskan bila saat SMP dirinya sempat bosan dengan kesehariannya dan ingin mati saja tapi Ikumi mengatakan kalau dirinya menyukai Kayo. Ikumi mengaku bila dirinya tak berdaya bila tak ada Kayo dan sejak itu hidup Kayo jadi lebih menyenangkan.
Kayo mengaku bila dirinya tak keberatan jadi tak ada masalah. Setelah mengatakan hal itu Kayo pergi tapi Nao menarik tangannya. Nao tak bisa tinggal diam melihat Kayo tersakiti. kayo melepaskan tangannya sambil menyindir Nao yang penakut dan tak bisa apa-apa sehingga tak perlu mengatakan hal yang sombong padanya. Kayo ingin pergi tapi Misaki menghadangnya. Kayo kesal dan marah saat Misaki mengejeknya sebagai orang yang payah.
Kayo sudah duduk menunggu ketika Ikumi datang. Ikumi mendekat dan membujuknya sambil minta maaf karena kemarin telah memukul Kayo. Ikumi mengaku kesal setelah mengingat Taiga. Kayo bertanya apakah Ikumi juga memukul wanita lain? Ikumi agak kesal mendengar pertanyaan itu dan dia kembali memastikan bila dihatinya hanya ada Kayo saja. Ikumi membantu Kayo berdiri dan memeluknya. Hati Kayo luluh dan Ikumi meminta bantuannya.
Di sekolah, Misaki sedang melihat-lihat fotonya bersama Kayo dari handphone-nya. Di rumah, Nao baru pulang dan meletakkan tasnya di atas meja belajar ketika mendengar ada pesan masuk di handphone miliknya. Nao langsung panik setelah membaca pesan dari Nao. Dia mencoba menelepon tapi tak dijawab. Nao buru-buru pergi tanpa ingat untuk pamit pada Sou.
Nao berlari sekuat tenaga agar bisa cepat sampai dan menyelamatkan Kayo. Sesampainya di tempat Ikumi, Nao segera mencari dan mengedarkan pandangan tapi tak ada siapapun. Nao kaget saat pintu tertutup, Ikumi dan kedua temannya masuk. Ikumi memberi salam sambil tersenyum senang melihat Nao masuk dalam jebakannya.
Taiga yang sedang fokus belajar di perpus mendadak panik saat melihat foto yang dikirim oleh Ikumi untuknya. Taiga melihat Nao disekap oleh Ikumi. Taiga buru-buru pergi tanpa memperdulikan tas dan bukunya. Misaki heran melhat Taiga yang berlari kencang. Dia bertanya apa yang terjadi dan Taiga mengatakan sesuatu lalu dia segera pergi untuk menyelamatkan Nao.
Misaki pergi ke rumah Nao dan mengabarkan hal itu pada Sou. Taiga berlari kencang menuju tempat Ikumi sambil mengingat kembali janji yang sudah dia katakan pada Nao bahwa dia akan selalu melindungi Nao walaupun nyawa sebagai taruhannya. Dia juga ingat pertanyaan Sou tentang bagaimana cara dirinya melindungi Nao dan tentang kesimpulan Sou bahwa dirinya tak bisa melindungi Nao.
Sementara itu, Nao bosan duduk menunggu dan dia ingin kabur tapi dihalangi oleh kedua teman Ikumi. Ikumi kesal dan mengomel, dia tak ingin Nao kabur karena Nao adalah umpan agar Taiga datang padanya. Taiga datang dan membuka pintu tepat ketika Ikumi ingin menampar Nao. Ikumi kesal harus menunggu lama. Taiga menyindirnya, bila ingin balas dendam maka Ikumi boleh memukulnya.
Ikumi menyalahkan Taiga karena telah merebut kepercayaan ayahnya yang paling berharga baginya. Gara-gara Taiga kini dirinya jadi kebingungan apakah bisa meneruskan rumah sakit ayahnya atau tidak. Taiga menjamin tak akan melawan jadi Ikumi bisa menghajar sepuasnya dan sebagai gantinya Ikumi harus melepaskan Nao.
Salah satu teman Ikumi kesal dan menendangnya. Ikumi menerima tawaran itu dengan senang hati. Nao hanya bisa berteriak panik melihat Taiga dipukuli tanpa perlawanan. Nao ingin membantu tapi apa dayanya? Tiba-tiba Ikumi berteriak matanya perih sambil mengomel. Kedua temannya langsung membawanya pergi. Nao membantu Taiga yang babak belur.
Rupanya Misaki dan Sou datang menolong, mereka sengaja menyemprot wajah Ikumi dengan saus cabe. Misaki meminta mereka segera pergi dan dia berniat mencari Kayo sendirian. Sou dan Nao membantu Taiga untuk kabur. Misaki segera mencari Kayo setelah mobil Ikumi pergi. Misaki berteriak sambil terus mencari. Akhirnya dia menemukan Kayo yang disekap dengan tangan diikat dalam kamar.
Setelah agak jauh, mereka berhenti. Sou dan Nao membantu Taiga untuk duduk. Taiga bertanya apakah Nao tak terluka? Nao menjawab dengan kesal bahwa justru Taiga yang babak belur. Sou berdiri dan ingin menelepon bantuan tapi Taiga yang berusaha berdiri dengan dibantu Nao menolak dengan alasan dirinya tak apa.
Taiga mengaku telah membulatkan tekad agar bisa melakukan yang terbaik untuk Nao. Dia berencana setelah lulus harus segera mendapat sertifikat ahli memasak atau ahli gizi agar bisa membuka restoran sendiri. Taiga merasa hanya itu cara yang bisa dilakukan untuk melindungi Nao. Sou hanya diam.
Nao menyela bahwa Taiga tak perlu melindunginya karena Taiga sudah sering melindunginya. Berkat Taiga maka dirinya tak disakiti Ikumi, saat di terowongan Taiga juga datang menyelamatkannya. Nao berjanji akan menjadi kuat demi Taiga. Mereka saling bertukar senyum dan Sou terharu mendengarnya.
Nao memanggil Sou. Sou membalikkan badan dan menghadap ke arah mereka. Nao merasa Sou sudah banyak berkorban agar bisa bersamanya dan kini Nao mengaku bila dirinya sudah tak apa. Nao tak merasa takut atau payah lagi menghadapi apapun yang akan terjadi nanti karena kini dia sudah mendapatkan orang yang akan dilindunginya. Sou terharu dan mengangguk sekilas.
Taiga meralat ucapan Nao. Taiga mengaku bila Nao sudah melindunginya sejak lama. Taiga menceritakan kejadian setahun yang lalu ketika dia berkelahi dengan Ikumi dan teman-temannya. Saat itu hujan dan dia duduk lemas karena babak belur di jembatan. Tiba-tiba muncul seorang gadis berpayung merah berhenti. Gadis berseragam SMP itu memberikan payungnya dan juga sekotak minuman rasa madu.
Taiga mendongak dan hanya melihat punggung gadis itu yang berlari agar tak kehujanan. Taiga menangis sambil memandangi kotak minuman itu. Taiga sadar bahwa selama ini telah merepotkan ibunya padahal dia seharusnya melindunginya. Taiga ingin berubah.
Taiga pulang dan melihat ibunya cemas melihatnya basah kuyup dan babak belur. Taiga minta maaf pada ibu atas ulahnya dan mengaku bila dirinya merasa kesepian. Ibu tersenyum dan mengacak rambut putranya dengan sayang. Taiga berjanji pada ibunya untuk berubah dan akan melindunginya. Ibu terharu dan menyindir sambil mengatakan bukankah ada orang lain yang harus Taiga lindungi? Taiga mengiyakan.
Taiga mengakhiri ceritanya dengan mengatakan bila berkat Nao maka dirinya bisa bangkit kembali dan menjadi lebih baik. Mereka saling menatap seolah tak percaya dengan takdir yang telah mempertemukan mereka sejak setahun yang lalu. Sou mengaku sering berpikir pasti bagus bila Nao akhirnya menjadi kuat tapi mengapa kini dirinya malah merasa kesepian?
Sou mencoba tertawa tapi jelas terlihat bila wajahnya sedih. Sou membuang muka agar tak ada yang melihatnya meneteskan airmata. Sou mengatakan bila dirinya bodoh tak bisa membuat anak asuhnya bebas. Sou merasa berat melepaskan Nao karena selama ini sudah terbiasa tinggal bersamanya. Taiga menangis minta maaf dan Sou menyindirnya karena menangis padahal dirinya yang sedih. Sou mengajak mereka pulang.
Kayo pulang sekolah sendirian dan dia hanya diam melihat Ikumi. Seperti biasa Ikumi selalu minta maaf atas perlakuannya terhadap Kayo. Misaki tiba-tiba muncul dan mendorong tubuh Ikumi yang sedang membujuk Kayo. Misaki mengancam agar tak mendekati Kayo lagi karena Kayo berharga baginya. Ikumi tak perduli, dia ingin mengajak Kayo tapi Misaki menghalanginya. Ikumi kesal dan memilih pergi.
Misaki menghembuskan nafasnya setelah Ikumi pergi. Kayo bertanya mengapa Misaki ada di sini, apakah sengaja mengikutinya? Misaki mengaku bila mulai sekarang dia ingin melindungi orang yang berharga baginya. Kayo yang semula cemberut berubah tersenyum dan Misaki lega karena Kayo tak ketus lagi padanya. Mereka bertukar senyum.
Pagi itu, Nao berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda. Dia pamit pada Sou. Nao mengayuh sepedanya tapi ketika tiba di taman, dia mendengar Sou mengejar sambil memanggilnya. Nao berhenti dan bertanya apakah ada barangnya yang ketinggalan? Sou terengah-engah sambil menggeleng. Sou ingin memegang sepedanya agar Nao tidak jatuh. Sou mulai mendorong dan Nao terpaksa mengayuh sepedanya. Dan ingatan mereka sama-sama kembali ke masa lalu, saat Nao pertama kali belajar sepeda.
Sou berlari mendorong sepeda sambil mengatakan bila mungkin Nao berpikir dirinya mengorbankan segalanya demi bisa bersama Nao tapi anggapan Nao itu salah. Bagi Sou, asal Nao bahagia maka itu sudah cukup untuknya. Bila selalu melihat senyum yang menghiasi wajah Nao maka dirinya ikut senang.
Sou minta agar mulai sekarang Nao lebih sering tertawa. Pergi ke tempat manapun yang Nao suka dan berbahagia dengan segenap hati. Sou mengatakan hal itu sambil melepaskan tangannya sebagai simbol bahwa mulai sekarang dirinya telah membebaskan Nao agar bisa lebih bahagia bersama Taiga.
Sou mengingat kembali saat meminta Nao kecil mencicipi masakannya dan dia lega ketika Nao memuji masakannya. Sou berjanji bahwa dirinya akan menjadi ayah sekaligus ibu bagi Nao. Saat Sou melepas Nao kecil dengan sepedanya, Nao kecil berhenti dan menoleh ke arahnya sambil mengatakan bila dia bisa.
Nao kecil kini berubah menjadi Nao remaja yang hendak berangkat sekolah. Di sebuah tikungan, Taiga muncul dengan sepedanya dan mereka berhenti sambil menoleh ke arah Sou. Nao melambaikan tangan dan pamit ke sekolah. Sou tertawa haru dan balas melambaikan tangan sekilas. Taiga mengangguk memberi hormat. Taiga dan Nao saling berpandangan dan tersenyum. Mereka bersama ke sekolah dengan mengayuh sepedanya masing-masing.
Tak terasa hubungan Taiga dan Nao sudah berjalan tiga bulan. Mereka singgah di pantai dan Taiga memberinya tiga kuntum mawar. Taiga berjanji bahwa setiap bulan bunganya akan bertambah satu hingga nanti akhirnya mawarnya akan berjumlah 108. Nao tak mengerti mengapa harus 108. Taiga menjelaskan bila mawar berjumlah 108 berarti menikahlah denganku.
Nao tersenyum senang dan melompat ke arah Taiga. Taiga tak siap hingga akhirnya Nao jatuh menimpanya. Nao minta maaf dan berusaha bangkit tapi Taiga malah memeluknya. Nao balas memeluknya dan Taiga mengaku dirinya sangat bahagia. Nao juga merasakan hal yang sama. Mereka saling bertukar senyum.
Adegan favoritku :
Aku paling suka ketika Nao menuruti permintaan Kayo untuk membayangkan bila dicium Taiga. Nao mulai membayangkan dirinya dan Taiga berdiri di tepi pantai yang sepi. Mereka yang masih mengenakan seragam sekolah dan berdiri berdekatan sambil berpandangan. Suasana kian romantis ketika Taiga mulai mendekatkan wajah dan berniat menciumnya. Nao tentu saja senang tapi suasana romantis itu jadi hancur saat muncul beberapa pria kekar dari air (mungkin mereka kumpulan perenang yang nyasar, hehehe...). Mereka mendekati Taiga dan Nao sambil berteriak menyoraki agar Taiga dan Nao segera berciuman.
Nao panik dan ngeri mendapatkan penonton yang terlalu bersemangat. Nao menjerit dan menghapus bayangannya, dia menyerah dan tak ingin membayangkannya lagi. Kayo mengatakan bahwa itu hanya ujian saja. Bila Nao membayangkan Taiga menciumnya maka itu artinya Nao menyukai orang itu. Menurutku, benar juga sih apa yang dikatakan Kayo. Setiap orang pasti membayangkan hal indah dengan orang yang disukai tapi ada beberapa juga sih yang membayangkan dengan orang yang paling dibenci. Mungkin saking bencinya sehingga tanpa sadar membayangkan hal indah bersamanya. Bisa ga hal itu terjadi? Bisa dong, kan ada istilah mulanya benci menjadi cinta.
Karakter yang paling berkesan menurutku :
Bagiku, sosok super hero dalam film ini bukanlah Taiga tapi Sou. Entah mengapa aku sangat suka dengan karakternya yang pendiam tapi sangat perhatian dan sayang pada Nao, keponakannya yang tiba-tiba harus menjadi yatim piatu di usia 6 tahun. Bisa dibayangkan bahwa Sou merupakan pria lajang dan bebas tiba-tiba harus menjadi ayah dan ibu bagi Nao, belum lagi harus mengurus cafe warisan kakaknya. Pria biasanya hidupnya lebih praktis daripada wanita dan Sou pasti tak pernah atau jarang memasak untuk dirinya sendiri dan kini mendadak harus bisa memasak baik untuk urusan cafe maupun kebutuhan gizi Nao.
Bila Nao seorang anak laki-laki mungkin Sou tak terlalu repot karena Sou bisa mendidiknya seperti dirinya dulu dididik orangtuanya tapi karena Nao seorang anak perempuan makanya Sou terlihat sangat gugup dan berhati-hati dalam mengasuhnya. Adegan yang lucu sekaligus mengharukan bagiku adalah ketika Sou belajar memasak sambil memperhatikan buku resep warisan kakaknya dan Nao menungguinya. Pasti saat itu Sou gugup dan khawatir masakannya tak enak. Atau ketika sepedanya rusak, jelas terlihat aura panik di wajah Sou tapi dia berusaha tersenyum dan menghibur Nao bahwa semuanya baik-baik saja.
Aku merasa ikut lega ketika Nao mencicipi masakan Sou dan Nao memujinya sambil tersenyum, jelas terlihat ekspresi lega di wajah Sou seolah beban berat sudah terlepas darinya. Saat itulah Sou berjanji pada Nao bahwa dia akan menjadi ayah sekaligus ibu bagi Nao.
Sayangnya Sou hanya bisa memenuhi kebutuhan raga Nao saja, Sou tak bisa membantu menghapus kesedihan dan trauma Nao. Sou hanya tahu bila Nao punya trauma dan kesedihan, cara yang digunakan Sou adalah selalu menghibur dan melindunginya dari hal-hal yang sekiranya akan menganggu Nao. Hal itu membuat Nao tak mandiri dan selalu mengandalkannya.
Sikap Sou yang ketus terhadap Taiga adalah salah satu cara Sou untuk melindungi Nao. Menurut Sou, Taiga hanya punya cinta yang menggebu tapi tak punya misi untuk masa depan yang bisa menjamin hidup Nao. Tapi saat melihat keduanya benar-benar saling menyukai dan mendukung satu sama lain, jelas terlihat sorot sedih sekaligus senang di mata Sou karena tugasnya sebagai orangtua telah berkurang.
Adegan yang membuatku baper :
Ketika Nao berangkat sekolah dengan mengayuh sepedanya, Sou malah mengejar dan memegangi sepedanya agar Nao tidak jatuh. Adegan ini mungkin terlihat aneh, kan Nao sudah bisa mengapa Sou masih ingin memegangi sepedanya? Mungkin Sou ingin mengenang kembali saat dirinya mengajari Nao naik sepeda. Ketika Nao merasa takut dan ingin menyerah, Sou selalu menyemangatinya dan meyakinkan bahwa Nao akan baik-baik saja. Kini setelah Nao ingin belajar mandiri maka Sou menghibur dirinya sendiri bahwa Nao tak membutuhkan dukungannya karena sudah memiliki Taiga makanya Sou ingin memegang sepeda Nao untuk yang terakhir kalinya.
Sou akhirnya melepaskan pegangan tangannya sebagai tanda bahwa kini dirinya telah membebaskan Nao. Nao bebas melakukan atau pergi kemanapun sesukanya tanpa perlu merasa takut karena ada Taiga bersamanya. Sou terlihat sangat patah hati ketika melihat Nao bertemu Taiga dan mereka berangkat ke sekolah bersama. Raut wajahnya tampak sedih tapi Sou berusaha tegar dan meyakini bila keputusan yang diambilnya adalah benar. Sou tersenyum membalas lambaian tangan Nao.
Hikmah yang bisa diambil dari film ini :
"Tak kenal maka tak sayang". Itulah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan para tokoh remaja dalam film ini.
Nao mulanya merasa takut melihat penampilan Taiga yang garang dan berambut merah, dia ngeri saat Taiga memberinya seikat bunga dan memintanya menjadi pacar yang kelak akan menikah dengannya. Dengan berjalannya waktu Nao mulai menyadari bahwa penampilan bisa menipu. Ternyata Taiga sangat lembut, perhatian, pandai memasak dan bercita-cita menjadi koki agar bisa memiliki restoran sendiri. Nao jelas terlihat sangat cemburu ketika melihat Taiga makan siang bersama Nishigaki mungkin saat itulah Nao baru menyadari bila dirinya menyukai Taiga.
Taiga tak sengaja melihat ibunya pulang bersama seorang pria. Dia menjadi kesal dan marah, Taiga merasa hanya sebagai beban bagi ibunya. Sebagai bentuk protesnya, Taiga sengaja bersikap bandel dan suka membuat keributan, jelas hal itu membuat ibunya sedih. Pertemuan tak sengaja dengan Nao membuat Taiga sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah. Saat itu Nao tak tahu siapa Taiga, dia hanya tahu bila Taiga babak belur dan kehujanan. Makanya Nao memberikan payung merah miliknya dan sekotak minuman rasa madu. Taiga berjanji pada ibunya akan berubah karena dia punya misi untuk bertemu kembali dengan Nao dan berterima kasih padanya.
Misaki awalnya bersikap ketus, pendiam dan penyendiri. Dia kesal ketika ada orang-orang yang mengoloknya. Seperti kata Taiga, Misaki sejak kecil sekolah di Kanada hingga SMP dan di sana dia terbiasa hidup sendiri, tak ada yang usil atau mengolok apapun yang dilakukannya. Sikap ketusnya mencair saat menyadari bila Taiga sangat tulus dan ingin berteman dengannya. Sejak awal masuk sekolah Taiga sudah menolongnya dan puncaknya ketika dia hampir tenggelam di sungai. Taiga datang membantu dan mengembalikan jimatnya yang jatuh di sungai.
Kayo adalah gadis penyendiri dan cuek. Dia terjebak pergaulan dengan Ikumi karena merasa bila Ikumi adalah penolongnya. Tapi hubungannya dengan Ikumi tak tulus buktinya Ikumi tega memanfaatkannya. Misaki walaupun penakut tapi dia berhasil membuat Kayo tersenyum.
Komentarku :
Film ini memberi banyak pelajaran contohnya tentang persahabatan, ketulusan dan pengorbanan. Porsi terbanyak dalam film adalah tentang ketulusan dan pengorbanan Sou. Aku memang sangat terpesona dengan karakter Sou yang mampu berperan 100% sebagai ayah tapi mungkin hanya 70% sebagai ibu, mengapa? Nao tak bisa bebas menceritakan apa yang dialaminya terutama hal-hal yang tak menyenangkan di sekolah karena Nao tak nyaman dan sungkan karena Sou adalah pria BUKAN wanita seperti dirinya.
Di sekolah Nao hanya bisa diam dan pasrah ketika beberapa siswi menjahilinya, dia ingin marah karena kesal tapi tak berani, dia takut. Berbeda dengan Kayo, dia juga bermasalah di kehidupannya tapi karena kayo bergaul dengan Ikumi yang nakal dan suka berbuat onar maka Kayo lebih berani dan percaya diri.
Oh ya, menurutku Misaki cukup lucu dan merupakan sosok sahabat terbaik bagi Taiga. Mulanya dia bersikap ketus dan memusuhi tapi ternyata Misaki aslinya baik dan perhatian. Buktinya saat Taiga dan Nao galau dengan perasaannya, Misaki datang sebagai dewa penolong untuk membantu mereka menyadari perasaannya terhadap satu sama lain.
Yang lucu, Misaki sebenarnya penakut dan tak bisa berkelahi tapi demi Kayo, dia berani pasang badan agar Ikumi tak menganggu Kayo lagi. Setelah Ikumi pergi barulah Misaki menghembuskan nafas panjangnya sebagai tanda dia senang Ikumi pergi tanpa perlawanan sehingga dirinya tak perlu malu dihadapan Kayo.
Itulah komentarku tentang film ini, aku cukup puas dan senang setelah menontonnya. Tak ada keluhan yang berarti karena film ini menyajikan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Sinopsis lengkap :
Nao adalah siswi SMA kelas 1 yang pemalu dan minder. Dia bertekad untuk lebih berani dan sanggup menghadapi segala hal. Sejak usia 6 tahun Nao menjadi yatim piatu karena kedua orangtuanya meninggal akibat kecelakaan di terowongan, hal itulah yang membuat Nao menjadi penakut dan pesimis. Sou sebagai paman Nao terpaksa berhenti bekerja dan memilih meneruskan usaha cafe milik kakaknya agar bisa sekalian merawat Nao kecil. Nao sangat mengidolakan pamannya sehingga selalu cemburu bila ada pelanggan wanita yang akrab dengan pamannya.
Nao sangat membenci keributan dan suatu hari dia tak sengaja terlibat dalam masalah. Saat berjalan di halaman sekolah, dia melihat keributan dan menurutnya biang masalahnya itu pemuda berambut merah yang kasar dan pemarah. Nao ingin segera pergi tapi dia malah ditabrak pemuda berambut merah yang bernama Taiga. Akhirnya Taiga malah jatuh menimpa Nao. Nao ketakutan setengah mati saat Taiga sudah pergi karena dibawa dan diomeli seorang guru.
Di kelas, Nao hanya duduk diam sambil menunduk. Aada beberapa siswi yang sengaja menganggunya dengan melemparkan bulatan kertas ke arahnya. Nao sebenarnya kesal tapi ketika menoleh ke arah mereka, dia jadi ciut nyalinya dan tak berani melawan. Ada siswi yang baru datang bernama Kayo yang menegur mereka semua termasuk Nao yang hanya diam saja walaupun diganggu. Nao gelisah sambil memanggil nama pamannya, dia merasa tak sanggup dan takut menjalani harinya.
Di rumah, Sou juga gelisah sambil mengamati foto Nao. Sou tak bisa konsen kerja karena sekarang adalah hari pertama Nao masuk SMA. Seorang paman menegurnya. Sou mengaku bila dirinya memikirkan Nao, dia bertanya dalam hati apakah keponakannya sudah memiliki teman atau belum. Paman itu menimpali dengan mengatakan bila Sou memiliki keponakan seimut Nao maka yang harus dikhawatirkan adalah, adakah pria penganggu yang mendekatinya atau tidak. Sou hanya mengangguk.
Saat istirahat, Taiga tiba-tiba masuk ke dalam kelas Nao. Semuanya langsung bergerak minggir. Nao terbelalak kaget dan menunduk ketika Taiga berjalan mendekatinya. Nao pura-pura menjadi orang lain sambil memejamkan mata ketika Taiga memanggil namanya. Taiga berpesan bahwa sepulang sekolah dia menunggu Nao di belakang gedung olahraga. Nao terbelalak kaget dan Taiga tak menunggu jawabannya, dia langsung pergi meninggalkan kelas Nao. Taiga tak perduli dengan para siswa yang berbisik sambil membicarakan dirinya.
Sepulang sekolah, Nao dan Taiga sudah berdiri berhadapan di belakang gedung olahraga. Nao berdiri dengan takut karena melihat Taiga menyembunyikan tangannya di balik punggung. Nao merasa Taiga membawa sesuatu, mungkin pisau? Nao hanya bisa memejamkan mata, dia berpikir Taiga akan membunuhnya dan dia akan segera bertemu ayah ibunya. Taiga menyodorkan seikat mawar merah tapi Nao tak bisa melihatnya karena masih memejamkan mata.
Nao merasa ada aroma wangi di sekitarnya dan ketika membuka matanya, Nao melihat Taiga menyodorkan seikat mawar merah untuknya. Nao berteriak ngeri waktu Taiga meminta menjadi pacarnya dan kelak menikah dengannya. Nao menolak dengan alasan tak mau pacaran dengan pria berandalan. Taiga mendekatinya dan ingin memastikan. Nao ketakutan dan terpaksa menerima ajakan itu. Dia menerima buket bunga pemberian Taiga itu dengan lemas.
Nao pulang dengan langkah gontai dan ketika sampai di rumah, dia ingin segera ke kamar tapi paman menyapanya dan Sou juga. Wajah Nao langsung ceria melihat Sou, dia tersenyum dan ingin mendekatinya tapi 2 pelanggan wanita langsung berdiri menghalangi Nao. Mereka memuji masakan Sou dengan nada manja sedangkan Sou melayani mereka dengan ramah.
Nao kesal dan paman menyindir bahwa Sou memang populer. Paman mengakui bila memiliki usaha cafe memang harus memiliki seseorang yang ramah seperti Sou, tak bisa menggunakan tenaga nenek-nenek. Nao hanya diam sambil mengamati Sou yang mengantar kedua tamunya keluar. Nao cemberut melihat para wanita itu berusaha akrab dengan Sou.
Nao melamun sambil cemberut. Dia kaget ketika Sou bertanya tentang bunga yang dipegangnya. Nao buru-buru menyembunyikannya di balik badan sambil mengatakan kalau bunga itu pemberian dari kepala sekolah. Nao langsung kabur menuju kamarnya. Sou masih bingung dan si paman langsung menyindir bahwa kebohongan Nao itu kentara sekali, jelas kalau bunga itu pemberian seorang pria.
Nao masih kepikiran tentang ajakan makan kedua wanita itu, apakah Sou akan menerimanya? Nao menghempaskan tubuhnya di kasur dan mencoba mengingat kembali kenangan masa kecilnya bersama Sou. Setelah kedua orangtuanya meninggal, hanya Sou yang selalu ada untuk membantunya. Nao tak rela bila Sou mencurahkan hati dan pikirannya untuk orang lain. Di tempat lain, Taiga sedang sibuk memasak.
Paginya, Nao bersiap sekolah. Dia mampir ke dapur dan menyapa Sou. Sou telah menyiapkan bekal makan untuknya dan berpesan agar memakan brokolinya karena berguna untuk tubuh. Nao senang sambil mengemas bekalnya, dia menyahut bila apapun yang dihidangkan Sou untuknya pasti akan dimakan walaupun buruk untuk tubuh. Sou menegurnya agar bergegas supaya tidak terlambat.
Nao berusaha ceria dan pergi tapi setelah menutup pintu, dia berubah lemas. Dia melangkah sambil berpikir bagaimana caranya menolak Taiga. Nao terbelalak ketika melihat Taiga sudah menunggunya di seberang jalan. Nao gugup dan sedikit ngeri, dia merasa Taiga seolah menguntitnya hingga ke rumah. Nao bergegas menyeberang jalan dan menyapa Taiga dengan suara gugup. Taiga mengajak ke sekolah bersama dan Noa terpaksa mengiyakan.
Di sekolah, semuanya langsung minggir ketika melihat Nao berjalan sambil menunduk di samping Taiga. Mereka berpisah ketika Nao tiba di depan kelasnya. Semua masih tak percaya bila Nao berpacaran dengan Taiga. Saat istirahat, mereka bertemu untuk makan bersama. Taiga menyodorkan bekal buatannya dan Nao tak bisa menolak, dia mengucapkan terima kasih dan terpaksa menyembunyikan bekal buatan Sou.
Nao heran ketika membuka bekal buatan Taiga, dia memujinya karena pandai memasak. Taiga mengaku hanya tinggal bersama ibunya dan dia yang bertugas memasak. Nao mencobanya dan Taiga berharap cemas tapi dia langsung tersenyum lega ketika Nao memuji masakannya. Taiga bercita-cita menjadi koki dan memiliki restoran sendiri. Nao kembali memujinya karena sudah punya cita-cita tapi Taiga mengaku hanya ingin melakukan sesuatu yang disukainya saja.
Nao menggeser duduknya agar lebih dekat dan dia kembali memuji Taiga. Nao mengaku cemas bila dia mengatakan masakannya tak enak maka Taiga akan memukulnya. Taiga tertawa dan mengatakan bila dia tak akan memukul hanya demi masalah sepele. Nao malu dan mengingatkan bila kemarin Taiga pasti ingin memukulnya (saat berkelahi). Taiga mengaku bila kemarin itu dia terjatuh saat menghindari mereka.
Taiga bertekad tak akan memukul lagi tanpa alasan yang jelas. Taiga bertanya apakah Nao membenci pria yang suka berkelahi? Nao mengiyakan. Taiga tak akan melakukan hal yang tak disukai Nao dan tak akan membuatnya sedih. Taiga berjanji akan melindungi Nao. Nao bingung dan tak mengerti mengapa Taiga memilihnya karena dia payah dan penakut sehingga tak mungkin ada yang menyukainya. Taiga tak sependapat justru Nao adalah orang yang telah membuatnya jatuh hati.
Nao bicara sendiri dalam hati tentang Taiga. Pernyataan cinta dengan seikat bunga, bekal buatan sendiri dan sudah memiliki cita-cita. Taiga juga sudah menyelamatkannya di hari pertama sekolah. Taiga yang berjalan disampingnya, melihat wajah tertawa dan malunya. Semula Nao berpikir bila sosok Taiga itu menakutkan tapi ternyata dugaannya keliru. Taiga sangat baik. Nao pulang dan masuk kamarnya. Dia hanya bisa menghela nafas panjang ketika membuka tas dan melihat bekal buatan Sou masih utuh.
Mereka kembali berangkat bersama ke sekolah dan Nao masih saja berjalan sambil menunduk sedangkan Taiga melangkah dengan gagah. Nao masuk kelasnya dan dia kembali diganggu. Mereka bertanya apa benar Nao berpacaran dengan Taiga? Mereka menilai bila Taiga tak ada bagusnya, perangainya juga buruk. Nao ingin protes tapi tak berani.
Kayo yang duduk di belakang mengejek mereka yang selalu usil pada Nao. Mereka kesal dan memilih keluar kelas karena Kayo selalu ikut campur. Kayo juga ingin pergi tapi Nao memanggilnya dan berterima kasih. Kayo mengaku tak bermaksud menyelamatkan Nao, dia hanya tak suka melihat orang-orang yang suka menggosip padahal tak tahu apapun. Nao mengaku bila Taiga tak seburuk itu tapi dia malu sendiri ketika Kayo menimpali bahwa untuk apa Nao menceritakan hal itu padanya.
Nao berjalan pulang dan dia langsung bersembunyi saat melihat Sou keluar bersama seorang wanita yang hendak pamit. Nao yang dilanda penasaran langsung mengintip sambil mencuri dengar pembicaraan mereka. Nao merasa cemburu karena mereka sangat akrab bahkan wanita itu tak segan menyentuh Sou. Nao memutuskan untuk memotret wanita itu dan akan mencari tahu tentangnya.
Nao sedang mengamati album foto dan berusaha mencari figur yang cocok dengan wanita yang dipotretnya tadi. Nao mendadak gugup ketika Sou datang dan menanyakan tentang sekolahnya. Nao menjawab bila sekolahnya baik. Sou kembali bertanya mengapa Nao membuka album foto. Nao menjelaskan bila dia penasaran dengan seorang wanita yang tadi dilihatnya dan dia merasa pernah melihat fotonya. Sou mengintip sejenak dan mengaku kalau wanita itu adalah rekan kerjanya dulu.
Nao menguman sendiri dan dia kembali gugup saat Sou duduk di sampingnya sambil ikut melihat album foto itu. Sou merasa bila kini Nao semakin mirip kakaknya (ibunya Nao). Sou cerita kalau dulu kakaknya selalu mengeluh bila Nao tak mirip dirinya dan Sou menghibur dengan mengatakan bila anak perempuan itu biasanya lebih mirip ayahnya. Sou tertawa sendiri saat mengingat kejadian itu. Tawa Sou langsung lenyap saat Nao mengucapkan terima kasih padanya.
Nao tak pernah menduga bila akhirnya dia akan hidup sendirian setelah kedua orangtuanya meninggal. Nao senang karena sejak saat itu Sou selalu ada bersamanya. Sou berdalih bila dia merasa tak cocok di pekerjaan sebelumnya, makanya sekarang dirinya sangat bersyukur bisa bekerja di cafe. Nao tersenyum dan kembali berterima kasih. Sou tersenyum malu sambil mengacak rambut keponakannya lalu pergi. Nao membulatkan tekad untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya pada Taiga.
Di sekolah, kelas Nao dan Taiga digabung karena akan mengikuti kegiatan bersama yang dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 4 orang. Kelompok Nao hanya berisi dirinya dan Taiga sedangkan hampir semuanya sudah lengkap. Guru bertanya apakah ada yang belum mendapatkan kelompok. Nao, Taiga, Kayo dan seorang siswa mengacungkan tangan. Taiga menoleh ke arah siswa itu dan ternyata dia adalah orang yang sempat ditolongnya pada hari pertama, namanya Misaki. Guru mengumumkan bahwa kelompoknya sudah lengkap.
Misaki tak tahan mendengar semuanya mengejek kelompoknya, dia kesal dan memilih keluar kelas. Taiga mengejarnya diikuti oleh Nao. Taiga berusaha menarik tangan Misaki tapi Misaki mengibaskannya dan pergi. Taiga menjelaskan bila Misaki tinggal di Kanada hingga SMP sehingga dia tak terbiasa di kelas, mungkin itulah yang menyebabkan Misaki sulit akrab dengan yang lain.
Kegiatan ala perkemahan di mulai, semuanya sibuk membagi tugas. Ada yang memasak, memasang tenda dan membelah kayu. Nao dan Kayo memasak sedangkan Taiga menyiapkan api. Kayo menegur Misaki yang hanya membaca komik sambil ngemil tapi Misaki enggan membantu. Kayo menghampiri Misaki dan menarik tas besarnya yang digunakan sebagai sandaran. Kayo kaget karena tasnya sangat berat, Misaki mengaku isinya adalah komik karena dia berencana membaca komik nanti malam. Kayo menyerah dan pergi sambil mengomel. Taiga mencoba menengahi tapi Misaki terlanjur kesal.
Misaki memilih duduk di batu dekat sungai, dia melanjutkan kembali membaca komik. Ada 2 siswa yang usil dan meledeknya, salah satu dari mereka sengaja menendang jimatnya. Misaki kaget dan segera terjun ke air padahal dia tak bisa berenang. Bukannya membantu, mereka malah lari ketakutan saat melihat Misaki hampir tenggelam. Taiga datang membantunya. Nao dan Kayo datang ke sungai untuk melihat apa yang terjadi.
Bukannya berterima kasih telah dibantu, Misaki malah marah dan membentak Taiga saat Taiga mengatakan ingin berteman dengannya. Misaki berteriak tak butuh teman. Taiga berjalan mendekat dan menarik bajunya, Taiga mengingatkan agar tak sok kuat, bila sedang kesulitan dan tak ada seseorang disisinya maka yang ada Misaki akan semakin terpuruk. Taiga mengembalikan barang Misaki yang jatuh sambil mengatakan bahwa sebagai teman maka dia akan berada disisi Misaki.
Misaki tak mengatakan apapun, dia pergi mengambil tasnya. Misaki menegur Taiga agar cepat kembali dan berganti baju agar tak demam. Misaki menoleh ke arah Taiga dan Taiga tersenyum mengiyakan. Mereka berempat kembali tapi di tengah jalan Taiga baru ingat bila jaketnya masih tertinggal di sungai. Nao menawarkan untuk mengambilnya agar Taiga bisa segera berganti baju dan Nao langsung berlari menuju arah sungai.
Beberapa waktu berlalu, Kayo mulai akrab dengan Misaki. Mereka sedang berdebat ketika Taiga bertanya tentang Nao. Mereka menjawab kalau Nao belum kembali. Taiga melemparkan peralatan makan yang baru dicucinya dan segera berlari mencari Nao. Taiga tak perduli dengan teriakan protes dari Misaki.
Nao tampaknya agak bingung mencari jalan menuju sungai, dia tak yakin dengan jalan yang dilaluinya. Nao bergidik ngeri saat melihat ada terowongan didepannya. Dia teringat kembali trauma masa kecilnya dulu. Nao menguatkan hati dan mulai berjalan masuk ke dalam terowongan. Di sungai, Taiga menemukan jaketnya masih tergeletak di batu besar. Itu artinya Nao belum sampai ke sungai. Taiga berteriak memanggil Nao dan berlari mencari keberadaan Nao.
Nao yang sudah berada di tengah terowongan menjadi gelisah dan dia kian panik saat lampu penerangan mendadak padam. Nao mengenggam tangannya dengan erat, nafasnya terengah-engah. Dia kembali teringat masa lalunya. Nao jatuh terduduk, dia ketakutan dan tak sanggup bertahan, dia berteriak memanggil Sou. Nao mendengar suara Taiga yang berlari mendekatinya. Nao hanya bisa menangis saat Taiga memeluk sambil menenangkannya.
Dalam perjalanan pulang, Nao minta maaf telah menyusahkan tapi Taiga lega karena Nao baik-baik saja. Nao berjalan sambil berpikir, dia memberanikan diri memanggil Taiga dan menunduk minta maaf. Nao ingin mengatakan sesuatu tapi tak berani dan Taiga menebak bila Nao sudah punya seseorang yang disukai. Nao mendongak kaget dan dia melihat Taiga tak marah. Nao tersenyum lega saat Taiga mengajaknya kembali.
Taiga masih penasaran dan bertanya apakah orang yang disukai Nao itu bernama Sou? Nao menjelaskan bahwa Sou itu pamannya (adik ibunya). Taiga sedikit kaget mendengar Nao menyukai pamannya sendiri. Nao menceritakan tentang kecelakaan yang menimpa kedua orangtuanya dan peran Sou dalam hidupnya.
Suatu hari, ayah ibu pamit akan pergi ke rumah pelanggan. Mereka bertanya apakah Nao berani di rumah sendirian? Nao kecil mengatakan berani dan ayah ibu memujinya lalu pamit pergi. Sampai malam, keduanya tak kunjung kembali. Nao menjadi gelisah dan takut. Tiba-tiba Sou datang dan menenangkannya. Sou berjanji bahwa dirinya akan menjadi ayah dan ibu bagi Nao.
Nao mengatakan bila sejak saat itu, Sou berperan sebagai ayah dan ibu untuknya. Dia tak tahu sejak kapan mulai menyukainya. Nao agak malu karena menyukai paman sendiri yang masih sedarah tapi Taiga merasa bahwa menyukai Sou itu tak salah. Taiga menduga bila Sou itu pasti sangat hebat dan keren, Nao tersenyum senang sambil mengangguk.
Taiga meminta agar Nao bersedia menjadi temannya tapi dia menjadi gugup dan menegur diri sendiri saat Nao hanya diam. Nao menggeleng, dia mau berteman dengan Taiga. Taiga tersenyum lega dan mereka saling bertukar senyum. Misaki berteriak memanggil mereka. Nao dan Taiga menoleh, mereka melihat Misaki dan Kayo datang menyusul dengan berlari. Mereka berdua cemas karena Taiga dan Nao belum kembali. Misaki mengajak mereka semua kembali.
Mereka berempat berjalan berpasangan. Kayo dan Misaki kembali berdebat. Nao merasa bila Taiga dan Misaki itu seperti saudara. Mereka semua tertawa dan Misaki ingin segera kembali dengan alasan lapar, dia bergegas berlari agar cepat sampai. Nao berterima kasih pada Taiga. Taiga tak mempermasalahkannya, dia hanya berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan sisi kerennya pada Nao. Taiga berlari meninggalkan Nao dan Nao berusaha mengejarnya.
Nao menunjukkan fotonya saat bersama Taiga, Misaki dan Kayo. Nao juga memuji Taiga yang pandai memasak seperti Sou dan kedua temannya juga menyukai masakan Taiga yang enak. Sou menyindir Nao agar segera memakan masakannya juga. Nao malu dan menyantap makanannya, dia memuji masakan Sou yang enak.
Taiga sedang menunggu ibunya di meja makan sambil melihat-lihat fotonya bersama ketiga temannya. Taiga tak menyadari kedatangan ibunya, hingga ibunya ikut mengintip dan bertanya apakah Nao adalah pacarnya? Taiga kaget dan menyangkalnya, dia mengatakan Nao hanya teman. Ibu tertawa sambil mengacak rambut putranya dengan sayang.
Misaki kaget setelah mendengar bahwa Taiga tak pacaran dengan Nao. Taiga agak bingung menjelaskannya dan dia hanya bilang kalau cintanya ditolak Nao. Di kelas, Nao juga cerita pada Kayo kalau dia mau menerima ajakan Taiga karena takut tapi kini dia tak takut lagi padanya karena dirinya sudah melihat banyak sisi baiknya Taiga. Nao merasa bila wajah Taiga yang malu-malu itu imut juga.
Misaki menyimpulkan bila Taiga tak keberatan bila dirinya mendekati Nao. Taiga hanya diam menunduk tapi Misaki balas tertawa sambil berkata kalau dirinya hanya bercanda, Misaki mengaku lebih memilih Kayo daripada Nao. Taiga menegaskan bila dirinya hanya berteman dengan Nao.
Nao mengatakan bila Taiga adalah temannya yang berharga. Kayo meminta Nao untuk membayangkan bagaimana bila Nao dicium Taiga. Nao menjerit kaget tapi menurut saja, dia memejamkan mata sambil membayangkan dirinya dan Taiga berdiri di pinggir pantai. Saat Taiga ingin menciumnya, tiba-tiba ada beberapa pria yang muncul dari air dan mendekat. Mereka bersorak agar Taiga dan Nao segera berciuman. Nao menjerit dan tak bisa membayangkannya lagi. Kayo tersenyum dan mengatakan bahwa itu hanya ujian saja. Bila Nao membayangkan dicium seseorang maka itu membuktikan bila Nao menyukai orang itu.
Malam itu, Sou menutup sendiri cafenya dan dia melirik ke arah pigura yang berisi foto Nao bersama ketiga temannya. Pandangan Sou hanya tertuju pada Taiga, pria yang menurut Nao adalah sangat pandai memasak seperti dirinya. Entah mengapa Sou merasa bahwa sebentar lagi dirinya tak lagi menjadi pria pujaan dihati keponakannya, akan ada pria lain yang akan menggeser posisinya. Sou menghela nafas dan masuk ke dalam rumah.
Nao hanya berbaring di kamarnya sementara Taiga galau sendiri, dia ragu untuk mengirim pesan pada Nao. Dia mondar-mandir di kamarnya dan akhirnya memberanikan diri untuk mengirim pesannya. Taiga kian gelisah karena Nao sudah membacanya tapi tak kunjung membalas. Taiga girang saat Nao akhirnya membalas pesannya.
Nao hanya tertawa sendiri ketika membaca pesan Taiga yang terkesan formal. Taiga ingin agar besok Nao bersedia mengajarinya karena takut menghadapi UTS. Nao kembali terigat kata-kata Kayo. 'Saat membayangkan kamu berciuman dengan seseorang, itu bukti bahwa kamu cukup menyukainya'.
Paginya, Nao berjalan ke sekolah dengan lunglai. Dia terpesona saat melihat Kayo berangkat sekolah dengan diantar pria berambut gondrong yang mengendarai motor besar. Kayo bahkan tak ragu berciuman dengan pria itu di depan gerbang sekolah. Kayo berjalan santai menuju sekolah, dia tak melihat Misaki yang terbelalak kaget karena ternyata Kayo sudah punya pacar.
Taiga minta maaf karena telah merepotkan Nao. Nao tak keberatan dan Taiga tersenyum sambil berterima kasih. Nao mengajari Taiga dengan sabar cara mengerjakan soal matematika dengan mudah. Taiga senang bisa mengerjakannya, dia mencoba mengerjakan soal yang lain dan Nao hanya bisa tersenyum malu saat Taiga memanggilnya Bu Guru Kagore.
Nao menunggu sambil memejamkan mata, dia menyangga kepalanya dengan tangan. Taiga telah menyelesaikan soalnya tapi dia malah terpesona melihat Nao yang tertidur. Taiga dengan sigap menyodorkan tangannya ketika pegangan tangan Nao lepas dan kepalanya jatuh terkulai di meja. Taiga tak mengerti dengan apa yang dirasakannya. Dia mencoba mengingatkan diri sendiri bahwa Nao hanya temannya tapi Taiga tak bisa menahan rasa sukanya.
Taiga memberanikan diri mencium Nao yang tertidur dan dia langsung panik ketika Nao membuka matanya. Nao mengangkat kepalanya dan Taiga langsung menarik tangannya. Nao meraba bibirnya ketika mendengar Taiga minta maaf. Taiga mengemasi bukunya dan kembali minta maaf, dia ingin Nao melupakan apa yang baru terjadi. Taiga bergegas pergi tapi kembali lagi dan meralat permintaannya, dia tak ingin Nao melupakannya. Taiga kian gugup saat Nao hanya diam dan dia langsung pergi. Taiga malu sendiri dengan apa yang sudah dilakukannya.
Di kelas, Misaki kaget mendengar cerita Taiga bahwa Taiga telah mencium Nao. Taiga kesal karena suara Misaki terlalu keras dan Misaki langsung menutup mulutnya. Misaki tak menduga bila Taiga berani melakukannya. Taiga mengeluh bila dirinya memang parah. Di kelas sebelah, Kayo juga memuji keberanian Taiga. Kayo bertanya apakah Nao suka atau tidak. Nao tak bisa menjawabnya. Baik Taiga dan Nao sama-sama galau.
Di kelas Taiga, guru datang bersama siswi baru bernama Nishigaki. Nishigaki memberi hormat pada semua teman barunya tanpa mengatakan apapun. Tampak jelas pandangan matanya yang ragu dan takut saat semua pasang mata tertuju padanya. Misaki memujinya dengan sebutan imut sedangkan Taiga hanya diam.
Taiga sedang mengembalikan buku di perpus dan dia tak sengaja berpapasan dengan Nao. Keduanya merasa canggung dan Taiga kembali menunduk sambil minta maaf. Nao memintanya untuk tak minta maaf lagi sambil membantunya berdiri tegak lagi. Nao mengaku bila hal itu sebuah salam yang wajar dilakukan di luar negeri tapi dia mengeluh sendiri mengingat bahwa salam yang wajar itu bila cium pipi bukan bibir.
Taiga tak sengaja melirik Nishigaki yang sedang membaca sebuah buku. Nao ikut menoleh dan Taiga menjelaskan bila dia itu murid pindahan baru di kelasnya. Nao mengamati buku yang dibaca Nishigaki dan mengaku pernah membaca buku itu, isinya tentang cara berbicara santai dan mengalir apa adanya. Tapi nyatanya hal itu sulit dilakukan, bila gugup maka akan sulit mengatakan sesuatu. Taiga mencoba mengingat apa yang dikatakan oleh Nao.
Di kelas, 2 siswi yang duduk di belakang Nishigaki mengeluh tentang rumor ulangan harian saat pelajaran matematika. Mereka galau dan ragu apakah bisa bila belajar mendadak. Nishigaki menoleh ketika keduanya sibuk membuka bukunya. Nishigaki mencoba membantu dengan mengatakan bila ingat rumusnya maka semua orang bisa mengerjakannya. Keduanya kesal dan merasa Nishigaki mengejek kemampuannya. Nishigaki hanya bisa menunduk saat keduanya balas menyindirnya. Hal itu tak luput dari pengamatan Misaki dan Taiga.
Saat istirahat, Taiga mendekati meja Nishigaki dan mengajaknya makan bekal bersama. Nao yang kebetulan lewat merasa curiga melihat mereka makan bersama. Apalagi melihat Taiga yang tampak akrab dan santai ketika ngobrol bersama Nishigaki. Ada sedikit cemburu dihati Nao.
Nishigaki mendapat nilai 100 untuk ulangan matematika dan kedua siswi itu kembali mengoloknya. Nishigaki hanya bisa diam menunduk. Taiga tak tahan lagi, dia mendekati keduanya dan menegur mereka bahwa mereka salah paham terhadap maksud Nishigaki. Nishigaki malu dan memilih keluar kelas dan Taiga mengejarnya.
Nao yang sedang menuruni tangga tak sengaja melihat Taiga mengejar Nishigaki, dia bersembunyi agar bisa mencuri dengan pembicaraan mereka. Taiga menegur Nishigaki agar berani berterus terang pada mereka bila tak terbiasa ngobrol dengan orang lain, bahwa sebenarnya Nishigaki ingin ngobrol dengan mereka. Nishigaki menyangkalnya dan Taiga mengutip kata-kata Nao bahwa rasa gugup membuat seseorang sulit mengatakan sesuatu. Nao yang menguping kaget mendengar namanya disebut.
Nishigaki mengaku bila sudah terlambat jika mengatakan hal itu pada mereka. Saat dirinya sibuk memikirkan kata-kata yang akan diucapkan mereka sudah terlanjur memberi kesan buruk padanya. Nishigaki tak keberatan karena dia sudah terbiasa sendirian dan dia tak apa. Taiga mengatakan bahwa hal itu hanya upaya untuk melindungi diri sendiri saja.
Taiga mengaku hal itu pernah dialaminya saat masih SMP. Taiga hanya tinggal berdua bersama ibunya dan dia sangat menyayanginya. Suatu malam, dia tak sengaja melihat ibunya bersama seorang pria. Taiga marah dan menganggap dirinya sebagai beban bagi ibunya. Sejak saat itu Taiga menjadi kehilangan arah dan suka membuat keributan. Taiga mengakui bila hal itu karena dirinya takut tersakiti dan hanya melarikan diri saja.
Taiga menyemangati Nishigaki. Bila memang Nishigaki tak pandai berbicara maka bisa menggunakan isyarat saja toh mereka akan mengerti. Bila cara itu masih tak berhasil maka dia bersedia membantu untuk memikirkan cara lainnya. Nishigaki mengerti dan berniat mencoba saran Taiga. Taiga tersenyum memberi dukungan semangat. Nao yang mencuri dengar menjadi lebih terkesan pada Taiga.
Saat pelajaran olahraga, Nishigaki tampak unggul bermain basket. Dia berkelompok dengan dua siswi yang pernah mengejeknya. Saat istirahat, Nishigaki hanya duduk sendirian. Kedua siswi itu mendekati dan memuji kemampuan basketnya. Nishigaki mengatakan bila saat SMP dirinya menjadi anggota klub basket.
Mereka hendak pergi tapi Nishigaki mencegahnya. Dia bercerita bila mengalami kesulitan berbicara dengan orang lain tapi dirinya sangat ingin bisa ngobrol bersama. Nishigaki mengaku pandai dalam pelajaran dan basket sehingga tak keberatan membantu bila mereka kesulitan. Nishigaki berusaha meyakinkan mereka bahwa dirinya tak bermaksud menyombongkan diri tapi dia hanya ingin membantu apa yang dia kuasai.
Mereka menganggapi pembicaraan Nishigaki dengan nada bercanda dan ketegangan Nishigaki mencair. Dia ikut tertawa bersama mereka. Nishigaki sangat senang hingga tak sabar ingin mengatakan kabar gembira itu pada Taiga. Setelah berganti seragam, Nishigaki bergegas menuju kelas, dia ingin bertemu Taiga.
Nao melihat Nishigaki berlari sambil memanggil Taiga yang berdiri di koridor. Dia penasaran dan mengintip dari pintu kelasnya. Nishigaki mengatakan pada Taiga bahwa dirinya berhasil ngobrol dengan mereka. Taiga ikut senang mendengarnya. Nao melihat mereka dengan raut wajah masam, dia tak suka melihat Taiga tertawa bersama Nishigaki. Misaki menoleh ke arah Nao dan Nao menjadi salah tingkah. Nao memilih kembali masuk kelasnya.
Sepulang sekolah, Nao berjalan gontai dan dia memilih duduk di bangku tempat biasanya makan bersama Taiga. Nao murung dan menunduk. Misaki muncul dan bertanya padanya tapi Nao mengatakan tak ada apa-apa. Misaki duduk di sampingnya dan dia tak percaya bila Nao mengatakan tak ada apa-apa tapi wajahnya murung.
Nao tak mengerti, dia merasa ada perasaan aneh yang muncul saat melihat Taiga bersama Nishigaki. Misaki tersenyum, dia menunjukkan jimat pemberian temannya di Kanada saat dia akan kembali ke Jepang. Pada hari pertamanya di sekolah, ada anak kelas 2 yang mengejeknya karena membawa jimat dan Taiga datang membantunya.
Misaki bertanya apakah Nao tahu mengapa Taiga mewarnai rambutnya? Nao tak tahu dan Misaki menjelaskan bila itu bukan karena Taiga bandel tapi dulu Taiga sangat menyukai serial Sentai. Taiga merasa bila pimpinan yang berambut merah itu sangat keren makanya Taiga menirunya agar bisa melindungi sesuatu yang berharga baginya.
Menurut Misaki, Taiga itu jujur pada perasaannya sendiri dan ketika sudah membulatkan tekad maka dia benar-benar akan melindungi hal yang ingin dilindunginya. Sikapnya memang tak menakutkan tapi kadang bisa membuat kesal. Mereka saling berpandangan dan Misaki merasa menang karena misinya untuk mempengaruhi Nao berhasil. Misaki berdiri sambil memanasinya agar tak takut lagi mengutarakan perasaannya pada Taiga.
Misaki pamit dan Nao kembali teringat tentang pengakuan Taiga bahwa dirinya adalah orang yang telah membuat Taiga jatuh hati. Taiga juga pernah mengatakan bila dirinya berusaha menunjukkan sisi kerennya pada Nao. Seolah mendapat kekuatan tambahan, Nao bergegas berlari mengejar Misaki. Dia berteriak mengatakan terima kasih sambil terus berlari meninggalkan Misaki yang hanya tersenyum. Nao berlari menuju kelas Taiga.
Di kelas, Taiga pamit pada Nishigaki tapi Nishigaki memanggilnya sambil menarik bajunya. Nishigaki ingin mengatakan sesuatu tapi dia langsung mundur saat Nao yang masuk kelas dengan nafas terengah-engah. Nao berusaha mengatur nafasnya. Dia memberanikan diri menyatakan rasa sukanya pada Taiga. Dia mengaku ada rasa pedih dihatinya ketika melihat Taiga akrab dengan Nishigaki. Nao bimbang karena Taiga hanya diam membisu.
Nishigaki merasa tak enak, dia mengaku pada Nao bila hubungannya dengan Taiga hanya sebatas teman saja sehingga Nao tak perlu cemas. Nishigaki sangat berterima kasih karena Taiga mengajarinya cara mengatasi rasa gugup saat ingin berbicara. Nishigaki pamit sambil tersenyum entah senyum senang atau sedih.
Setelah Nishigaki pergi, Taiga menghadap ke arah Nao kembali. Nao mengakui saat Taiga menciumnya, dia merasa senang. Dia tak tahu sejak kapan perasaan itu muncul tapi Nao menyadari bila dia juga sangat menyukai Taiga. Taiga bertanya tentang Sou. Nao menganggap Sou sebagai figur pengganti ayah ibunya sedangkan orang yang disukai adalah Taiga. Nao mendekat ke arah Taiga sambil memintanya untuk menjadi pacar dan kelak menikah dengannya.
Nao gugup melihat Taiga sejak tadi hanya diam dan dia menjadi salah tingkah. Nao ingin mengatakan sesuatu tapi Taiga langsung memeluknya. Taiga mengeluh sendiri, dia sangat bahagia sehingga menjadi bodoh. Nao balas memeluknya. Taiga bertanya apakah ini hanya mimpi? Nao melonggarkan pelukannya dan menggeleng. Dia membimbing tangan Taiga ke pipinya dan tangannya mendarat di pipi Taiga. Nao mengajak Taiga saling mencubit pipi untuk memastikan ini mimpi atau bukan. Mereka bertukar tawa karena sama-sama merasakan sakit.
Sejak saat itu, Nao selalu bersama Taiga dan tak terpisahkan. Seminggu kemudian Taiga memberanikan diri berkunjung ke rumah Nao. Sou menilai penampilan Taiga dan mencoba bersikap formal. Sou mempersilahkan Taiga untuk bebas memilih tempat duduk karena tak ada pelanggan. Sou pergi sejenak dan Nao mendekati Taiga.
Nao penasaran dan bertanya mengapa rambut Taiga berwarna hitam? Taiga beralasan dia ingin tampil lebih sopan. Nao kembali bertanya mengapa Taiga mengenakan seragam sekolah? Taiga beralasan harus mengenakan seragam untuk acara resmi, dia juga mengenakan seragam saat di upacara pemakaman kakeknya. Nao protes karena sekarang bukan di pemakaman.
Belum sempat Taiga menjawab, Sou muncul dan bertanya apakah Taiga temannya Nao? Nao mengangguk tapi Taiga meralat. Taiga minta izin agar bisa berpacaran dengan Nao dan kelak ingin menikah dengannya. Sou yang sedang memotong jeruk menjadi kaget ketika melihat Taiga menunduk. Sou hanya diam dan mulai memotong lemon. Taiga melanjutkan bahwa dia merasa perlu mendapat restu dari Sou.
Taiga berjanji untuk membahagiakan dan melindungi Nao. Nao tersenyum senang sambil menoleh ke arah Taiga yang berdiri tegang di sampingnya. Sou tetap diam tak berkomentar. Sou justru meminta Nao untuk pergi membeli lemon sambil memberinya uang. Nao bingung tapi menurut saja dan sebelum keluar dia sempat menoleh ke arah Taiga.
Setelah Nao pergi, Sou menawari minum tapi Taiga menolak. Sou melanjutkan memotong lemon sambil mengulangi apa yang dikatakan Taiga yaitu melindungi Nao. Taiga mengiyakan. Sou bertanya bagaimana cara Taiga melindunginya? Sou ingin Taiga menjelaskan secara spesifik. Taiga berpikir sejenak, dia agak bingung. Taiga menjawab akan melindungi Nao sekalipun nyawanya sebagai taruhan.
Sou menyela, bila Taiga mati itu artinya tak bisa melindungi Nao lagi. Sou mengatakan hal itu sambil membentak keras, membuat Taiga kaget. Sou mencoba mengendalikan emosinya dan berkata bila Taiga mati maka Nao akan sedih dan Taiga tak bisa menghiburnya lagi.
Sou membalikkan badan, dia bercerita sambil memandangi foto yang ada di dinding. Sou menceritakan bila sembilan tahun yang lalu Nao kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya. Sebelumnya Nao adalah pribadi yang ceria dan tak takut apapun tapi tragedi itu membuatnya hatinya terguncang. Kata-kata "aku tak sanggup" atau "aku takut" sudah menjadi kebiasaannya bila menghadapi masalah.
Sou berbalik dan menghadap Taiga. Sou mengatakan bahwa dirinya sudah membulatkan tekad untuk tidak menjauhi dan selalu mengatakan 'selamat datang' pada Nao. Sou bertanya apakah Taiga punya persiapan diri sejauh itu untuk Nao? Kini Taiga yang hanya diam membisu, dia tak mampu menjawab pertanyaan Sou. Sou menyimpulkan bahwa Taiga tak bisa melindungi Nao. Akhirnya Taiga pulang dengan langkah gontai.
Nao yang baru datang menjadi heran karena tak melihat Taiga. Sou yang sedang mengelap gelas mengatakan bila Taiga sudah pulang. Sou menyarankan agar Nao menyerah terhadapnya. Nao marah dan dia berlari mengejar Taiga. Nao berhasil mengejarnya dan Taiga minta maaf karena tak berpikir panjang dan mengatakan bakal mempertaruhkan nyawa segala tapi Taiga berusaha meyakinkan bila apa yang dikatakannya tidak bohong.
Sementara itu, Sou sedang memandangi buku resep milik kakaknya. Sou mengingat kembali masa lalu, saat dia pertama kali belajar memasak sesuai resep kakaknya atau betapa susahnya memperbaiki sepeda Nao yang rusak tapi dia berusaha menghibur Nao bahwa dirinya bisa melakukannya. Bagaimana Sou berusaha mengajari Nao mengayuh sepedanya.
Nao pulang dan Sou menyapanya tapi Nao hanya diam membalas salam lalu masuk kamarnya. Rupanya Nao masih kesal karena Sou tak bersikap ramah pada Taiga. Sou sedih melihat reaksi Nao padanya. Sesampainya di rumah, Taiga langsung membasahi rambutnya dan kini rambutnya kembali berwarna merah.
Nao duduk di meja belajarnya dan dia memandangi fotonya bersama Sou. Nao merasa tak enak dan berniat minta maaf tapi langkahnya langsung terhenti ketika dia melihat Sou sedang ngobrol dengan wanita yang pernah dipotretnya waktu itu. Wanita itu mencoba membujuk Sou dengan mengatakan bahwa ada lowongan sambil menyodorkan sebuah proposal dan dia yakin bila Sou kembali bergabung maka yang lain pasti senang. Lagipula sekarang adalah waktu yang tepat, tak ada yang akan menyalahkan Sou bila ingin mengejar mimpinya.
Nao sedih mendengarnya, dia ingat bila Sou pernah mengatakan tak cocok dengan pekerjaan lamanya dan bersyukur akhirnya bisa bekerja di cafe. Nao memilih kembali ke kamarnya dan menangis. Sou meletakkan proposal itu dan mengambil buku resep milik kakaknya. Sou memutuskan ingin bersama Nao karena baginya, melihat senyum Nao adalah kebahagian baginya.
Paginya, baik Taiga atau Nao berangkat ke sekolah dengan wajah masam dan ketika mereka berpapasan di tangga mereka hanya diam dan saling menatap saja. Sepulang sekolah, Nao membantu Sou di cafe tapi tak seceria biasanya. Sou menjadi serba salah melihat keponakannya yang murung tak bersemangat. Sedangkan Taiga giat belajar sendiri seolah ingin mengejar sesuatu.
Taiga dan Nao pulang bersama. Taiga mengatakan ingin bertemu lagi dengan Sou. Langkah Taiga terhenti dan Nao yang penasaran ikut melihat. Nao ingat bila pria berambut gondrong yang bernama Ikumi itu pacarnya Kayo. Pria itu kini sedang mencium wanita kurus berambut pendek. Setelah pacarnya pergi, Ikumi tampak terkejut melihat Taiga. Dia mendekat dan mengitari mereka.
Nao hanya menunduk ketakutan dan Taiga memeluk sebagai usaha melindunginya. Ikumi bertanya apakah Nao pacarnya? Nao hanya diam. Ikumi kesal dan mengatakan gara-gara Taiga, dirinya jadi punya catatan kriminal dan tak bisa melanjutkan kuliahnya. Ikumi menyalahkan Taiga atas apa yang terjadi padanya tapi Taiga tak terima dan ingin menantangnya sambil melepaskan pelukannya dari Nao.
Nao memberanikan diri untuk bertanya apakah Ikumi sudah putus dengan Kayo? Ikumi kaget ternyata Nao berteman dengan Kayo, dia tampak senang mendengarnya. Taiga mengancam agar Ikumi tak menganggunya. Mereka saling mengancam tapi Ikumi mengalah dan pergi.
Taiga, Nao dan Misaki berdiri menunggu di atap gedung. Kayo datang dan Nao langsung mendekatinya karena melihat wajah Kayo yang lebam. Kayo mengaku tak apa. Taiga juga mendekat dan bertanya apakah itu ulah Ikumi? Taiga memperingatkan agar Kayo tak terlibat dengan pria jahat seperti Ikumi. Kayo agak marah mendengarnya.
Nao menambahkan bila Ikumi juga berpacaran dengan wanita lain. Dengan nada marah Kayo mengatakan sudah tahu hal itu tapi dia tak keberatan. Nao penasaran. Kayo menjelaskan bila saat SMP dirinya sempat bosan dengan kesehariannya dan ingin mati saja tapi Ikumi mengatakan kalau dirinya menyukai Kayo. Ikumi mengaku bila dirinya tak berdaya bila tak ada Kayo dan sejak itu hidup Kayo jadi lebih menyenangkan.
Kayo mengaku bila dirinya tak keberatan jadi tak ada masalah. Setelah mengatakan hal itu Kayo pergi tapi Nao menarik tangannya. Nao tak bisa tinggal diam melihat Kayo tersakiti. kayo melepaskan tangannya sambil menyindir Nao yang penakut dan tak bisa apa-apa sehingga tak perlu mengatakan hal yang sombong padanya. Kayo ingin pergi tapi Misaki menghadangnya. Kayo kesal dan marah saat Misaki mengejeknya sebagai orang yang payah.
Kayo sudah duduk menunggu ketika Ikumi datang. Ikumi mendekat dan membujuknya sambil minta maaf karena kemarin telah memukul Kayo. Ikumi mengaku kesal setelah mengingat Taiga. Kayo bertanya apakah Ikumi juga memukul wanita lain? Ikumi agak kesal mendengar pertanyaan itu dan dia kembali memastikan bila dihatinya hanya ada Kayo saja. Ikumi membantu Kayo berdiri dan memeluknya. Hati Kayo luluh dan Ikumi meminta bantuannya.
Di sekolah, Misaki sedang melihat-lihat fotonya bersama Kayo dari handphone-nya. Di rumah, Nao baru pulang dan meletakkan tasnya di atas meja belajar ketika mendengar ada pesan masuk di handphone miliknya. Nao langsung panik setelah membaca pesan dari Nao. Dia mencoba menelepon tapi tak dijawab. Nao buru-buru pergi tanpa ingat untuk pamit pada Sou.
Nao berlari sekuat tenaga agar bisa cepat sampai dan menyelamatkan Kayo. Sesampainya di tempat Ikumi, Nao segera mencari dan mengedarkan pandangan tapi tak ada siapapun. Nao kaget saat pintu tertutup, Ikumi dan kedua temannya masuk. Ikumi memberi salam sambil tersenyum senang melihat Nao masuk dalam jebakannya.
Taiga yang sedang fokus belajar di perpus mendadak panik saat melihat foto yang dikirim oleh Ikumi untuknya. Taiga melihat Nao disekap oleh Ikumi. Taiga buru-buru pergi tanpa memperdulikan tas dan bukunya. Misaki heran melhat Taiga yang berlari kencang. Dia bertanya apa yang terjadi dan Taiga mengatakan sesuatu lalu dia segera pergi untuk menyelamatkan Nao.
Misaki pergi ke rumah Nao dan mengabarkan hal itu pada Sou. Taiga berlari kencang menuju tempat Ikumi sambil mengingat kembali janji yang sudah dia katakan pada Nao bahwa dia akan selalu melindungi Nao walaupun nyawa sebagai taruhannya. Dia juga ingat pertanyaan Sou tentang bagaimana cara dirinya melindungi Nao dan tentang kesimpulan Sou bahwa dirinya tak bisa melindungi Nao.
Sementara itu, Nao bosan duduk menunggu dan dia ingin kabur tapi dihalangi oleh kedua teman Ikumi. Ikumi kesal dan mengomel, dia tak ingin Nao kabur karena Nao adalah umpan agar Taiga datang padanya. Taiga datang dan membuka pintu tepat ketika Ikumi ingin menampar Nao. Ikumi kesal harus menunggu lama. Taiga menyindirnya, bila ingin balas dendam maka Ikumi boleh memukulnya.
Ikumi menyalahkan Taiga karena telah merebut kepercayaan ayahnya yang paling berharga baginya. Gara-gara Taiga kini dirinya jadi kebingungan apakah bisa meneruskan rumah sakit ayahnya atau tidak. Taiga menjamin tak akan melawan jadi Ikumi bisa menghajar sepuasnya dan sebagai gantinya Ikumi harus melepaskan Nao.
Salah satu teman Ikumi kesal dan menendangnya. Ikumi menerima tawaran itu dengan senang hati. Nao hanya bisa berteriak panik melihat Taiga dipukuli tanpa perlawanan. Nao ingin membantu tapi apa dayanya? Tiba-tiba Ikumi berteriak matanya perih sambil mengomel. Kedua temannya langsung membawanya pergi. Nao membantu Taiga yang babak belur.
Rupanya Misaki dan Sou datang menolong, mereka sengaja menyemprot wajah Ikumi dengan saus cabe. Misaki meminta mereka segera pergi dan dia berniat mencari Kayo sendirian. Sou dan Nao membantu Taiga untuk kabur. Misaki segera mencari Kayo setelah mobil Ikumi pergi. Misaki berteriak sambil terus mencari. Akhirnya dia menemukan Kayo yang disekap dengan tangan diikat dalam kamar.
Setelah agak jauh, mereka berhenti. Sou dan Nao membantu Taiga untuk duduk. Taiga bertanya apakah Nao tak terluka? Nao menjawab dengan kesal bahwa justru Taiga yang babak belur. Sou berdiri dan ingin menelepon bantuan tapi Taiga yang berusaha berdiri dengan dibantu Nao menolak dengan alasan dirinya tak apa.
Taiga mengaku telah membulatkan tekad agar bisa melakukan yang terbaik untuk Nao. Dia berencana setelah lulus harus segera mendapat sertifikat ahli memasak atau ahli gizi agar bisa membuka restoran sendiri. Taiga merasa hanya itu cara yang bisa dilakukan untuk melindungi Nao. Sou hanya diam.
Nao menyela bahwa Taiga tak perlu melindunginya karena Taiga sudah sering melindunginya. Berkat Taiga maka dirinya tak disakiti Ikumi, saat di terowongan Taiga juga datang menyelamatkannya. Nao berjanji akan menjadi kuat demi Taiga. Mereka saling bertukar senyum dan Sou terharu mendengarnya.
Nao memanggil Sou. Sou membalikkan badan dan menghadap ke arah mereka. Nao merasa Sou sudah banyak berkorban agar bisa bersamanya dan kini Nao mengaku bila dirinya sudah tak apa. Nao tak merasa takut atau payah lagi menghadapi apapun yang akan terjadi nanti karena kini dia sudah mendapatkan orang yang akan dilindunginya. Sou terharu dan mengangguk sekilas.
Taiga meralat ucapan Nao. Taiga mengaku bila Nao sudah melindunginya sejak lama. Taiga menceritakan kejadian setahun yang lalu ketika dia berkelahi dengan Ikumi dan teman-temannya. Saat itu hujan dan dia duduk lemas karena babak belur di jembatan. Tiba-tiba muncul seorang gadis berpayung merah berhenti. Gadis berseragam SMP itu memberikan payungnya dan juga sekotak minuman rasa madu.
Taiga mendongak dan hanya melihat punggung gadis itu yang berlari agar tak kehujanan. Taiga menangis sambil memandangi kotak minuman itu. Taiga sadar bahwa selama ini telah merepotkan ibunya padahal dia seharusnya melindunginya. Taiga ingin berubah.
Taiga pulang dan melihat ibunya cemas melihatnya basah kuyup dan babak belur. Taiga minta maaf pada ibu atas ulahnya dan mengaku bila dirinya merasa kesepian. Ibu tersenyum dan mengacak rambut putranya dengan sayang. Taiga berjanji pada ibunya untuk berubah dan akan melindunginya. Ibu terharu dan menyindir sambil mengatakan bukankah ada orang lain yang harus Taiga lindungi? Taiga mengiyakan.
Taiga mengakhiri ceritanya dengan mengatakan bila berkat Nao maka dirinya bisa bangkit kembali dan menjadi lebih baik. Mereka saling menatap seolah tak percaya dengan takdir yang telah mempertemukan mereka sejak setahun yang lalu. Sou mengaku sering berpikir pasti bagus bila Nao akhirnya menjadi kuat tapi mengapa kini dirinya malah merasa kesepian?
Sou mencoba tertawa tapi jelas terlihat bila wajahnya sedih. Sou membuang muka agar tak ada yang melihatnya meneteskan airmata. Sou mengatakan bila dirinya bodoh tak bisa membuat anak asuhnya bebas. Sou merasa berat melepaskan Nao karena selama ini sudah terbiasa tinggal bersamanya. Taiga menangis minta maaf dan Sou menyindirnya karena menangis padahal dirinya yang sedih. Sou mengajak mereka pulang.
Kayo pulang sekolah sendirian dan dia hanya diam melihat Ikumi. Seperti biasa Ikumi selalu minta maaf atas perlakuannya terhadap Kayo. Misaki tiba-tiba muncul dan mendorong tubuh Ikumi yang sedang membujuk Kayo. Misaki mengancam agar tak mendekati Kayo lagi karena Kayo berharga baginya. Ikumi tak perduli, dia ingin mengajak Kayo tapi Misaki menghalanginya. Ikumi kesal dan memilih pergi.
Misaki menghembuskan nafasnya setelah Ikumi pergi. Kayo bertanya mengapa Misaki ada di sini, apakah sengaja mengikutinya? Misaki mengaku bila mulai sekarang dia ingin melindungi orang yang berharga baginya. Kayo yang semula cemberut berubah tersenyum dan Misaki lega karena Kayo tak ketus lagi padanya. Mereka bertukar senyum.
Pagi itu, Nao berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda. Dia pamit pada Sou. Nao mengayuh sepedanya tapi ketika tiba di taman, dia mendengar Sou mengejar sambil memanggilnya. Nao berhenti dan bertanya apakah ada barangnya yang ketinggalan? Sou terengah-engah sambil menggeleng. Sou ingin memegang sepedanya agar Nao tidak jatuh. Sou mulai mendorong dan Nao terpaksa mengayuh sepedanya. Dan ingatan mereka sama-sama kembali ke masa lalu, saat Nao pertama kali belajar sepeda.
Sou berlari mendorong sepeda sambil mengatakan bila mungkin Nao berpikir dirinya mengorbankan segalanya demi bisa bersama Nao tapi anggapan Nao itu salah. Bagi Sou, asal Nao bahagia maka itu sudah cukup untuknya. Bila selalu melihat senyum yang menghiasi wajah Nao maka dirinya ikut senang.
Sou minta agar mulai sekarang Nao lebih sering tertawa. Pergi ke tempat manapun yang Nao suka dan berbahagia dengan segenap hati. Sou mengatakan hal itu sambil melepaskan tangannya sebagai simbol bahwa mulai sekarang dirinya telah membebaskan Nao agar bisa lebih bahagia bersama Taiga.
Sou mengingat kembali saat meminta Nao kecil mencicipi masakannya dan dia lega ketika Nao memuji masakannya. Sou berjanji bahwa dirinya akan menjadi ayah sekaligus ibu bagi Nao. Saat Sou melepas Nao kecil dengan sepedanya, Nao kecil berhenti dan menoleh ke arahnya sambil mengatakan bila dia bisa.
Nao kecil kini berubah menjadi Nao remaja yang hendak berangkat sekolah. Di sebuah tikungan, Taiga muncul dengan sepedanya dan mereka berhenti sambil menoleh ke arah Sou. Nao melambaikan tangan dan pamit ke sekolah. Sou tertawa haru dan balas melambaikan tangan sekilas. Taiga mengangguk memberi hormat. Taiga dan Nao saling berpandangan dan tersenyum. Mereka bersama ke sekolah dengan mengayuh sepedanya masing-masing.
Tak terasa hubungan Taiga dan Nao sudah berjalan tiga bulan. Mereka singgah di pantai dan Taiga memberinya tiga kuntum mawar. Taiga berjanji bahwa setiap bulan bunganya akan bertambah satu hingga nanti akhirnya mawarnya akan berjumlah 108. Nao tak mengerti mengapa harus 108. Taiga menjelaskan bila mawar berjumlah 108 berarti menikahlah denganku.
Nao tersenyum senang dan melompat ke arah Taiga. Taiga tak siap hingga akhirnya Nao jatuh menimpanya. Nao minta maaf dan berusaha bangkit tapi Taiga malah memeluknya. Nao balas memeluknya dan Taiga mengaku dirinya sangat bahagia. Nao juga merasakan hal yang sama. Mereka saling bertukar senyum.
Adegan favoritku :
Aku paling suka ketika Nao menuruti permintaan Kayo untuk membayangkan bila dicium Taiga. Nao mulai membayangkan dirinya dan Taiga berdiri di tepi pantai yang sepi. Mereka yang masih mengenakan seragam sekolah dan berdiri berdekatan sambil berpandangan. Suasana kian romantis ketika Taiga mulai mendekatkan wajah dan berniat menciumnya. Nao tentu saja senang tapi suasana romantis itu jadi hancur saat muncul beberapa pria kekar dari air (mungkin mereka kumpulan perenang yang nyasar, hehehe...). Mereka mendekati Taiga dan Nao sambil berteriak menyoraki agar Taiga dan Nao segera berciuman.
Nao panik dan ngeri mendapatkan penonton yang terlalu bersemangat. Nao menjerit dan menghapus bayangannya, dia menyerah dan tak ingin membayangkannya lagi. Kayo mengatakan bahwa itu hanya ujian saja. Bila Nao membayangkan Taiga menciumnya maka itu artinya Nao menyukai orang itu. Menurutku, benar juga sih apa yang dikatakan Kayo. Setiap orang pasti membayangkan hal indah dengan orang yang disukai tapi ada beberapa juga sih yang membayangkan dengan orang yang paling dibenci. Mungkin saking bencinya sehingga tanpa sadar membayangkan hal indah bersamanya. Bisa ga hal itu terjadi? Bisa dong, kan ada istilah mulanya benci menjadi cinta.
Karakter yang paling berkesan menurutku :
Bagiku, sosok super hero dalam film ini bukanlah Taiga tapi Sou. Entah mengapa aku sangat suka dengan karakternya yang pendiam tapi sangat perhatian dan sayang pada Nao, keponakannya yang tiba-tiba harus menjadi yatim piatu di usia 6 tahun. Bisa dibayangkan bahwa Sou merupakan pria lajang dan bebas tiba-tiba harus menjadi ayah dan ibu bagi Nao, belum lagi harus mengurus cafe warisan kakaknya. Pria biasanya hidupnya lebih praktis daripada wanita dan Sou pasti tak pernah atau jarang memasak untuk dirinya sendiri dan kini mendadak harus bisa memasak baik untuk urusan cafe maupun kebutuhan gizi Nao.
Bila Nao seorang anak laki-laki mungkin Sou tak terlalu repot karena Sou bisa mendidiknya seperti dirinya dulu dididik orangtuanya tapi karena Nao seorang anak perempuan makanya Sou terlihat sangat gugup dan berhati-hati dalam mengasuhnya. Adegan yang lucu sekaligus mengharukan bagiku adalah ketika Sou belajar memasak sambil memperhatikan buku resep warisan kakaknya dan Nao menungguinya. Pasti saat itu Sou gugup dan khawatir masakannya tak enak. Atau ketika sepedanya rusak, jelas terlihat aura panik di wajah Sou tapi dia berusaha tersenyum dan menghibur Nao bahwa semuanya baik-baik saja.
Aku merasa ikut lega ketika Nao mencicipi masakan Sou dan Nao memujinya sambil tersenyum, jelas terlihat ekspresi lega di wajah Sou seolah beban berat sudah terlepas darinya. Saat itulah Sou berjanji pada Nao bahwa dia akan menjadi ayah sekaligus ibu bagi Nao.
Sayangnya Sou hanya bisa memenuhi kebutuhan raga Nao saja, Sou tak bisa membantu menghapus kesedihan dan trauma Nao. Sou hanya tahu bila Nao punya trauma dan kesedihan, cara yang digunakan Sou adalah selalu menghibur dan melindunginya dari hal-hal yang sekiranya akan menganggu Nao. Hal itu membuat Nao tak mandiri dan selalu mengandalkannya.
Sikap Sou yang ketus terhadap Taiga adalah salah satu cara Sou untuk melindungi Nao. Menurut Sou, Taiga hanya punya cinta yang menggebu tapi tak punya misi untuk masa depan yang bisa menjamin hidup Nao. Tapi saat melihat keduanya benar-benar saling menyukai dan mendukung satu sama lain, jelas terlihat sorot sedih sekaligus senang di mata Sou karena tugasnya sebagai orangtua telah berkurang.
Adegan yang membuatku baper :
Ketika Nao berangkat sekolah dengan mengayuh sepedanya, Sou malah mengejar dan memegangi sepedanya agar Nao tidak jatuh. Adegan ini mungkin terlihat aneh, kan Nao sudah bisa mengapa Sou masih ingin memegangi sepedanya? Mungkin Sou ingin mengenang kembali saat dirinya mengajari Nao naik sepeda. Ketika Nao merasa takut dan ingin menyerah, Sou selalu menyemangatinya dan meyakinkan bahwa Nao akan baik-baik saja. Kini setelah Nao ingin belajar mandiri maka Sou menghibur dirinya sendiri bahwa Nao tak membutuhkan dukungannya karena sudah memiliki Taiga makanya Sou ingin memegang sepeda Nao untuk yang terakhir kalinya.
Sou akhirnya melepaskan pegangan tangannya sebagai tanda bahwa kini dirinya telah membebaskan Nao. Nao bebas melakukan atau pergi kemanapun sesukanya tanpa perlu merasa takut karena ada Taiga bersamanya. Sou terlihat sangat patah hati ketika melihat Nao bertemu Taiga dan mereka berangkat ke sekolah bersama. Raut wajahnya tampak sedih tapi Sou berusaha tegar dan meyakini bila keputusan yang diambilnya adalah benar. Sou tersenyum membalas lambaian tangan Nao.
Hikmah yang bisa diambil dari film ini :
"Tak kenal maka tak sayang". Itulah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan para tokoh remaja dalam film ini.
Nao mulanya merasa takut melihat penampilan Taiga yang garang dan berambut merah, dia ngeri saat Taiga memberinya seikat bunga dan memintanya menjadi pacar yang kelak akan menikah dengannya. Dengan berjalannya waktu Nao mulai menyadari bahwa penampilan bisa menipu. Ternyata Taiga sangat lembut, perhatian, pandai memasak dan bercita-cita menjadi koki agar bisa memiliki restoran sendiri. Nao jelas terlihat sangat cemburu ketika melihat Taiga makan siang bersama Nishigaki mungkin saat itulah Nao baru menyadari bila dirinya menyukai Taiga.
Taiga tak sengaja melihat ibunya pulang bersama seorang pria. Dia menjadi kesal dan marah, Taiga merasa hanya sebagai beban bagi ibunya. Sebagai bentuk protesnya, Taiga sengaja bersikap bandel dan suka membuat keributan, jelas hal itu membuat ibunya sedih. Pertemuan tak sengaja dengan Nao membuat Taiga sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah. Saat itu Nao tak tahu siapa Taiga, dia hanya tahu bila Taiga babak belur dan kehujanan. Makanya Nao memberikan payung merah miliknya dan sekotak minuman rasa madu. Taiga berjanji pada ibunya akan berubah karena dia punya misi untuk bertemu kembali dengan Nao dan berterima kasih padanya.
Misaki awalnya bersikap ketus, pendiam dan penyendiri. Dia kesal ketika ada orang-orang yang mengoloknya. Seperti kata Taiga, Misaki sejak kecil sekolah di Kanada hingga SMP dan di sana dia terbiasa hidup sendiri, tak ada yang usil atau mengolok apapun yang dilakukannya. Sikap ketusnya mencair saat menyadari bila Taiga sangat tulus dan ingin berteman dengannya. Sejak awal masuk sekolah Taiga sudah menolongnya dan puncaknya ketika dia hampir tenggelam di sungai. Taiga datang membantu dan mengembalikan jimatnya yang jatuh di sungai.
Kayo adalah gadis penyendiri dan cuek. Dia terjebak pergaulan dengan Ikumi karena merasa bila Ikumi adalah penolongnya. Tapi hubungannya dengan Ikumi tak tulus buktinya Ikumi tega memanfaatkannya. Misaki walaupun penakut tapi dia berhasil membuat Kayo tersenyum.
Komentarku :
Film ini memberi banyak pelajaran contohnya tentang persahabatan, ketulusan dan pengorbanan. Porsi terbanyak dalam film adalah tentang ketulusan dan pengorbanan Sou. Aku memang sangat terpesona dengan karakter Sou yang mampu berperan 100% sebagai ayah tapi mungkin hanya 70% sebagai ibu, mengapa? Nao tak bisa bebas menceritakan apa yang dialaminya terutama hal-hal yang tak menyenangkan di sekolah karena Nao tak nyaman dan sungkan karena Sou adalah pria BUKAN wanita seperti dirinya.
Di sekolah Nao hanya bisa diam dan pasrah ketika beberapa siswi menjahilinya, dia ingin marah karena kesal tapi tak berani, dia takut. Berbeda dengan Kayo, dia juga bermasalah di kehidupannya tapi karena kayo bergaul dengan Ikumi yang nakal dan suka berbuat onar maka Kayo lebih berani dan percaya diri.
Oh ya, menurutku Misaki cukup lucu dan merupakan sosok sahabat terbaik bagi Taiga. Mulanya dia bersikap ketus dan memusuhi tapi ternyata Misaki aslinya baik dan perhatian. Buktinya saat Taiga dan Nao galau dengan perasaannya, Misaki datang sebagai dewa penolong untuk membantu mereka menyadari perasaannya terhadap satu sama lain.
Yang lucu, Misaki sebenarnya penakut dan tak bisa berkelahi tapi demi Kayo, dia berani pasang badan agar Ikumi tak menganggu Kayo lagi. Setelah Ikumi pergi barulah Misaki menghembuskan nafas panjangnya sebagai tanda dia senang Ikumi pergi tanpa perlawanan sehingga dirinya tak perlu malu dihadapan Kayo.
Itulah komentarku tentang film ini, aku cukup puas dan senang setelah menontonnya. Tak ada keluhan yang berarti karena film ini menyajikan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Terimakasih atas sinopsisnya... 😊😊
Sama-sama. Terima kasih juga sudah berkenan mampir dan berkomentar di blog saya. ^_^
Thnks