Hear Me adalah film Taiwan tahun 2009. Film ini mengisahkan kehidupan dua bersaudara Xiao Peng yang tunarungu dan adiknya Yang Yang. Mereka berdua saling melengkapi dan mendukung untuk meraih mimpinya masing-masing. Dari film ini kita bisa mengetahui bahwa ketidaktahuan dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap sesuatu.
Para pemain :
Eddie Peng sebagai Tian Kuo
Chen Yihan sebagai Yang Yang
Michelle Chen sebagai Xiao Peng
Lo Peian sebagai ayahnya Tian Kuo
Lin Meihsiu sebagai ibunya Tian Kuo
Liu Chunhung sebagai pelatih renang
Sinopsis lengkap :
Tian Kuo adalah seorang pemuda yang membantu usaha warung orangtuanya. Suatu hari, dia mendapat tugas mengantar makanan untuk tim renang di sebuah gedung olahraga. Tian Kuo melihat meja resepsionis yang sepi dan dia berinisiatif langsung menuju kolam renang. Tian Kuo menghampiri dua orang gadis yang sedang asyik berbicara menggunakan bahasa isyarat. Tian Kuo rupanya bisa mengerti dan ikut tertawa melihat gerakan tangan gadis yang mengenakan baju bergaris. Kedua gadis itu menoleh dan Tian Kuo menyodorkan kertas pesanan pada gadis yang berbalut handuk. Gadis itu tersenyum dan pamit untuk mengambil uang.
Tian Kuo mengamati Yang Yang, gadis dengan baju bergaris yang sedang mengemasi peralatan kameranya. Ketika gadis berbalut handuk itu kembali, Yang Yang segera pamit sambil berlari. Tian Kuo tersenyum melihatnya tapi kemudian bertanya mengapa Yang Yang pergi tanpa makan dulu. Xiao Peng, gadis berbalut handuk itu menjelaskan kalau Yang Yang itu adiknya tapi bukan anggota tim renang sehingga tidak mendapat jatah makan. Tian Kuo mengangguk sambil memberikan uang kembalian pada Xiao Peng dan langsung pergi.
Yang Yang sempat menghindari ketika ada sepeda yang melintas tapi dia kaget saat tiba-tiba ada sepeda yang muncul dan dia terjatuh dari motornya. Tian Kuo datang menolong dan membantunya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Tian Kuo pamit karena masih harus kerja dan Yang Yang tidak keberatan saat Tian Kuo minta msn-nya.
Di rumah, ibu memarahi Tian Kuo karena datang terlambat sehingga ada pesanan yang dibatalkan dan sebagai hukumannya, Tian Kuo harus menghabiskan semua pesanan itu. Ibu kepo karena Tian Kuo makan sambil tersenyum sendiri saat mengamati ponselnya. Ibu kembali mengomel tapi Tian Kuo menunjukkan bahwa semua makanan sudah dihabiskan.
Esoknya, Yang Yang melihat Tian Kuo yang sedang menjual makanan dan banyak yang mengantri. Tian Kuo kaget saat Yang Yang menyapa dan mengajak berkenalan. Yang Yang minta maaf karena kemarin tidak sempat bilang terima kasih dan lupa berkenalan. Tian Kuo tersenyum senang dan memperkenalkan diri sebagai Tian Kuo. Tian Kuo minta izin agar bisa memotret Yang Yang dan gadis itu tertawa manis.
Yang Yang penasaran melihat banyak orang mengantri untuk membeli makanan dan Tian Kuo memberinya sebuah secara gratis. Yang Yang merasa tidak enak tapi Tian Kuo mengusulkan agar mereka pergi nonton sebagai balasan makanan gratisnya. Yang Yang melihat agendanya dan dia menggeleng karena harus bekerja, hal itu membuat Tian Kuo agak kecewa.
Tian Kuo sedang menatap layar komputer di kamarnya sambil ngomong sendiri. Dia agak sebal karena Yang Yang tidak pernah online. Ibu yang melihat putranya ngomong sendiri langsung mengomelinya. Saat itulah Yang Yang membalas pesan Tian Kuo dan mengajaknya bertemu di tempat renang.
Tian Kuo dan Yang Yang ngobrol di tepi kolam sambil mengamati Xiao Peng berlatih renang. Tian Kuo jadi mengerti tentang kehidupan kakak beradik itu, walaupun Yang Yang sebagai adik tapi dia lebih berperan seperti kakak dan orangtua bagi Xiao Peng karena kakaknya ingin fokus berenang. Ibu mereka sudah meninggal dan ayahnya bertugas di Afrika sebagai misionaris. Yang Yang juga menjelaskan bahwa kakaknya tidak bisa mendengar sehingga sejak kecil kakaknya belajar membaca ekspresi wajah seseorang sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Tian Kuo sedang memasak sup tulang untuk Yang Yang ketika ibu datang dan menggagetkannya. Tian Kuo langsung kabur dan tidak memperdulikan omelan ibunya. Tian Kuo tiba di depan rumah Yang Yang tapi tampak sepi sehingga dia memutuskan untuk mengirim pesan pada Yang Yang. Yang Yang merasa sungkan mendapat kiriman makanan yang banyak dan mahal tapi Tian Kuo tidak mempermasalahkannya. Tian Kuo langsung mengekor Yang Yang dan masuk ke dalam rumah.
Tian Kuo heran melihat keadaan rumah yang luas tanpa sekat dan Yang Yang tersenyum sambil menjelaskan bahwa semua itu ide ayahnya bahwa rumah tanpa sekat dan dengan warna mencolok akan lebih mudah untuk mengawasi seseorang yang menderita gangguan pendengaran. Tian Kuo melihat banyak medali milik Xiao Peng dan Yang Yang dengan bangga menunjukkan semua koleksi piala kakaknya. Obrolan mereka hanya berlangsung singkat karena Yang Yang langsung bergegas ganti pakaian dan berangkat kerja lagi.
Tian Kuo pergi jalan-jalan dan tertarik melihat gadis cantik berpose ala patung tapi gadis itu langsung bergerak ketika ada yang memberi koin. Tian Kuo tahu kalau gadis itu adalah Yang Yang, dia mengeluh karena mereka tidak punya banyak waktu untuk ngobrol dan sekalinya ngobrol pasti hanya membahas Xiao Peng. Yang Yang tetap membisu dan dia hanya bergerak saat Tian Kuo memberinya koin dan itupun hanya bergerak sebentar.
Sementara itu, Xiao Peng pulang dan membereskan rumah. Dia kelelahan tapi puas karena hasil latihannya memuaskan dan pelatih juga memujinya. Xiao Peng tertidur dan tidak menyadari ada kebakaran di sekitar rumahnya.
Tian Kuo menunggu hingga malam dan Yang Yang menyudahi pekerjaannya. Tian Kuo mengajak Yang Yang makan dan kali ini Yang Yang berniat mentraktir tapi Tian Kuo merasa tidak enak melihat pemiliki kedai dan calon pembeli menunggu Yang Yang menghitung uang koinnya sehingga Tian Kuo berinisiatif membayar tagihan dan mengajak Yang Yang pergi tapi hal itu malah membuat Yang Yang tersinggung dan marah. Yang Yang pergi meninggalkan Tian Kuo yang mengejar sambil memanggil namanya.
Yang Yang merasa bersalah pada kakaknya yang harus dilarikan ke rumah sakit karena menghirup asap saat terjadi kebakaran di dekat rumahnya. Xiao Peng berusaha menghibur adiknya dan memintanya untuk pulang beristirahat. Yang Yang pulang dan membersihkan rumah. Ketika menjenguk kakaknya, Yang Yang tidak sengaja melihat pembicaraan teman kakaknya. Mereka mengatakan bahwa Xiao Peng mengalami cedera akibat kebakaran sehingga bisa mempengaruhi aktivitas berenangnya dan mereka berencana untuk berlatih lebih giat agar pelatih memilih mereka .
Yang Yang sedih mendengarnya dan pergi. Xiao Peng menemui adiknya yang sedang melamun. Yang Yang khawatir kalau kakaknya tidak bisa bertanding akibat kecelakaan itu tapi Xiao Peng kembali menegaskan bahwa dirinya baik-baik saja dan dia pasti bisa mengejar ketinggalannya. Yang Yang masih merasa bersalah bila sampai kakaknya gagal ikut bertanding.
Tian Kuo mencari Yang Yang di tempat renang tapi tidak ketemu. Dia mencoba mencarinya di tempat berkumpulnya para seniman jalanan tapi disana Yang Yang juga tidak ada. Tian Kuo kemudian makan mie di kedai yang sama ketika sedang makan bersama Yang Yang, kebetulan kedainya sedang sepi sehingga pemilik kedai beristirahat sambil makan mie di meja belakang Tian Kuo. Pemilik kedai masih ingat dengan Tian Kuo dan membicarakan tentang Yang Yang. Tian Kuo kesal karena mereka seolah mengejek Yang Yang, Tian Kuo langsung pergi sambil menumpahkan uang recehan di meja.
Tian Kuo mencoba mengirim sms tapi tidak dibalas karena Yang Yang sedang mengawasi kakaknya berlatih sendirian. Yang Yang agak khawatir karena kakaknya terlalu memaksakan diri untuk berlatih. Kekhawatiran Yang Yang terbukti saat melihat kakaknya hampir tenggelam dan dia langsung menceburkan diri di kolam untuk membantu kakaknya berhenti sambil terbatuk-batuk.
Di rumah, ayah sedang menata buah di piring dan menghampiri Tian Kuo yang mencuci tanpa tenaga. Dia menolak ketika ayah menyodorkan sepiring buah. Ayah mengambil kursi dan bertanya apa yang terjadi. Akhirnya Tian Kuo menceritakan kisahnya dengan Yang Yang, gadis cantik pekerja keras tapi tunarungu. Ayah mendiskusikan hal itu dengan ibu tapi ibu ragu karena hanya Tian Kuo yang mengerti bahasa isyarat sedangkan mereka tidak.
Paginya, ibu kerepotan dan memanggil Tian Kuo. Ayah mengatakan bahwa putra mereka sedang galau sehingga ibu harus sabar. Ibu kembali memanggil putranya dan dengan nada lembut minta bantuan putranya untuk mengantar pesanan makanan. Ibu bahkan memberi uang saku dan minta agar Tian Kuo tidak buru-buru pulang. Tian Kuo merasa heran tapi dia menurut saja apa kata orangtuanya.
Hujan deras tiba-tiba mengguyur ketika Tian Kuo selesai mengantarkan pesanan, dia berpikir sejenak sambil melihat uang yang tadi diberikan oleh ibunya. Tian Kuo bergegas menuju suatu tempat. Tian Kuo tiba di rumah Yang Yang, dia memencet bel berkali-kali tapi Yang Yang malah bersembunyi di balik pintu. Tian Kuo kecewa dan meletakkan sebuah kardus di atas kursi. Tian Kuo kembali memencet bel sebelum akhirnya menyerah dan pergi. Xiao Peng heran melihat adiknya dan ikut mengintip. Yang Yang keluar dan melihat kardus itu, setelah dibuka ternyata isinya adalah celengan dari kaca berbentuk burung bangau.
Tian Kuo berusaha untuk minta maaf tapi Yang Yang tetap tidak membalasnya karena Yang Yang masih fokus membantu kakaknya yang galau hingga membuat Tian Kuo stress. Tian Kuo tak tahu bagaimana caranya agar Yang Yang mau memaafkan dirinya lagi. Tian Kuo hanya bisa mengomeli komputernya saja.
Yang Yang menjemput kakaknya dan dia melihat kakaknya sedang berbicara dengan pelatih. Kakaknya pergi sambil menahan tangis dan membuang kacamata renangnya dengan marah. Dia bahkan tidak menghiraukan raut bingung di wajah Yang Yang. Xiao Peng mandi sambil menangis kecewa. Ada teman yang mengajaknya untuk makan bersama sepulang latihan dan Xiao Peng mengiyakan. Yang Yang masih menunggu dan ketika melihat Xiao Peng, dia bergegas mengajaknya pulang tapi Xiao Peng malah membentak dan menyuruhnya pulang. Yang Yang akhirnya pulang sendirian.
Yang Yang tidak tahu apa yang terjadi pada kakaknya, dia kian sewot saat melihat Tian Kuo ada di depan rumahnya dalam balutan kostum "pohon". Yang Yang mengatakan bahwa mungkin mereka tidak cocok tapi Tian Kuo tidak mau mengerti dan terus mencoba memencet bel agar Yang Yang mau keluar dan bicara padanya tapi Yang Yang tidak mau keluar rumah lagi. Tian Kuo terpaksa pulang dengan kostum anehnya.
Yang Yang sedang memasukkan uang recehnya ke dalam celengan ketika mendengar kakaknya pulang dalam keadaan mabuk. Yang Yang khawatir tapi Xiao Peng malah kesal karena merasa dikasihani dan menjadi beban adiknya. Yang Yang minta kakaknya menjelaskan apa yang terjadi. Dengan wajah sedih, Xiao Peng mengatakan bahwa pelatih memberitahunya kalau performanya kian menurun, artinya dia tidak punya kesempatan untuk ikut lomba tahun ini. Xiao Peng kecewa karena usaha kerasnya selama ini sia-sia. Yang Yang merasa bersalah dan minta maaf tapi hal itu membuat Xiao Peng kian kesal karena adiknya tidak mengerti apa maksudnya.
Xiao Peng merasa malu karena selama ini Yang Yang selalu berkorban untuknya tapi dia tidak bisa memberi hadiah medali untuk adiknya. Xiao Peng berharap bila dirinya menang dan mendapat hadiah uang maka uang itu bisa digunakan untuk membayar hutang tapi kini dia malah tidak bisa ikut lomba. Yang Yang tidak mempermasalahkan hal itu karena dirinya bangga memiliki kakak seperti Xiao Peng. Yang Yang tidak keberatan merawat kakaknya karena dulu Xiao Peng selalu membelanya ketika dirinya diganggu anak lain. Yang Yang bertanya apakah Xiao Peng bersedia menjadi kakaknya lagi bila mereka terlahir kembali? Xiao Peng tak kuasa membendung airmatanya dan tersenyum. Mereka akhirnya berbaikan dan berpelukan.
Yang Yang sedang memasukkan uang receh ke dalam celengan ketika ada pesan dari Tian Kuo dan akhirnya mereka ngobrol lewat msn. Yang Yang melirik kakaknya yang tidur dan dia memilih berbaring di samping kakaknya daripada membalas pesan Tian Kuo. Lagi-lagi Tian Kuo bingung melihat sikap Yang Yang kembali mengacuhkan obrolan mereka. Tian Kuo kembali mengomel dan dia langsung tertegun saat muncul wajah Yang Yang di layar komputernya. Tian Kuo ingin mencium gambar Yang Yang tapi Tian Kuo mengurungkan niatnya dan melihat sekelilingnya, dia takut ibunya tiba-tiba muncul. Setelah memastikan aman, Tian Kuo mencium layar komputernya. Tian Kuo menjadi salah tingkah sendiri setelah menyadari apa yang telah dilakukannya apalagi setelah komputernya menjadi rusak akibat ulahnya.
Paginya, Yang Yang dan Xiao Peng pergi melihat kumpulan bangau. Mereka saling bercerita tentang masa kecil mereka dan Yang Yang mengatakan bahwa ada seseorang yang memanggilnya sebagai burung bangau. Xiao Peng menduga bahwa orang itu adalah Tian Kuo. Sebagai kakak, Xiao Peng mendukung adiknya bersama Tian Kuo tapi Yang Yang menolak karena dia mengira Tian Kuo juga tuli seperti Xiao Peng. Xiao Peng ikut sedih tapi dia tetap menyemangati adiknya agar berterus terang pada Tian Kuo karena dia tidak ingin adiknya terus memikirkan dirinya, Yang Yang harus memikirkan kebahagiannya sendiri.
Tian Kuo pulang setelah mengantarkan pesanan makanan, dia heran melihat ayah ibunya duduk berhadapan sambil mengamati sebuah amplop di atas meja. Ibu mengatakan amplop itu untuk Tian Kuo dan Tian Kuo langsung membukanya. Dia kaget saat mengenali beberapa gambar makanan milik Yang Yang dan ada tulisan di kertas terakhir. Tian Kuo menumpahkan isi amplop coklat itu dan beberapa uang receh dan kertas langsung jatuh berhamburan di meja. Tian Kuo langsung berlari tapi dia langsung berhenti di depan pintu dan berjalan kembali dengan gontai, hal itu membuat kedua orangtuanya heran.
Tian Kuo cemberut dan bertanya apakah orangtuanya akan menerima gadis itu bila dia mengejarnya? Ayah ibu saling berpandangan dan menebak bahwa gadis itu adalah Yang Yang. Tian Kuo hanya bisa mengangguk lemah. Ibu membujuk ayah agar mulai sekarang mereka harus belajar bahasa isyarat, ibu beralasan bahwa dirinya merasa lelah harus ngomong terus dengan suara lantang dan ayah beralasan bahwa kadang telinganya butuh istirahat dari suara berisik. Tian Kuo langsung bersemangat mendengar persetujuan orangtuanya, dia langsung mencium kedua orangtuanya dan bergegas pergi menyusul Yang Yang.
Tian Kuo memacu motor tuanya tapi motor itu akhirnya mogok kehabisan bensin, akhirnya Tian Kuo memarkir motornya dan berlari. Tian Kuo melihat Yang Yang sedang membenamkan wajahnya di kolam. Tian Kuo mendekat ketika Yang Yang mengangkat wajahnya dari kolam, Tian Kuo memberanikan diri mengatakan isi hatinya (karena dia pikir Yang Yang tuli dan di tempat renang juga sepi jadi tidak ada siapapun yang mendengarnya). Yang Yang tak kuasa membendung airmatanya ketika dia mengetahui bahwa Tian Kuo tidak tuli seperti dugaannya. Tian Kuo langsung salah tingkah ketika Yang Yang berbalik, dia buru-buru menceburkan diri ke kolam dan berenang untuk menenangkan perasaannya.
Dengan tubuh basah kuyup, Tian Kuo kembali menghampiri Yang Yang, dia kembali menggunakan bahasa isyarat untuk mengajak Yang Yang ke rumah dan ketika Yang Yang bertanya apa alasannya, Tian Kuo mengatakan ingin memperkenalkan Yang Yang pada kedua orangtuanya dan mengajak bekerja di kedai makan milik orangtuanya. Yang Yang kembali bertanya apakah mereka tidak keberatan karena dirinya tuli? Tian Kuo menjawab kalau orangtuanya harus melihat dedikasi Yang Yang, hal itu membuat Yang Yang tersenyum bahagia karena kini dia tahu bahwa Tian Kuo adalah lelaki normal.
Pada hari yang sudah ditentukan, Tian Kuo datang menjemput Yang Yang. Yang Yang terus tersenyum dan pelan-pelan melingkarkan tangannya di pinggang Tian Kuo. Tian Kuo tidak kalah bahagianya. Mereka tiba di kedai dan tanpa ragu, Tian Kuo berteriak memanggil kedua orangtuanya. Ayah ibu muncul dalam baju yang rapi bahkan ayah mengenakan dasi, mereka tersenyum melihat Yang Yang dan Tian Kuo memperkenalkan mereka. Ayah berbisik pada ibu dan memuji kecantikan Yang Yang, ibu tersenyum mengangguk dan mempersilahkan mereka semua untuk duduk. Ibu meminta ayah untuk mengambil tulisan yang sudah disiapkan, Tian Kuo agak heran tapi ibu hanya tersenyum.
Ayah datang membawa beberapa tulisan unuk ditunjukkan pada Yang Yang karena mereka belum bisa bahasa isyarat. Intinya tulisan itu berisi perkenalan dan kelebihan Yang Yang. Tian Kuo merasa kedua orangtuanya terlalu berbelit-belit dan membuatnya malu dihadapan Yang Yang. Hal terakhir di tulisan itu membuat Tian Kuo kaget dan merebut tulisan itu. Ayah ibu menulis apakah Yang Yang bersedia menikahi Tian Kuo. Jelas saja Tian Kuo sewot karena dia merasa tidak pernah berpacaran dengan Yang Yang. Ketika orangtua dan anak saling berdebat, tiba-tiba Yang Yang menjawab bahwa dia bersedia. Sontak hal itu membuat Tian Kuo dan orangtuanya terpana, ternyata Yang Yang tidak tuli.
Yang Yang bertanya mengapa Tian Kuo bisa bahasa isyarat dan Tian Kuo menceritakan bahwa saat kuliah, ada guru yang menawarinya belajar bahasa isyarat dan akhirnya dia belajar. Lain cerita dengan Yang Yang, dulu dia tidak mau belajar bahasa isyarat karena dia harus menerjemahkan semua hal pada Xiao Peng tapi suatu hari Xiao Peng bertanya tentang suara piano, sejak saat itu Yang Yang belajar dengan tekun agar bisa menceritakan segala hal pada kakaknya. Tian Kuo ingin mencium tapi Yang Yang malah memeluk Tian Kuo dengan erat sambil menitikkan airmata. Tian Kuo heran ketika melihat beberapa celengan bangau, Yang Yang beralasan bila dirinya kangen maka dia menabung hingga akhirnya celengannya penuh dan dia terpaksa beli celengan baru.
Yang Yang dan Tian Kuo pergi ke tempat renang tapi mereka tidak melihat Xiao Peng. Ternyata Xiao Peng sedang ngobrol dengan pelatih dan Yang Yang langsung menghampirinya ketika pelatih sudah pergi. Xiao Peng memutuskan untuk berhenti ikut kompetisi dan akan fokus mencari kerja dulu sambil memperbaiki prestasinya. Semula Yang Yang tidak setuju tapi Xiao Peng beralasan kalau dia ingin mandiri. Tian Kuo malah mendukung dan memberinya semangat.
Empat tahun kemudian.
Yang Yang dan Tian Kuo datang untuk melihat Xiao Peng yang ikut kompetisi. Xiao Peng senang melihat kedatangan mereka. Tian Kuo tidak henti melambaikan bendera penyemangat dan Yang Yang berteriak menyemangati. Pelatih juga tampak senang melihat performa Xiao Peng yang tumbuh pesat.
Adegan favoritku :
Aku suka dengan orangtua Tian Kuo, mereka tidak keberatan saat Tian Kuo mengatakan bahwa dirinya menyukai gadis cantik tapi tuli. Mereka malah menyiapkan diri dan menyambut Yang Yang dengan ramah tak lupa orangtua Tian Kuo menyiapkan tulisan sebagai usaha untuk berkomunikasi dengan Yang Yang karena mereka masih belum paham bahasa isyarat. Mereka "seolah" kecewa saat mengetahui bahwa Yang Yang adalah gadis yang normal.
Hikmah yang bisa diambil dari film ini :
Kadang kita bisa salah paham dengan keadaan seseorang seolah kita tahu segalanya tentang orang tersebut, contohnya ya aku sendiri. Saat baru nonton film ini, kukira kakak beradik Xiao Peng dan Yang Yang adalah sama-sama penderita tunarungu atau tunawicara. Aku tidak curiga pada adiknya (Yang Yang) yang bisa bebas mengendarai motor, kupikir Yang Yang hanya tunawicara. Ternyata setelah nonton filmnya sampai akhir, hanya Xiao Peng yang menderita tunarungu sedangkan Yang Yang adalah gadis yang normal.
Tanpa disadari kadang kita juga sering membicarakan atau mencela kekurangan orang lain tanpa perduli apakah orang itu akan sakit hati atau tidak, contohnya saat pemilik kedai yang mencela kekurangan Yang Yang (mengira Yang Yang sebagai gadis yang tunawicara). Padahal kalau mau jujur, orang yang menderita kekurangan fisik itu biasanya memiliki kelebihan yang tak dimiliki oleh orang yang normal yaitu keuletan, semangat pantang menyerah dan tak ingin dikasihani oleh siapapun.
Komentarku :
Nonton film ini memberi kesan yang dalam bagiku karena hanya sedikit dialognya, yaitu saat Tian Kuo bersama orangtuanya, ketika Tian Kuo memarahi pemilik kedai karena menghina Yang Yang dan saat Tian Kuo ngobrol dengan Yang Yang. Selebihnya, film ini menyuguhkan percakapan dengan bahasa isyarat sehingga membutuhkan konsentrasi untuk menontonnya karena percuma saja volume dibesarkan toh tidak akan mendengar apapun.
Pesan dari film ini adalah bagaimana kita belajar menghargai dan menghormati orang lain bukannya malah menghina atau mencela kekurangan apalagi kekurangan fisik seseorang. Dan jangan pernah minder atau menutup diri dengan ketidaksempurnaan karena tidak manusia yang sempurna.
Film ini mampu memberi gambaran bahwa tekad dan semangat pantang menyerah bisa mengalahkan ketidaksempurnaan fisik seseorang. Xiao Peng memang terlahir tak sempurna tapi berkat dukungan keluarga dan semangat pantang menyerahnya, dia mampu meraih mimpinya yaitu menjadi juara dan mendapat hadiah juga pengakuan dari orang-orang disekitarnya.
Film ini mampu memberi gambaran bahwa tekad dan semangat pantang menyerah bisa mengalahkan ketidaksempurnaan fisik seseorang. Xiao Peng memang terlahir tak sempurna tapi berkat dukungan keluarga dan semangat pantang menyerahnya, dia mampu meraih mimpinya yaitu menjadi juara dan mendapat hadiah juga pengakuan dari orang-orang disekitarnya.
0 comments:
Post a Comment